Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutapea, Esther Iriani
Abstrak :
Latar Belakang: Morbiditas dan mortalitas akibat renjatan pada anak di seluruh dunia dilaporkan masih tinggi. Pengenalan dini dan tatalaksana yang tepat penting untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat renjatan. Indikator penting untuk mendeteksi hipoksia jaringan global adalah pengukuran saturasi oksigen mixed vein (SmvO2) dari kateter arteri pulmonal atau vena sentral namun kedua pemeriksaan ini sulit dan invasif sehingga tidak rutin dilakukan. Near infrared spectroscopy (NIRS) merupakan alternatif pemeriksaan non invasif, real time, kontinu dan praktis untuk mengukur saturasi oksigen regional sekaligus menggambarkan saturasi oksigen vena global. Tujuan: Mengetahui kenaikan nilai NIRS serebral pascarenjatan teratasi serta korelasinya dengan perubahan parameter hemodinamik non invasif.

Metoda: Penelitian potong lintang pada anak usia 1 bulan-18 tahun yang mengalami renjatan di RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSUD Pasar Rebo dan RSUD Tarakan pada bulan Maret-Juni 2019. Terhadap subjek yang mengalami renjatan dilakukan pengukuran NIRS serebral, MAP, serta pengukuran non invasif Cardiac Index (CI), Systemic Vascular Resistance Index (SVRI), Delivery Oxygen (DO2), Inotrophy Index (INO), Stroke Volume Index (SVI) menggunakan Ultrasonic Cardiac Output Monitoring (USCOM) pada saat renjatan dan diulang ketika renjatan teratasi. Uji korelasi dilakukan untuk menilai hubungan antara perubahan nilai NIRS serebral dan parameter hemodinamik non invasif. Hasil: Dari 32 subjek yang diteliti ditemukan peningkatan nilai NIRS serebral sebesar 27,7% pascarenjatan teratasi. Parameter hemodinamik, kecuali untuk SVRI, juga mengalami peningkatan pasca renjatan namun tidak berkorelasi dengan peningkatan nilai NIRS.

Simpulan: Hasil pengukuran NIRS serebral menggambarkan perfusi dan oksigenasi ke jaringan perifer namun tidak berkorelasi dengan parameter hemodinamik non invasif pada penelitian ini. Kata kunci: Near infrared spectroscopy; parameter hemodinamik non invasif; renjatan; USCOM


Background: Pediatric shock accounts for significant morbidity and mortality worldwide. Early recognition and timely intervention are critical for successful treatment of pediatric shock. A strong indicator of global tissue hypoxia by measuring mixed venous oxygen saturation from pulmonary artery catheter (PAC) or central vein catheter (CVC) is rarely used due to its highly invasive character. Near infrared spectroscopy (NIRS) is a noninvasive, real time, continuous and practical modality is a safe alternative for regional and global oxygen saturation measurement. Objective: To evaluate the increment of cerebral NIRS post-resuscitation in pediatric shock and its correlation with noninvasive hemodynamic measurements. Methods: This cross sectional study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital, Pasar Rebo Hospital and Tarakan Hospital between March and June 2019. Children whose age ranged from1 month to 18 years admitted to Emergency Department (ED) or Pediatric Intensive Care Unit (PICU) due to shock were included. Measurement of cerebral NIRS, MAP, as well as Cardiac Index (CI), Systemic Vascular Resistance Index (SVRI), Delivery Oxygen (DO2), Inotrophy Index (INO), Stroke Volume Index (SVI) using Ultrasonic Cardiac Output Monitoring (USCOM) were performed on admission and after resuscitation when the shock has resolved and the patients were stable. Correlation between cerebral NIRS and other noninvasive hemodynamic parameters were then analysed. Results: There were 32 subjects participated in this research. Following resuscitation, cerebral NIRS measurements showed an increment of 27,7% compared to cerebral NIRS in shock state. All non invasive hemodynamic parameters, except for SVRI, were also increased after resuscitation but no correlation observed between these parameters to cerebral NIRS (p>0,005). Conclusion: Cerebral NIRS is a sensitive parameter of peripheral perfusion but showed not correlation with hemodynamic parameters in this research.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irlisnia
Abstrak :
Latar belakang: Pemberian sedasi dan analgesia yang adekuat sangat penting dalam pemulihan pasien di unit perawatan intensif. Penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan desaturasi oksigen otak. Studi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran oksigenasi serebri yang diukur dengan Near-infrared spectroscopy (NIRS) pada pasien yang menerima sedasi dan analgesia dan mengetahui intervensi inotrop pada kedua kelompok. Metode: Penelitian ini adalah sebuah nested cohort observational study dari penelitian utama yang berjudul “Efektivitas penggunaan protokol sedasi dan penyapihan ventilator dibandingkan keputusan klinis pada anak di PICU RSCM” yang dilakukan secara prospektif di PICU Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Penelitian dilakukan pada anak usia 1 bulan-17 tahun 11 bulan dengan ventilasi mekanik dan diberikan sedasi dan analgesia. Pasien dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sedasi dan analgesia berdasarkan protokol dan berdasarkan keputusan klinis (tanpa protokol). Oksigenasi serebri diukur dengan NIRS dalam lima pengamatan waktu (sebelum sedasi, 5 menit, 1, 6 dan 12 jam setelah sedasi). Hasil: Dari 69 subjek, 39 subjek mendapatkan sedasi dan analgesia berdasarkan protokol dan 30 lainnya tanpa protokol. Tren penurunan nilai NIRS >20% dari data dasar, lebih banyak ditemukan pada kelompok protokol pada 5 menit (6,7%), 1 jam (11,1%), 6 jam (26,3%) dan 12 jam (23,8%). Nilai rerata NIRS lebih rendah dan intervensi inotrop lebih banyak ditemukan pada kelompok sedasi tanpa protokol, walaupun tidak bermakna secara statistik. Simpulan: Penelitian ini menunjukkan penurunan NIRS > 20% didapatkan pada anak dengan penggunaan sedasi dan analgesia berdasarkan protokol, dan NIRS terbukti dapat mengukur desaturasi serebri yang terjadi selama penggunaan obat sedasi dan analgesia. ......Background: Adequate sedation and analgetic agents are imperative in the recovery patients at intensive care units. Inappropriate use may induce cerebral desaturation. This study aims to know about cerebral oxygenation measured by Near-infrared spectroscopy (NIRS) in children receiving sedation and analgesia and to evaluate the differences use of inotropic agents from two groups. Methods: This is a nested prospective cohort study of the major study entitled “Effectiveness of ventilator sedation and weaning protocols compared with clinical decisions in children in PICU RSCM”, conducted in Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Cipto Mangunkusumo Hospital. Subjects were one-month-old to seventeen-year-old children used mechanical ventilator. They were divided into two groups, sedation and analgetic based on protocol and without protocol. Cerebral oxygenation measured at five different timings (before sedation, 5 minutes, 1, 6 and 12 hours after sedation and analgesia). Results: There were total 69 children included, 39 subjects were received protocol and 30 subjects without the protocol. NIRS were reduced > 20% from the baseline in the protocol group at 5 minutes (6,7%), 1 hours (11,1%), 6 hours (26,3%) and 12 hours (23,8%). NIRS average was lower and the use of inotropic agents was found more in group without protocol. However, these findings are not statistically significant. Conclusion: This study shows that NIRS decreased >20% from baseline was observed in children who were sedated using protocol and NIRS are useful to measure cerebral desaturation that happens during the administration of sedation and analgetic agents.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yoshua Baktiar
Abstrak :
Latar Belakang: Disfungsi kognitif pascabedah (postoperative cognitive dysfunction/POCD) merupakan komplikasi pascabedah yang sering ditemui pada pasien yang menjalani bedah jantung terbuka yang mengganggu fungsi sosial dan ekonomi serta berkaitan dengan peningkatan mortalitas. Patofisiologi POCD belum diketahui secara jelas, namun diperkirakan melibatkan hipoksia serebral. Penurunan kandungan oksigen dan penurunan ekstraksi oksigen perioperatif diperkirakan berkontribusi terhadap POCD. Penggunaan pemantauan nearinfrared spectroscopy (NIRS) memungkinkan pengukuran status oksigenasi pada jaringan otak. Protein S100B adalah penanda biologis kerusakan jaringan otak. Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh kandungan oksigen dan ekstraksi oksigen intra dan pascabedah, desaturasi serebral dan peningkatan kadar protein S100B terhadap kejadian POCD. Metode: Rancangan penelitian ini adalah kohort prospektif di unit Pelayanan Jantung Terpadu RS dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian dimulai setelah mendapatkan persetujuan komite etik dan ijin lokasi. Kriteria penerimaan adalah pasien berusia ≥18 tahun yang dijadwalkan menjalani bedah jantung terbuka dengan menggunakan mesin cardiopulmonary bypass (CPB), sehat secara mental, dapat membaca dan berbahasa Indonesia. Pasien akan menjalani evaluasi kognitif menggunakan 6 tes psikometrik pada 1 hari prabedah dan diulang pada 5 hari pascabedah. POCD didefinisikan sebagai penurunan >20% skor kognitif pascabedah dibandingkan prabedah pada 2 atau lebih tes. Sampel darah arteri dan vena diambil untuk menilai kandungan dan ekstraksi oksigen pada 5 waktu: (1) sebelum induksi, (2) intra-CPB, (3) pasca-CPB, (4) enam jam pascabedah, dan (5) 24 jam pascabedah. Pemantauan saturasi serebral menggunakan NIRS dilakukan sepanjang pembedahan. Kadar protein S100B diukur pada 2 waktu: sebelum induksi dan 6 jam pascabedah. Data dianalisis dengan uji statistik yang sesuai menggunakan piranti lunak SPSS versi 20. Hasil:Lima puluh lima subyek mengikuti penelitian ini. POCDditemukan pada 31 (56,4%) subyek. Kandungan oksigen dan ekstraksi oksigen ditemukan tidak berbeda bermakna di antara kedua kelompok pada seluruh waktu. Desaturasi serebral ditemukan lebih lama (55 [0-324] vs. 6 [0-210], p=0,03) dan nilai AUC rScO2 lebih tinggi (228 [0-4875] vs. 33 [0- 1100], p <0,01) pada pasien yang mengalami POCD dibandingkan yang tidak. Dengan analisis ROC ditemukan nilai AUC rScO2 >80 menit% berpengaruh terhadap kejadian POCD (RR 3,38, IK 95%: 1,68-6,79, p <0,01). Kadar protein S100Bmeningkat 1,5x lebih tinggi pada pasien POCD, namun tidak mencapai kemaknaan statistik. Simpulan:Desaturasi serebral yang diukur menggunakan NIRS berpengaruh pada kejadian POCD. ......Background: Postoperative cognitive dysfunction/POCD is commonly found postoperative complication after cardiac surgery with profound social and economic effect and also known correlated with mortality. The pathophysiology remains unclear and multifactorial, but hipoxia have been postulated as one of the mechanisms. Reduced arterial oxygen content (CaO2) and reduced oxygen extraction perioperatively may contribute to POCD. Use of near-infrared spectroscopy (NIRS) monitoring may provide oxygenation status on brain tissue. S100B protein is known brain injury biological marker. This trial aims to investigate effects of perioperative oxygen content and extraction, cerebral oxygenation status and S100B protein level changes to POCD. Methods: This prospective cohort study was conducted at Integrated Heart Service unit of RS dr. Cipto Mangunkusumo, a tertiary teaching hospital in Jakarta, Indonesia. This study was started after ethical approval obtained. Inclusion criteria was 18 years old or above patients scheduled for open-heart surgery using cardiopulmonary bypass machine, healthy mental status, and can speak/read Indonesian language. Subjects were undergone 6 psychometric evaluation on day prior to surgery and 5 days after surgery. POCDdefined as decrease of >20% score from baseline on 2 or more tests. Arterial and venous blood samples were taken on 5 moments: (1) before induction of anesthesia, (2) during CPB, (3) After separation of CPB, (4) six hours after surgery, and (5) 24 hours after surgery. NIRS monitoring was applied continously during surgery. S100B protein level was measured on before induction of anesthesia and 6 hours after surgery.Data was analyzed with appropriate statistical tests using SPSS 20 software. Results: Fifty-five subjects were included in this study. POCD was found in 31 (56.4%) subjects. Oxygen contents and extractions were found not differ in both groups at all times. Cerebral desaturation was found more longer (55 [0-324] vs. 6 [0-210]mins, p = 0.03) and severe (AUC rScO2 228 [0-4875] vs. 33 [0-1100] min%, p <0,01) in subjects with POCD compared to non-POCD. Using ROC analysis, it is determined subjects with AUC rScO2 >80 min% were exposed with higher risk of POCD(RR3.38x, 95%CI: 1.68-6.79, p <0.01). S100B protein level increased higher in subjects with POCDbut no statistical significant was found. Conclusion: Cerebral desaturation measured by NIRSmonitoring contributes to POCD.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library