Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bonivasius Pradipta Retmana
Abstrak :
Naftalena merupakan salah satu hidrokarbon polisiklik aromatik (HAP) yang menyusun bahan bakar fosil. Degradasi senyawa tersebut di alam sebagian besar terjadi melalui aktivitas mikroorganisme tanah. Mikroorganisme tersebut dapat ditemukan di lokasi yang tercemar minyak bumi seperti lumpur vulkanik akibat kegiatan pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo Kabupaten Sidoarjo. Penelitian dilakukan untuk mengetahui biodegradabilitas naftalena oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa DRK 9.1 yang diisolasi dari lumpur vulkanik di Desa Renokenongo. Pseudomonas aeruginosa DRK 9.1 ditanam pada media Bushnell-Haas dengan penambahan 0,02% (b / v) naftalen sebagai sumber karbon tunggal. Pertumbuhan bakteri ditentukan menggunakan metode Total Plate Number (ALT) dan degradasi naftalena ditentukan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah 96 jam inkubasi jumlah sel meningkat dari 3,96 x 109 CFU / mL menjadi 3,08 x 1010 CFU / mL dan konsentrasi naftalen menurun sebesar 70,87%. ......Naphthalene is one of the polycyclic aromatic hydrocarbons (HAP) that make up fossil fuels. Most of the degradation of these compounds in nature occurs through the activity of soil microorganisms. These microorganisms can be found in locations contaminated with petroleum such as volcanic mud due to drilling activities of PT Lapindo Brantas in Renokenongo Village, Sidoarjo Regency. The study was conducted to determine the biodegradability of naphthalene by Pseudomonas aeruginosa DRK 9.1 which was isolated from volcanic mud in Renokenongo Village. Pseudomonas aeruginosa DRK 9.1 was grown on Bushnell-Haas media with the addition of 0.02% (w / v) naphthalene as the sole carbon source. Bacterial growth was determined using the Total Plate Number (ALT) method and naphthalene degradation was determined using the High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method. The results showed that after 96 hours of incubation the number of cells increased from 3.96 x 109 CFU / mL to 3.08 x 1010 CFU / mL and the concentration of naphthalene decreased by 70.87%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daffa Hakim Alaina Nugroho
Abstrak :
Hidrokarbon Aromatik Polisiklik atau HAP merupakan salah satu golongan pencemar yang terdapat pada pengolahan minyak bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi bakteri Gram positif yang mampu mendegradasi naftalena. Pengambilan sampel dilakukan di pantai Samudera Baru, Karawang. Isolasi bakteri dilakukan dengan metode pengayaan menggunakan medium Bushnell-Haas yang ditambah minyak diesel 1%. Dua isolat diperoleh yaitu SB 1.2.1 (Gram positif) dan SB 1.2.2 (Gram negatif). Isolat SB 1.2.1 dikarakterisasi secara biokimia. Isolat SB 1.2.1 tidak memiliki kompleks sitokrom C oksidase, menghasilkan enzim katalase, memetabolisme glukosa dengan cara selain oksidasi-fermentasi, serta tidak dapat memfermentasi glukosa. Isolat SB 1.2.1 ditumbuhkan dalam medium Bushnell-Haas dengan tambahan naftalena 0,02% dan yeast extract 0,5% dengan penurunan jumlah sel (dari 3,42 x 107 CFU/mL menjadi 1,97 x 107 CFU/mL pada batch pertama dan dari 7,05 x 107 CFU/mL menjadi 6,84 x 107 CFU/mL pada batch kedua) setelah 48 jam. Hasil pengukuran konsentrasi naftalena menggunakan HPLC menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi naftalena sebanyak 29,13% setelah 48 jam inkubasi dibandingkan dengan kontrol tanpa ditemukan senyawa lain saat HPLC. ......Polycyclic Aromatic Hydrocarbons or PAHs are a class of pollutants found in petroleum processing. This study aims to isolate and characterize Gram-positive bacteria capable of degrading naphthalene. Sampling was carried out on the coast of Samudera Baru, Karawang. Isolation of bacteria was done by enrichment of Bushnell-Haas medium with the addition of 1% diesel oil. Two isolates were obtained, namely SB 1.2.1 (Gram positive) and SB 1.2.2 (Gram negative). The SB 1.2.1 isolate was further characterized biochemically. The SB 1.2.1 isolate does not have a cytochrome C oxidase complex, produces catalase enzymes, metabolizes glucose in a way other than oxidation-fermentation, and cannot ferment glucose. The SB 1.2.1 isolate was then grown in Bushnell-Haas medium with the addition of 0.02% naphthalene and 0.5% yeast extract for 48 hours. There was a decrease in the total number of cells (from 3.42 x 107 CFU/mL to 1.97 x 107 CFU/mL on the first batch and form 7.05 x 107 CFU/mL to 6.84 x 107 CFU/mL on the second batch) after 48 hours. Analysis of naphthalene concentration using HPLC showed that there was a decrease in naphthalene concentrations of 29.13% after 48 hours of incubation compared to controls without other compounds found during HPLC.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carlos Daniel
Abstrak :
Isolat bakteri SB 1.2.1 merupakan bakteri Gram positif yang diisolasi dari sampel pasir di Pantai Samudera Baru, Karawang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan biodegradasi naftalena oleh isolat SB 1.2.1 yang ditumbuhkan dalam medium Bushnell-Haas dengan penambahan naftalena 0,02% (b/v) dan glukosa 0,5% (b/v). Pertumbuhan isolat SB 1.2.1 diukur menggunakan metode total plate count (TPC) dan spektrofotometer panjang gelombang 600nm. Pengurangan konsentrasi senyawa naftalena diukur menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dengan panjang gelombang 254 nm, 276 nm, 278 nm, 304 nm, dan 339 nm. Hasil pengukuran pertumbuhan menunjukkan peningkatan jumlah sel (6,78 x 106 menjadi 1,18 x 107 CFU/mL pada batch pertama dan 1,09 x 107 menjadi 1,28 x 107 CFU/mL pada batch kedua) pada inkubasi 24 jam dan pengurangan jumlah sel menjadi (3,92 x 106 CFU/mL pada batch pertama dan 3,21 x 106 CFU/mL pada batch kedua) pada inkubasi 48 jam. Hasil pengukuran konsentrasi senyawa naftalena setelah inkubasi 48 jam menunjukkan ada pengurangan konsentrasi naftalena sebesar 14,26%. ......Bacterial isolate SB 1.2.1 is a Gram-positive bacteria isolated from Samudera Baru beach in Karawang. This study aims to determine the capability of bacterial isolate SB 1.2.1 to degrade naphthalene. The isolate was grown in Bushnell-Haas medium with addition of 0.02% (w/v) napthalene and 0.5% glucose (w/v). Bacterial growth was measured using TPC (Total Plate Count) method and absorbance measurement used spectrophotometer at 600 nm. The decrease of napthalene concentration was measured using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) at 254 nm, 276 nm, 278 nm, 304 nm, and 339 nm wavelengths. Bacterial isolate SB 1.2.1 showed an increase in cell numbers after 24 hours of incubation (from 6.78 x 106 into 1.18 x 107 CFU/mL on the 1st batch dan 1.09 x 107 into 1.28 x 107 CFU/mL on the 2nd batch) and decrease in the number of isolate (into 3.92 x 106  CFU/mL on the 1st batch dan 3.21 x 106 CFU/mL on the 2nd batch) after 48 hours of incubation. There was a 14.26% decrease in naphthalene concentration after 48 hour.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurellia Ester Maharani
Abstrak :
Naftalena merupakan senyawa hidrokarbon yang bersifat karsinogenik dan berbahaya bagi makhluk hidup. Pencemaran naftalena dapat diremediasi menggunakan bakteri hidrokarbonoklastik. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kemampuan Pseudomonas sp. SM 1_7 dalam mendegradasi senyawa naftalena. Pseudomonas sp. SM 1_7 diinkubasi dalam medium Bushnell-Haas yang ditambahkan naftalena 0,02 % dan yeast extract 0,5%. Pertumbuhan bakteri diukur menggunakan Total Plate Count (TPC) dan spektrofotometri. Pertumbuhan diukur pada periode inkubasi 0 jam, 24 jam, dan 48 jam. Konsentrasi senyawa naftalena diukur menggunakan HPLC setelah inkubasi 48 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 24 jam inkubasi, jumlah bakteri meningkat dari 5 x 108 CFU/mL menjadi 7,1 x 108 FU/mL pada batch pertama, 4,2 x 108 CFU/mL menjadi 5,3 x 109 CFU/mL pada batch kedua, dan 4,1 x 108 CFU/mL menjadi 5,9 x 108 CFU/mL pada batch ketiga. Penurunan jumlah sel terjadi setelah inkubasi 48 jam menjadi 2,4 x 107 CFU/mL pada batch pertama, 3,4 x 109 CFU/mL pada batch kedua, dan 2,3 x 108 CFU/mL pada batch ketiga. Konsentrasi naftalena berkurang sebanyak 43,65% setelah inkubasi 48 jam. Pseudomonas sp. SM 1_7 memiliki kemampuan dalam mendegradasi naftalena. ......Naphthalene is a hydrocarbon compound that is carcinogenic and harmful to living organisms. Hydrocarbonoclastic bacteria can be used in naphtalene remediation. This study will examine the biodegradation of naphthalene by Pseudomonas sp. SM 1_7 grown in Bushnell-Haas medium with the addition of 0.02% (w/v) naphthalene and 0.5% (w/v) yeast extract for 48 hours. Bacterial growth is measured by Total Plate Count (TPC) and spectrophotometry. Naphthalene concentration in the medium after 48 hours was measured using HPLC. The results showed that after 24 hours of incubation, the number of bacteria increased from 5 x 108 CFU/mL to 7.1 x 108 FU/mL in the first batch, 4.2 x 108 CFU/mL to 5.3 x 109 CFU/mL in the second batch, and 4.1 x 108 CFU/mL to 5.9 x 108 CFU/mL in the third batch. Number of cells decreased after 48 hours of incubation to 2.4 x 107 CFU/mL in the first batch, 3.4 x 109 CFU/mL in the second batch, and 2.3 x 108 CFU/mL in the third batch. The concentration of naphthalene in the medium after 48 hours decreased by 43.65%. Pseudomonas sp. SM 1_7 has the capability to degrade naphthalene.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurma Tsabita Hanifah
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian terkait deteksi dan analisis korelasi dari senyawa naftalena dalam sedimen serta bagian daging teripang hitam Holothuria leucospilota di perairan Pulau Rambut, Pulau Damar Besar, dan Pulau Semak Daun. Sebanyak 76 sampel H. leucospilota dan sedimen dikeringbekukan, dimaserasi menggunakan pelarut n-heksana selama 24 jam, dan diuapkan dengan alat rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak. Ekstrak dari kulit H. leucospilota dan sedimen kemudian dianalisis menggunakan alat U-HPLC. Peak yang dihasilkan kemudian dibandingkan menggunakan larutan standar naftalena. Nilai konsentrasi didapatkan menggunakan regresi linear yang telah dibuat dari data larutan standar naftalena. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel mengandung senyawa polutan naftalena. Konsentrasi senyawa naftalena pada ekstrak sampel H. leucospilota dan sedimen yang tertinggi dari Pulau Rambut dan Pulau Damar Besar berada di bagian selatan. Nilai konsentrasi untuk ekstrak H. leucospilota tertinggi di Pulau Rambut sebesar 28,47 ppm dan Pulau Damar Besar sebesar 10,37 ppm. Nilai konsentrasi untuk ekstrak sedimen tertinggi di Pulau Rambut sebesar 13,16 ppm dan Pulau Damar Besar sebesar 15,70 ppm. Data kemudian dianalisis menggunakan korelasi Spearman. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara konsentrasi senyawa naftalena yang berada di H. leucospilota dan di sedimen dari Pulau Rambut, Pulau Damar Besar, dan Pulau Semak Daun.
Research related to the detection and correlation analysis of naphthalene compound in sediment and flesh of Holothuria leucospilota from Rambut Island, Damar Besar Island, and Semak Daun Island have been carried out. Total 76 samples of H. leucospilota and sediment samples were obtained, macerated with n-hexane solvent for 24 hours, and evaporated with a rotary evaporator machine to obtaine the extracts. Extracts from the flesh of H. leucospilota and sediment were analyzed using the U-HPLC machine. The resulting peak were compared to a standard solution of naphthalene. The concentration value is obtained using a linear regression that has been created from standard solution data of naphthalene. The results showed that all samples contain naphthalene compound. The highest concentration of naphthalene compound in extracts of H. leucospilota samples and sediment of Rambut Island and Damar Besar Island is in the south area. The highest concentration of naphthalene in extract of H. leucospilota from Rambut Island amounted to 28.47 ppm while Damar Besar Island amounted to 10.37 ppm. The highest concentration of naphthalene in extract of sediment from Rambut Island amounted to 13.16 ppm and Damar Besar Island amounted to 15.70 ppm, respectively. Data were analyzed using Spearman correlation. Results showed that there was no correlation between the concentration of naphthalene compounds located in H. leucospilota and in the sediment of Rambut Island, Damar Besar Island, and Semak Daun Island.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library