Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Rana Farrasanti
"Omeprazol adalah obat golongan proton pump inhibitor (PPI) yang efektif dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal (PGRE). Sediaan yang tersedia secara komersial adalah kapsul yang berisi pelet salut enterik karena omeprazol cepat terdegradasi dalam suasana asam. Omeprazol merupakan lini pertama bagi pasien bayi dan anak, namun sediaan larutan belum tersedia menjadi kendala jika diberikan pada pasien anak maupun pasien dengan pemberian secara nasogastric tube (NGT). Penggunaan natrium bikarbonat sebagai pelarut sekaligus penetral asam lambung merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan penggunaan omeprazol. Stabilitas omeprazol dalam natrium bikarbonat perlu dievaluasi pada berbagai kondisi penyimpanan. Tugas akhir ini menganalisis beberapa artikel terkait stabilitas kapsul omeprazol pada sediaan cair, serta memberikan rekomendasi mengenai masa simpan, kondisi penyimpanan serta formula yang stabil. Artikel terkait diambil melalui Google Scholar, ScienceDirect, SAGE Journals, dan website BPOM untuk rentang tahun 1991 hingga 2020. Pencarian terfokus pada stabilitas kapsul omeprazol, suspensi siap pakai omeprazol, dan omeprazol dalam larutan natrium bikarbonat. Hasil dari analisis didapatkan bahwa formulasi dengan larutan natrium bikarbonat terbukti dapat mempertahankan pH cairan diatas 7,8. Eksipien lain seperti agen pensuspensi dan pengawet diperlukan untuk meningkatkan viskositas dan kestabilan fisik sediaan. Pemanis dapat ditambahkan secukupnya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terutama anak-anak. Suhu optimal untuk menjaga kestabilan sediaan ini yaitu pada suhu dingin (2oC-8oC) yang stabil hingga 150 hari. Jika disimpan pada suhu ruang (15oC-30oC) suspensi stabil selama ±14 hari. Wadah paling baik menggunakan botol kaca cokelat untuk melindungi sediaan dari cahaya matahari.

Omeprazole is a proton pump inhibitor drug in the treatment of gastroesophageal disease (GERD). The commercial drugs are capsule containing enteric-coated pellets because it’s rapidly degraded in an acid condition. Omeprazole become the first-line drug for infant and pediatric patients, but because the solution form isn’t available yet, it become problems for pediatric patients and also patients with a nasogastric tube (NGT). Using sodium bicarbonate, as a solvent also neutralizing agent, is one of the method to overcome the limitations of omeprazole. The stability of omeprazole in sodium bicarbonate need to be evaluated in various storage conditions. This final report will analyze journals related to the stability of omeprazole in oral solution, also provide recommendations regarding shelf life, storage conditions and good formula. Related articles were identified through Google Scholar, ScienceDirect, SAGE Journals, and the BPOM website for the period 1991 to 2020. The search terms used included omeprazole capsule stability, extemporaneous omeprazole suspension, and omeprazole in sodium bicarbonate solution. The results are formulations with sodium bicarbonate solution are proven to be able to maintain pH above 7,8. Other excipients such as suspending agents and preservatives are needed to increase the viscosity and physical stability of omeprazole suspensions. Sweeteners can be added sufficiently to improve patient compliance, especially pediatric patients. The optimal temperature to maintain the stability of omeprazole suspension is at cold temperature (2-8oC) which stable for 150 days. If the suspension stored at room temperature (15oC-30oC) stable for ±14 days. It’s recommended to use a amber glass to protect the suspension from light."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrisfia Fara Dhianti
"Kejadian Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada anak, umumnya ditangani dengan pemberian obat golongan Proton Pump Inhibitor (PPI). Sebagian besar obat PPI tidak tersedia dalam bentuk sediaan cair dan hanya tersedia secara komersial dalam bentuk tablet dan kapsul, seperti lansoprazol yang tersedia dengan kekuatan 15 mg dan 30 mg, sehingga penggunaan lansoprazol pada anak membutuhkan peracikan extemporaneous. Peracikan sediaan extemporaneous dapat dilakukan apabila bentuk sediaan yang dibutuhkan tidak tersedia secara komersial, proses peracikan dapat dilakukan oleh apoteker secara khusus untuk memenuhi kebutuhan tertentu dari pasien. Peracikan sediaan extemporaneous dapat dilakukan menggunakan pembawa suspensi komersial untuk mendapatkan sediaan yang baik. Penelusuran artikel penelitian dari tiga basis data (Science Direct, Scopus, dan Pubmed) ditemukan dua artikel yang menyajikan data stabilitas fisika dan kimia lansoprazol yang diracik dari bentuk tablet dan kapsul dalam pembawa sediaan suspensi extemporaneous komersial yang berbeda, yaitu campuran Ora Plus® dan Ora Sweet® (1:1), serta produk Oral Blend® diulas dalam artikel ini. Suspensi lansoprazol yang diracik pada pembawa sediaan suspensi extemporaneous komersial Ora Plus® dan Ora Sweet® (1:1) dan penambahan natrium bikarbonat 8,4% tersebut stabil secara fisika dan kimia hingga 91 hari, baik disimpan pada suhu kulkas maupun suhu ruang. Faktor utama yang mempengaruhi stabilitas dari lansoprazol dalam sediaan suspensi extemporaneous adalah pH. Data stabilitas secara mikrobiologi tidak dapat ditemukan, sehingga penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dalam bidang ini.

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) that occurred in children is generally treated by administering of Proton Pump Inhibitor (PPI) class of drugs. Most PPI are not available in liquid dosage forms. They are only commercially available tablets and capsules, such as Lansoprazole which is only available with a strength of 15 mg and 30 mg. So the use of Lansoprazol in pediatric needs to be compounded extemporaneously. When the required dosage forms are not commercially available, extemporaneous preparations can be formulated by pharmacists to meet the special needs of patients. For this reason, the use of a suspending vehicle could be done to get a good suspension. From three databases (Science Direct, Scopus, and Pubmed) two articles consisting of physical and chemical stability data of Lansoprazole formulated from tablets and capsules in a different suspending vehicles, namely Ora Plus® and Ora Sweet® mixtures (1:1), as well as Oral Blend reviewed in this article. The suspension of Lansoprazole formulated on Ora-Plus and Ora-Sweet® (1:1) commercially available suspending vehicle and added with 8.4% sodium bicarbonate showed a good physical and chemical stability for 91 days, both at refrigerator temperature and room temperature. The main factor influencing stability of Lansoprazole in extemporaneously compounded suspensions is pH. Microbiological stability data cannot be found, so further research should be carried out in this field."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fachri Al Shidqi
"Pada penelitian ini, amoksisilin trihidrat telah berhasil dienkapsulasi ke dalam hidrogel kitosan-cangkok-poli(N-vinil pirrolidon) mengapung dengan agen pembentuk pori CaCO3 dan NaHCO3 untuk menghasilkan suatu sistem penghantaran obat mengapung. Komposisi agen pembentuk pori yang digunakan divariasikan 10%; 15%, 20% dan 25% terhadap total massa reagen. Karakterisasi matriks hidrogel dilakukan dengan spektrofotometer FTIR dan mikroskop stereo. Hidrogel yang mengandung CaCO3 mengalami perubahan sifat fisik dan kimia yang lebih nyata dibandingkan hidrogel yang mengandung NaHCO3 dan kontrol. NaHCO3 menghasilkan daya apung, porositas, dan efisiensi penjeratan obat yang lebih baik dari CaCO3. Semakin besar komposisi agen pembentuk pori, porositas (%) dan daya apung matriks hidrogel semakin meningkat tetapi efisiensi penjeratan obatnya menurun. Matriks hidrogel mengapung memiliki kemampuan mengapung di atas 180 menit dengan porositas tertinggi (47%) diperoleh pada komposisi NaHCO3 25%. Uji pelepasan amoksisilin trihidrat dilakukan pada larutan pH 1,2 dan karakter pelepasan obat pada hidrogel yang mengandung CaCO3 menunjukkan sifat yang lebih terkendali dibandingkan hidrogel yang mengandung NaHCO3. Formulasi matriks hidrogel mengapung optimum diperoleh pada komposisi 10% NaHCO3 dengan efisiensi penjeratan obat sebesar 57% dan total pelepasan obat sebesar 43%.

In this research, the floating drug delivery system of amoxicillin trihydrate encapsulated in floating chitosan-graft-poly(N-vinyl pyrrolidone) hydrogels containing CaCO3 and NaHCO3 as pore forming agents has been successfully prepared. Pore forming agents used was varied 10%; 15%; 20%; and 25% in respect to total mass of the used materials. Characterization of the hydrogels were carried out using FTIR spectrophotometer and stereo microscope. Hydrogels containing CaCO3 exhibited profound physical and chemical differences over NaHCO3 containing hydrogels and control. NaHCO3 showed better floating properties, porosity, and drug entrapment efficiency than CaCO3. As pore forming agents compositions increased, the porosity (%) and floating properties increase but followed by decrease in drug entrapment efficiency. The floating hydrogel possessed floating abilities longer than 180 minutes and the highest porosity was found in hydrogel containing 25% NaHCO3. Amoxicillin trihydrate release was performed in pH 1,2 solution and hydrogel containing CaCO3 showed better drug release profile than hydrogel containing NaHCO3. The optimum formulation was achieved at composition of 10% NaHCO3 with 57% of drug entrapped within the hydrogel and 43% drug released.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladies Mercya Grameinie
"ABSTRAK
Perubahan status metabolisme pada sel kanker diduga berhubungan dengan penyesuaian dirinya terhadap perubahan lingkungan mikro sel. Lingkungan mikro sel kanker yang bersifat asidosis diakibatkan adanya peningkatan produksi laktat.Produksi laktat meningkat karena sel kanker mengalami metabolisme glikolisis dalam keadaan normoksia, ini yang dikenal dengan fenomena Warburg.Akumulasi laktat diduga mempengaruhi transporter monokarboksilat 1 dan 4 dalam sel kanker. Dalam penelitian ini membahas ekspresi laktat dehidrogenase A dan B yang berperan dalam perubahan laktat dan dilihat hubungannya dengan kadar laktat intraseluler dan transporter monokarboksilat yang mengatur keseimbangan laktat sel.Desain penelitian adalah eksperimental in vitro menggunakan sel punca kanker payudaraCD24-/CD44+ yang di beri natrium bikarbonat selama 0.5 jam, 24 jam dan 48 jam. Sel di kultur dalam DMEM F-12 ditambahkan Hepes. Kemudian di harvest sesuai waktu inkubasi dan di ekstraksi sel. Hasil ekstraksi sel di bagi dua untuk di lakukan uji laktat dengan kit lactate colorimetric assay dan untuk isolasi RNA menggunakan tripure isolation reagen serta di analisis menggunakan qRT-PCR.Hasil penelitian menunjukkan pemberian natrium bikarbonat pada sel punca kanker payudara CD24-/CD44+ dapat meningkatkan pHe.Ekspresi LDH-A, MCT4 dan MCT1 tinggi di awal inkubasi sebagai respon adaptif sel. sedangkan Ekspresi LDH-Bmulai tinggi setelah 24 jam dan 48 jam. Peningkatan laktat intraseluler terjadi dalam inkubasi 24 jam pada sel yang diberikan natrium bikarbonat. Dalam menjaga keseimbangan laktat antara dalam dan luar sel ekspresi LDH-A dan MCT-4 mulai diturunkan ekspresinya oleh karena akumulasi laktat di dalam sel. Namun setelah 48 jam Laktat intraseluler mulai menurun oleh karena penurunan MCT1 yang mulai ditekan. Sehingga laktat yang berada dalam sel berasal dari ekstraselular.Di lihat dari pola ekspresi gen LDH-A, LDH-B, MCT1 dan MCT4 dapat disimpulkan adanya perubahan metabolisme akibat pemberian natrium bikarbonat dari glikolisis anaerob menjadi aerob.

ABSTRACT
Changes in the status of metabolism in cancer cells is thought to relate to his adjustment to changes in the microenvironment of the cells. Microenvironment of cancer cells that are acidosis due to an increase in lactate production. Lactate production increases because the cancer cells metabolized glycolysis in a state normoksia, is known as the phenomenon of Warburg. Lactate accumulation is expected to affect transporter monocarboxylic 1 and 4 in cancer cells. In this study discusses the expression of lactate dehydrogenase A and B, which plays a role in the change of lactic and views its relationship with lactate levels of intracellular and transporter monocarboxylic that regulates the balance of lactic cells. The study design is experimental in vitro using breast cancer stem cells CD24-/CD44+ were given sodium bicarbonate for 0.5 hours, 24 hours and 48 hours. Cells cultured in DMEM F-12 was added Hepes. Then at harvest appropriate incubation time and cell extraction. The results in the cell extraction for two to do tests on lactate with lactate kit and colorimetric assay for RNA isolation using tripure isolation reagents and analyzed using qRT-PCR. The results showed administration of sodium bicarbonate in breast cancer stem cell CD24-/CD44+ can enhance the PHE. Expression of LDH-A, MCT4 and MCT1 high at the start of incubation as an adaptive response of cells.while the Expression of LDH-B started higher after 24 hours and 48 hours. Increased lactate intracellular occur within 24 h incubation the cells were given sodium bicarbonate. In maintaining the balance of lactate between the inside and outside of the cell expression of LDH-A and MCT-4 began to be revealed expression because of the accumulation of lactate in the cell. But after 48 hours Lactate intracellular began to decline because of a decrease in MCT1 began suppressed. So that the lactate that are in cells derived from the extracellular. In view of gene expression patterns of LDH-A, LDH-B, MCT1 and MCT4 concluded their metabolism changes as a result of administration of sodium bicarbonate from anaerobic into aerobic glycolysis"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frisca Natalie
"Berdasarkan penelitian Suherman et al, prevalensi gastroesophageal reflux disease (GERD) di Indonesia sudah mencapai angka yang cukup tinggi yaitu sebesar 27,4 % pada tahun 2016. GERD merupakan penyakit yang tidak mematikan tetapi akan menyebabkan penyakit yang sangat serius jika tidak ditangani dengan baik. Tantangan pada obat yang digunakan dalam pengobatan GERD saat ini adalah efek samping, gastric retention time yang singkat, dan bioavaibilitas yang rendah. Oleh sebab itu, pembuatan mikropartikel terapung dengan kandungan ekstrak Moringa oleifera merupakan solusi yang tepat. Mikropartikel yang mengandung ekstrak Moringa oleifera akan dibuat menggunakan metode non-solvent evaporation method dengan memanfaatkan polimer yang memiliki densitas rendah seperti HPMC K4M dan EC sehingga didapatkan mikropartikel terbaik yaitu, D1H4 dengan yield (95,2%), nilai ekstrak dalam mikropartikel (0,058 mgQE/g ekstrak), entrapment efficiency (1,16%), loading capacity (1,21%), %rilis kumulatif flavonoid (jam 24, 21,87%), dan kemampuan mengapung (1 jam) yang baik. Selain itu, mikropartikel alginat dengan kandingan natrium bikarbonat dan ekstrak Moringa oleifera melalui ionotropic gelation method akan didapatkan mikropartikel terbaik yaitu, D4X4A10 dengan freeze dried yang memiliki nilai yield (151,82%), nilai ekstrak dalam mikropartikel (0,057 mgQE/g ekstrak), entrapment efficiency (2,85%), loading capacity (0,61%), %rilis kumulatif flavonoid (jam 24, 33,875%) , dan kemampuan mengapung (90%, 8 jam) yang baik. Karakteristik mikropartikel lainnya seperti scanning electron microscopy (SEM) dan ukuran mikropartikel diukur melalui pengujian.

According to research by Suherman et al., the prevalence of gastroesophageal reflux disease (GERD) had reached a rather high percentage which is 27.4% in 2016. GERD is not a life-threatening disease however proper handling of GERD will reduce the possibility of developing other chronic disease associated with GERD. Challenge in designing drugs as a treatment for GERD are the side effects, brief gastric retention time, and low bioavailability. Thus, floating microparticles containing Moringa oleifera extract is the right solution to overcome the challenges. Microparticles containing Moringa oleifera extract will be constructed by non-solvent evaporation method by utilizing low-density polymers such as HPMC K4M and EC resulting D1H4 as the best formulation with characteristics, yield (95,2%), extract in particles (0,058 mgQE/g ekstrak), entrapment efficiency (1,16%), loading capacity (1,21%), % flavonoid cumulative release (jam 24, 21,87%), and floating capacity (1 hr). In addition, microparticles made by ionotropic gelation methods using alginate in entrapping Moringa oleifera extract and sodium bicarbonate are used as an additional treatment for gastric acid neutralization resulting freezed dryed microparticles D4X4A10 with characteristics yield (151,82%), extract in particles (0,057 mgQE/g ekstrak), entrapment efficiency (2,85%), loading capacity (0,61%), % flavonoid cumulative release (jam 24, 33,875%) , dan floating capacity (90%, 8 hr). Other characteristics of the microparticles such as scanning electron microscopy (SEM) and microparticle size will also be determined."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florencia Evelyn
"Pembelajaran anatomi masih memerlukan kadaver untuk mempelajari tubuh manusia secara utuh. Ketika kadaver sudah tidak digunakan dan akan dikebumikan, hal ini akan menimbulkan masalah. Proses dekomposisi kadaver yang telah diawetkan dengan formalin akan mengalami keterlambatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan. Toksisitas formalin dapat berkurang dengan proses penetralan formalin dengan suatu garam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat dekomposisi pada otak mencit yang diawetkan dengan formalin yang diberi penetral natrium bikarbonat dan yang tidak diberi penetral. Penelitian ini menggunakan 18 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol (tidak diberi pengawet), kelompok yang diawetkan dengan formalin 4%, dan kelompok yang diawetkan dengan formalin 4% lalu diberi penetral natrium bikarbonat. Mencit dikebumikan selama 6 minggu. Penilaian tahapan dekomposisi dilakukan dengan adanya penurunan massa dan data tahapan dekomposisi dinilai secara semikuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penurunan massa dan tahapan dekomposisi antara kelompok formalin yang diberi penetral natrium bikarbonat dan tidak diberi penetral. Peneliti menduga hal ini terjadi karena suhu dan kandungan bikarbonat pada penetral yang diduga dapat meningkatkan pH tanah dan mempengaruhi proses dekomposisi yang terjadi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada jaringan otak yang diawetkan dengan formalin 4% tidak direkomendasikan penambahan penetral natrium bikarbonat.

Anatomy studies still require cadavers to study the human body. When the cadaver is no longer used and is about to be buried, this can make problems. The decomposition process of cadaver that preserved with formalin will be delayed and causes environmental pollution. The toxicity of formalin can be reduced by neutralizing the formalin. This study aims to determine the difference in the level of decomposition in the brains of mice that were preserved with formalin then neutralized with sodium bicarbonate and those that were not given sodium bicarbonate. This study used 18 mice (Mus musculus) which were divided into three groups. There were control group (not given preservative), group preserved with 4% formalin, and group preserved with 4% formalin then neutralized with sodium bicarbonate. All groups of mice were buried for 6 weeks. The decomposition stage will be assessed with the decrease in mass and semiquantitatively on its decomposition stage. Based on the results of this study, there was no significant difference between the formalin group and the group that was neutralized. Researchers suspect this happens because the temperature and bicarbonate in the neutralizer which is thought to increase soil pH and affect the decomposition process. Therefore, it can be concluded that brain tissue preserved with 4% formalin is not recommended for neutralization with sodium bicarbonate."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library