Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endah Kurniati
"Hata merupakan suatu produk makanan hasil fermentasi bakteri Acetobacter xylinum pada substrat yang mengandung gula. Pada penelitian ini dipelajari kemungkinan penggunaan ekstrak tauge sebagai substrat fermentasi nata. Ke dalam substrat fermentasi ditambahkan sumber karbon dalam bentuk sukrosa, masing-masing sebanyak 5.0 %, 7,5 %, 10,0 %, 12,5 %, atau 15,0 % dan sumber nitrogen dalam bentuk amonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4) sebanyak 0,25 %, 0,50 %, atau 0,75 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penambahan beberapa konsentrasi sukrosa dan NH^HgPO^ terhadap ketebalan nata dari ekstrak tauge serta menentukan konsentrasi sukrosa dan NH^H2P0^ yang paling baik untuk memperoleh ketebalan nata optimal dari ekstrak tauge. Hasil pengujian statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh penambahan konsentrasi amonium dihidrogen fosfat (NH^H2P0^) maupun pengaruh interaksi penambahan konsentrasi sukrosa dan amonium dihidrogen fosfat (NH^H2P0^) terhadap ketebalan nata. Meskipun demikian penambahan konsentrasi sukrosa berpengaruh terhadap ketebalan nata. Ketebalan rata-rata nata yang paling tinggi diperoleh dari penambahan 12,5 % sukrosa dan 0,25 % NH^H2P0^, dengan ketebalan sebesar 0,939 cm. Sedangkan ketebalan rata-rata, nata terendah sebesar 0,369 cm yang diperoleh dari penambahan 5,0 % sukrosa dan 0,25 % NH.H„PO.."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Iman Santoso
"Pada penelitian ini, limbah cair tahu dimanfaatkan sebagai substrat fermentasi nata. Ke dalam limbah cair tahu tersebut ditambahkan sukrosa (gula pasir) 10%, 12,5% atau 15% serta sumber nitrogen dalam bentuk NH4H2PO4 dengan konsentrasi 0,1%, 0,3% atau 0,5%. Biakan yang digunakan adalah Acetobacter xylinum P1007 dan jumlah starter yang diinokulasikan adalah 10% (VN). Fermentasi dilakukan pada suhu ruang selama 14 hari.
Hasil pengukuran setelah pemanenan menunjukkan bahwa ketebalan rerata nata terendah yaitu 0,576 cm diperoleh dari perlakuan 10% sukrosa dan 0,1% NH4H2PO4. Ketebalan rerata nata terbesar yaitu 0,927 cm diperoleh dari perlakuan 15% sukrosa dan 0,3% NH4H2PO4. Pengujian secara statisitik terhadap data rerata ketebalan nata pada kesembilan perlakuan yang diberikan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Santoso
"The pineapple (Ananas comosus Merr.) is very popular and can be easily be found in Indonesia. In the canning process; much of the pineapple peel waste are produced. This waste is potential to be utilized for substrate fermentation, such as for nata de pina fermentation. Pineapple peel are squeezed to get juice (mill juice). Into the mill juice is added 3 kinds- of sucrose concentration (5%, 7.5%, 10%) and also 3 kinds of Nitrogen sources [NH4H2P04 ; (NH4)7S04 ; Yeast Extract] with 3 different concentration (0.25% , 0.50% , 0,75%). Nata bacteria, A. xylinum TISTR 107 is maintained in Tomato Peptone Sucrose Salt Medium broth. Starter of a 7 day old with 10% concentration is used to inoculate the 70 ml of substrate fermentation. Fermentation is carried out in marmalade's bottle (ca. 350 ml). with still culture method for 14 days at room temperature (31°C). The best nata thickness is obtained from sucrose with 7.5-10% concentration and yeast extract with 0.5-0.75% concentration (0.91 - 1.04 cm). However, sucrose with 0.5% concentration. and yeast extract 0.75% concentration also produce 0.95% nata thickness. The thinnest nata production is obtained from substrate with sucrose 10% concentration and (NH4)2S04 (0.23 - 0.25 cm)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Damarwulan djumeneng nata. Ringkasanipun serat danarwulan mawi sekar saha tanpa sekar ingkang sami kalijan Langendrija V lampahan Damarwulan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1957
S11386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Baskoro Prabowo
"Serat nata de coco memiliki karakteristik biodegradable, memiliki formasi kristalinitas serat, dan memiliki struktur fisik baik sehingga cocok dikembangkan menjadi material superkuat. Pada penelitian ini dilakukan pemasukan filler nanosilika ke dalam serat nata de coco dengan menggunakan metode post modification (perendaman), serta dipadukan dengan beberapa variasi resin dengan teknik handlay up untuk mendapatkan material komposit yang lebih kuat. Dari hasil pengujian SEM-EDX didapat nanosilika terdistribusi merata di dalam serat, jumlah nanosilika yang masuk ke dalam serat sebanding dengan lama perendaman. Dari hasil uji mekanik didapatkan lama perendaman yang optimum adalah 3 hari karena meningkatkan kuat tarik serat dari 85.6 MPa menjadi 316 MPa. Material komposit yang tertinggi kuat tariknya adalah variasi resin polyamide+epoxy yang mencapai kuat tarik sebesar 96.2 MPa.

Nata de coco fiber has the characteristic of biodegradable, has a crystallinity of fiber formation, and has a good physical structure so that suitable to be developed into high strength material. In this study has been carried out nanosilica filler dispersing into nata de coco fiber using post modification (immersion) method, and making composite nata de coco fiber with some variation of resin using handlay up technique to get stronger composite materials. From the SEM-EDX results found that nanosilica distributed uniformly in the fibers, amount of nanosilica dispersed in the fiber is proportional to the long of immersion. Mechanical test results showed that the optimum immersion time is 3 days because it increases the tensile strength of fiber from 85.6 MPa to 316 MPa. Composite material with the highest tensile strength is a variation of polyamide+epoxy resin with 96.2 MPa of strength."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1129
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth
"Hidrogel adalah salah satu jenis polimer yang dapat menyerap dan menyimpan air di dalam tubuhnya dalam jumlah besar. Salah satu parameter kinerja hidrogel adalah swelling ratio. Swelling ratio dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti morfologi hidrogel dan sifat bahan penyusun dari hidrogel. Pada penelitian ini diuji 2 sumber selulosa yaitu nata de coco dan eceng gondok. Selulosa keduanya diisolasi dan dijadikan bubuk. Selulosa dari kedua sumber diturunkan menjadi selulosa karboksimetil. Selulosa karboksimetil dijadikan hidrogel dengan menggunakan agen pengikat silang berupa asam sitrat dengan konsentrasi yang divariasikan yaitu 10, 15, dan 20 w/w CMC. Setiap hidrogel yang terbentuk akan diuji rasio pembengkakkan pada jam ke-1, 2, 3 dan 24. Hasil uji FTIR menunjukan bahwa baik selulosa, CMC maupun hidrogel sudah tebentuk dengan baik. Hasil uji swelling menunjukkan bahwa pada konsentrasi 10 dan 15 hidrogel yang terbentuk tidak stabil atau memiliki fraksi gel yang rendah, namun rasio pembengkakkan yang tinggi. Sedangkan untuk konsentrasi asam sitrat 20, hidrogel stabil dan hidrogel nata de coco memiliki swelling ratio yang tertinggi mencapai 2291. Untuk hybrid CMC nata de coco dan CMC eceng gondok 50:50 pada konsentrasi 20 terbentuk hidrogel dengan fraksi gel yang tinggi dengan swelling ratio dibawah hidrogel dari CMC yang bukan campuran yaitu sebesar 1171.

Hydrogel is one type of polimers that is able to absorp and retain water in huge amount in its body. A parameter of performance of hydrogel is swelling ratio In this research we use water hyacinth and nata de coco. Cellulose that contains in both material is being isolated until powdered cellulose is being achieved. Both type of cellulose is then being converted into CMC. Carboxymethylcellulose was converted into hydrogel using citric acid as crosslinker in aqueous solution. Concentration of citric acid has been variated into 3 variations, 10, 15, 20 w w CMC. For each hydrogel formed, it has been assesed in term of performance, existence of functional group and morphology. Swelling ratio assessment was conducted per hour, which is swelling ratio at 1st, 2nd, 3rd and twenty 24th hour. The result of FTIR showed that cellulose, CMC and hydrogel was succeeded to be formed. Swelling ratio assessment showed that at concentration of 10 and 15 the hydrogel gives huge swelling ratio but very poor in term gel fraction and stability. At concentration of 20 hydrogel found stable and had selling ratio of 2291 for nata de coco and 1862 for waterhyacinth. Finally for hybrid hydrogel at concentration of 20 citric acid and ratio of mixing between CMC nata de coco and CMC water hyacinth of 50 50, hydrogel formed shows good gel fraction but with decreasing swelling ratio which was 1171. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dieter Rahmadiawan
"Telah dilakukan kegiatan penelitian mengenai pembuatan dan analisis nanofluida bio
berbasis serat bacterial cellulosa nata de coco dengan modifikasi 2,2,6,6-
Tetramethylpiperidine-1-oxyl (TEMPO). Pertama, serat mentah yang berbentuk pelikel
diproses hingga menjadi film. Proses penghancuran serat kemudian dilakukan dengan
menggunakan grinder hingga bentuk serat menjadi bubuk. Kemudian, serat dicampur
dengan TEMPO untuk melemahkan ikatan hidrogen pada serat. Serat yang sudah
dimodifikasi kemudian dicampurkan ke dalam fluida dasar oli polyol ester (POE) beserta
nonionic surfaktan Span 60. Surfaktan bertujuan untuk membentuk tolakan stearic antara
partikel serat. Uji yang dilakukan adalah berupa karakterisasi, stabilitas, viskositas,
konduktivitas thermal, dan tribologi. Analisa Life Cycle Assessment (LCA) juga dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penelitian ini terhadap lingkungan. Terdapat
peningkatan viskositas dengan pemberian serat nata de coco. Koefisien friksi (COF)
terendah diperoleh oleh sampel N2S4 dengan peningkatan sebesar 40% dibandingkan
dengan POE. Dapat disimpulkan bahwa hasil ini dapat menjadikan serat nata de coco
sebagai aditif pelumas yang mengurangi friksi dan meningkatkan viskositas

Research activities had been carried out on the synthesis and analysis of bio
nanofluids based on bacterial cellulose nata de coco fibers with a modification of
2,2,6,6-Tetramethylpiperidine-1-oxyl (TEMPO). Firstly, the raw nata de coco in
the form of pellicles are processed into films. The process of cellulose crushing was
carried out using a grinder to form the cellulose into powder. Then, the dried
cellulose was modified with TEMPO to weaken its hydrogen bonding. The
modified cellulose was then mixed into the polyol ester (POE) base fluid along with
the nonionic surfactant Span 60. The aim of the surfactant is to form a stearic
repulsion between cellulose particles. Characterization, stability, viscosity, thermal
conductivity, and tribology were successfully conducted. Life Cycle Assessment
(LCA) analysis was also conducted. There was an increase in viscosity with the
provision of nata de coco fiber. The lowest coefficient of friction (COF) was
obtained by the N2S4 sample with 40% increament compared to POE. It can be
concluded that nata de coco fiber has a potential as a lubricant additive that reduces
friction and modifiy viscosity"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramdani
"Nata adalah produk hasil fermentasi menggunakan mikroba Acetobacter xylinum yang dapat mengubah glukosa menjadi selulosa. Nata dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku air kelapa, limbah cair tahu, limbah industri nanas dan limbah kulit pisang. Nata de coco adalah nata yang dibuat dengan bahan baku air kelapa sedangkan nata de banana adalah nata yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari buah pisang dalam hal ini ekstrak kulit pisang. Nata de coco dibuat dari air kelapa murni dengan penambahan gula pasir sebanyak 8 %, pupuk ZA sebanyak 0.8 % dan penambahan acetobacter xylinum sebagai starter sebanyak 5 % dari total campuran serta kondisi pH campuran harus sekitar 4-5 pada kondisi anaerob. Pengkondisiaan pH dapat dilakukan dengan menambahkan asam asetat glasial. Nata de banana dibuat dengan perbandingan (ekstrak kulit pisang dengan air) 1:1; 1:2; 1:3 dengan persentase penambahan glukosa (gula pasir), pupuk ZA serta acetobacter xylinum sama seperti pembuatan nata de coco. Pisang Yang dipakai pada penelitian ini adalah pisang ambon dengan kondisi kulit yang tidak busuk. Untuk nata de coco diketahui kandungan serat kasar sebesar 1.53 %, kandungan air sebesar 98.47 % dengan ketebalan nata 2.4 cm. Sedangkan untuk nata de banana diketahui kandungan serat kasar sebesar 2.23 %, kandungan air sebesar 97.76 % dengan ketebalan nata 1.1 cm. Warna yang dihasilkan nata de coco lebih cerah dan putih dibandingkan nata de banana yang berwarna kekuningan. Nata de coco memiliki kesamaan rasa dengan nata de banana hanya nata de coco lebih kenyal dibandingkan nata de banana."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49817
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Darmansyah
"Indonesia adalah negara yang memiliki potensi besar dalam sumber daya alam, potensi-potensi alam tersebut yang dapat dikembangkan salah satunya adalah serat alam. Serat alam yang cukup potensial untuk dikembangkan lebih jauh saat ini adalah serat nata de coco. Nata de coco adalah hasil proses fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Secara kimiawi, serat yang terkandung di dalam nata de coco adalah selulosa, dimana saat ini serat selulosa telah diaplikasikan untuk berbagai keperluan lain, misalnya untuk diafragma transduser, kulit buatan, bahan pencampuran kertas, karbon film elektrokonduktif dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan material serat yang kuat diperlukan perlakuan khusus, yaitu dengan menambahkan material lain seperti nanofiller SiO2, Al2O3, dan clay, lalu dipadukan dengan berbagai jenis resin, sehingga material komposit berbahan dasar serat tersebut, memiliki sifat yang lebih kuat dari logam alloy dan material high strength lainnya.
Dalam penelitian ini telah dilakukan pembuatan serat nata de coco dan komposit serat-filler-resin, yang mana variasi nutrisi dan pH yang paling baik adalah variasi dengan konsentrasi gula 2,0% w/v; urea 0,5% w/v dan asam asetat 0,3% v/v (pH 3,8), variasi ini menghasilkan tebal serat basah sekitar 14,57 mm dan massa serat sekitar 595 gram dari 700 ml media air kelapa. Dari karakterisasi dengan menggunakan XRD diketahui bahwa struktur serat nata de coco yang dibuat adalah material serat selulosa dengan puncak intensitas utama terletak pada posisi 2θ di antara 26º ? 26,5º. Sedangkan pengujian dengan menggunakan SEMEDX menunjukkan bahwa nanofiller telah terdistribusi merata di dalam serat. Dan dari uji mekanik dengan menggunakan alat uji kuat tarik (Ultimate Tensile Strength) diketahui pula bahwa serat nata de coco murni memiliki kuat tarik sebesar 390,39 MPa dan young modulus sekitar 11,198 GPa.

Indonesia is the country that has great potential of natural resources, natural potentials that can be developed is a natural fiber. One of the potential natural fibers that can be developed at this time is nata de coco. Nata de coco is a result of fermentation of coconut water using the bacteria Acetobacter xylinum. Fiber contained in the Nata de coco is cellulose, cellulose fibers, where it currently has can be applied to various other purposes such as the diaphragm transducer, artificial leather, paper mixing materials, carbon film electro-conductive and etc. To obtain a strong fiber material required special treatment, namely by adding other materials such as nanoparticles of SiO2, Al2O3, and clay, then combined with various types of resin, so that the composite fiber materials have properties that are stronger than metal alloy and other material high strength.
In this study has been carried out making nata de coco fiber and composite fiber-resin-filler, in which variations of nutrients and pH is the best concentration variation of sugar 2.0% w/v; urea 0.5% w/v and acetate acid 0.3% v/v (pH 3.8), this variation produces a thick fiber of about 14.57 mm and wet mass fiber of approximately 595 grams for 700 ml medium of coconut water. From the XRD pattern is known that the structure of pure nata de coco fiber is cellulose fiber material with the main peak intensity located 2θ positions around 26º ? 26,5º. While for the examination by using SEM-EDX is known that the filler material has been distributed uniformly in the fiber. And from mechanical tests using The Ultimate Tensile Strength is shown that pure nata de coco fiber has tensile strength of 390.39 MPa and young modulus around 11,198 GPa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27911
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>