Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ekasari Syukmawati
Abstrak :
Saat ini terdapat berbagai jenis produk daging olahan dan daging segar yang dijual di pasar swalayan, yang kadang - kadang mengandung natrium nitrit sebagai pengawet yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum. Kadar natrium nitrit perlu mendapat perhatian karena nitrit dapat bereaksi dengan amin sekunder membentuk senyawa N-nitrosamin yang dapat menyebabkan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta menetapkan kadar natrium nitrit pada beberapa produk daging dan daging segar. Penetapan kadar natrium nitrit dalam sampel dilakukan dengan cara menambahkan aquadest kemudian didihkan diatas penangas air, setelah itu ditambahkan larutan zink sulfat dalam suasana alkali lalu disaring. Filtrat yang diperoleh selanjutnya direaksikan dengan pereaksi Griess yang terdiri dari asam sulfanilat, naftilamin, dan natrium asetat. Panjang gelombang analisis adalah 546,0 nm. Hasil penelitian terhadap 7 sampel, didapatkan pada sampel A (produk daging), E dan G dari daging segar mengandung natrium nitrit dengan kadar secara berturut-turut 9,80 mg/kg, 026 mg/kg,sedangkan keempat sampel lainnya yaitu B,C,D,dan F tidak mengandung natrium nitrit. Nowadays there are many kind of meat products and fresh meats types sold in the supermarket contain sodium nitrite as preservative for inhibit the growth of bacterium Clostridium botulinum. Sodium nitrite rate require attention because nitrite can react with secondary amines to form N-nitrosamine compound available for causing cancer. This research was aim to identified and also determined the content of sodium nitrite in meat products and fresh meat. Sodium nitrite assay in sample done by the way of adding aquadest then boiled to water bath, then added by zinc sulphate condensation in alkali atmosphere then filtered. Filtrate which obtained hereinafter reacted with reactant Griess consist of sulfanilic acid, naftilamin, and sodium acetate. Analysis wavelength is 546,0 nm. From 7 sample there was 3 sampels contain sodium nitrite. The contents of sodium nitrite at sample A (meat product) 9,80 mg/kg, sample E 1,17 mg/kg and sampel G from fresh meat 0,26 mg/kg.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prameswari SM
Abstrak :
ABSTRAK
Korosi baja tulangan dalam beton dewasa ini Ielah menjadi masalah utama dalam merawat struktur-struktur bangunan terutama pada jembatan dan bangunan disekitar laut. Pada kondisi ini, serangan ion khlorida dari air laut sangat herperan dalam menurunkan umur pakai dan kualitas beton. Usaha dan penelitian telah banyak dilakukan untumengendalikan korosi pada haja tulangan dalam beton, salah satunya adalah dengan penambahan inhibitor nitril (dalam hal ini NaNO2) ke dalam campuran heton. Inhibitor ini sangat disarankan karena lebih efektif dan ekonomis haik untuk struktur-struktur baru maupun yang diperbaiki. Untuk mempelajari mekanisme NaNO2 dalam mengikisi korosi baja tulangan dalam helon digunakan Electrochemical Impedance Spectroscop karena dapat memberikan data yang lebih akurat untuk mempelajari prilaku koro si dan pasifitas antarmuka baja tulangan dalam beton.

Parameter kondisi beton dibuat dengan perhandingan air-semen 0.6 dengan. Variabel konsentrasi inhibitor NaN02 sebesar 5 L/m3, 15 L/m3, dan 30 L/m3, yang dicelup lie dalam air laut buatan (35 gpl Na) teknis. Pengukuran EIS dilalrukan selama 5 minggu (minggu ke-5, 6, 7, 8. dan ke-9 setelah curing) dengan membenikan polensial bolak-balik 10 mV dan selang frek uensi dari 5000 Hz sampai 0,002 Hz. Spektra impelansi hasil pengukurcan HIS dipresentasikan da/am bentuk kurva Nyquist dan Bode.
2001
S41398
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Rifai
Abstrak :
ABSTRAK
Beton dengan baja tulangan sebagai penguat telah digunakan sejak abad 20. Pada umumnya baja tulangan bersifat tahan korosi karena berada dalam larutan pori beton yang bersifat basa dengan kisaran pH sekitar 12,_5 - 13,8 (bergantung pada ripe semen yang digunakan. Karena berada dalam linglamgan basa, maka baja tulangan ini akan membentuk lapisan pasir protektif. Kemampuan protekin lapisan pasif ini dapat berkurang karena adanya ion-ion agresif seperti klorida sehingga mempercepat pecahnya lapisan pasif yang terbentuk.

Salah satu cara untuk menanggulangi masalah korosi yang disebabkan ion klorida pada hiya tulangan dalam lamtan pori beton adalah dengan penambahan inhibitor. Inhibitor yang banyak digunakan adalah inhibitor nitrit karena sifat dan fungsinya yang dapat mestabilkan lapisan pasif dari serangan ion /florida dengan membentuk lapisan pasif 3(y-=Fe;»03). Selama ini berbagai penelitian lelah dilalaikan untuk mengetahui kelahanan baja tulangan dalam larutan pori belon yang terbatas pada laju korosi dan sifat pasivasinya. Sedangkan mekanisme inhibisi dari inhibitor NaN02 belum diketahui.

Mekanisme inhibisi dari inhibitor dalam meningkatkan ketahanan korosi baja Iulangan dapat dipelajari dengan menggunakan Eletrochemichal Impedance Spectroscopy (ELS). EIS akan memberikan nilai tahanan polarisasi yang Iebih aknrar sehingga peneriman laju korosi baja angan dapat dilenturkan lebih teliti. Dengan metoda ini sistem bcya inlangan dalam larutan pori digambarkan sebagai rangkaian listrik ekuivalen yang harga iahanan dan kapasitasinya dapat di ukur pada berbagai frekuensi (5000 sampai 0,002 Hz).

Pengukuran EIS dilakukan setiap minggu selama 5 minggn berturut-turut pada baja tulangan dalam Iarutan SPS, lamtan SPS yang mengandung 35 gp/ NaCl, larutan SPS yang mengandnng 35 gpl NaCl ditambah 20,7 gl NQN02 , larutan SPS yang mengandung 35 gp] NaCl ditambah 24,84 gp! NGNO2 dan larutan SPS yang mengandung 35 gpl NaCl ditambah 28, 95° gpl NaNO.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model rangkaian ekivalen yang terbentuk pada baja tulangan dalam larutan SPS yang mengandung NaCl dengan penambahan variasi konsentrasi NQNOQ adalah model 2 yang tidak mengalami perubahan selama 5 minggu pengukuran. Model 2 ini menunjukkan lapisan pas protek yang dibentuk oleh ion NO; belum rata Hal ini dapat dilihat dari nilai iahanan polarisasinya yang tidak stabil dengan harga malrsimum 1.10 2? ohm.cm2. Dari nilai alfa-i yang berkisar 0,91 - 1 terlihat bahwa pada awal perendaman lapisan pasif terbentuk rata yang kemudian mengalami ketidakmerataan akibat serangan ion florida pada daerah yang lunak. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsentrasi yang digunakan belum efisien yang terlihat dari mudah terserangnya lapisan pasif protektif oleh ion klorida.
2001
S41397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Meilianti
Abstrak :
Nitrosodimetilamin merupakan senyawa karsinogenik yang dapat terbentuk melalui reaksi nitrit dan dimetilamin yang sering ditemukan dalam makanan. Nitrosodimetilamin akan diaktivasi di hati dan mengalkilasi basa DNA sehingga terbentuk adduct DNA seperti O6-metilguanin dan N7-metilguanin yang berperan dalam karsinogenesis. Pada penelitian ini dilakukan pengisolasian DNA dari darah tikus yang diberikan prekursor nitrosodimetilamin yaitu natrium nitrit dan dimetilamin. Adduct DNA dapat diperoleh dari hidrolisis DNA dengan asam klorida pada suhu 700C, kemudian adduct tersebut dianalisis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan kolom penukar kation kuat (Supelcosil® LC-SCX, 5μm, 250 x 4,6 mm), fase gerak amonium fosfat dengan konsentrasi akhir 40 mM, kecepatan alir 1,5 ml/menit, suhu kolom 30°C dan diukur pada panjang gelombang eksitasi 286 nm dan emisi 366 nm. Metode yang digunakan memberikan hasil validasi yang baik berdasarkan hasil uji akurasi dan presisi yang memenuhi persyaratan, kurva kalibrasi yang linear, dan batas kuantitasi 22,5403 ng/ml. Tikus sebanyak 24 ekor dibagi menjadi enam kelompok yaitu dua kelompok diberikan nitrosodimetilamin sebagai kontrol positif, tiga kelompok diberikan prekursor dan satu kelompok adalah kontrol normal. Pengambilan darah dilakukan pada 1, 2 dan 4 jam setelah induksi terakhir. Setelah pemberian natrium nitrit 110 mg/kg bb dan dimetilamin (1:5) selama seminggu, belum terdeteksi adanya O6-metilguanin dan N7-metilguanin dalam darah tikus.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33097
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library