Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachmat Firdaus
Abstrak :
Indonesia memiliki laut yang besar dan memiliki ikan yang banyak namun para nelayan belum bisa menyediakan ikan yang segar sehingga harga hasil tangkapannya menjadi murah dan menyebabkan nelayan tidak mendapat penghasilan yang cukup. Hal ini dikarenakan tidak semua nelayan paham cara pengolahan pasca panen. Ikan adalah bahan makanan yang mudah busuk. Penyebabnya adalah adanya aktivitas mikroorganisme yang bekerja di dalam tubuh ikan sehingga peneliti ingin melihat pemanfaatan NaOCl yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme agar ikan tidak cepat busuk dan kesegaran ikan  dapat terjaga. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan zat NaOCl dalam proses pendinginan ikan. Metode yang digunakan adalah metode observasi selama 27 hari. Penelitian ini dilakukan yaitu melihat perbedaan ikan dalam penyimpanan (pendinginan) ikan yang menggunakan NaOCl dan tanpa NaOCl. Hasil penelitian menunjukkan ikan tanpa NaOCl dikatakan busuk pada hari ke 21 sedangkan ikan dengan NaOCl masih dikatakan baik atau belum mengalami pembusukan. Kesimpulannya adalah NaOCl memiliki potensi dalam peningkatan nilai tambah nelayan.
Indonesia has a large sea and has a lot of fish but the fishermen have not been able to provide fresh fish so the price of the catch becomes cheap and causes fishermen not to earn enough. This is because not all fishermen understand the way of post-harvest processing. Fish is a perishable food ingredient. The reason is the activity of microorganisms that work in the body of the fish so researchers want to see the Utilization of NaOCl which is able to kill microorganisms so that the fish do not rot quickly and the freshness of the fish can be maintained. The purpose of this study was to determine the effect of using NaOCl substances in the process of cooling fish. The method used is the observation method for 27 days. This research was conducted by looking at the differences in fish in the storage (cooling) of fish using NaOCl and without NaOCl. The results showed that fish without NaOCl were said to rot on day 21 while fish with NaOCl were still said to be good or had not experienced decay. he conclusion is that NaOCl has the potential to increase the added value of fishermen.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Endriyana
Abstrak :
Latar Belakang: Perawatan endodontik bertujuan untuk menghilangkan infeksi mikroba yang terlibat pada sistem saluran akar. Enterococcus faecalis merupakan spesies yang terlibat dalam infeksi endodontik. E. faecalis memproduksi enzim gelatinase yang dapat membantu untuk menempel pada permukaan dentin. Propolis dikenal kaya akan bahan aktif sehingga berpotensi menjadi bahan alam untuk menunjang perawatan endodontik. Tujuan: Menetapkan efektivitas propolis 0.2%, 0.8%, dan 1.2% jika dibandingkan dengan NaOCl 5.25% serta pengaruhnya terhadap ekspresi gen gelE pada biofilm E. faecalis dan aktivitas gelatinase. Metode: Eksperimen biofilm ditumbuhkan pada 96­-well plate dan diinkubasi dalam keadaan microaerofilik selama 14, 48, dan 72 jam dan selanjutnya dilakukan uji ekspresi gen gelE dengan RT-qPCR serta uji gelatinase dilakukan pada BHI agar yang dicampurkan dengan 3mg susu skim yang dibentuk sumuran setelahnya diinkubasi selama 3, 9, dan 24 jam Hasil: Pada hasil penelitian didapatkan hasil secara kualitatif pengamatan mikroskopik adanya efektivitas propolis terhadap E. faecalis seiring dengan bertambahnya konsentrasi pada masa inkubasi 24 dan 48 jam. Dari hasil uji statistik Kruskall wallis dengan menggunakan GraphPad, ekspresi mRNA gelE dipengaruhi oleh propolis jika dibandingkan dengan kontrol negatif , hasil uji statistik didapatkan hasil yang signifikan (p < 0.05). Berdasarkan hasil dari uji gelatinase didapatkan diameter zona bening propolis 0.2%, 0.8%, dan 1.2% lebih kecil jika dibandingkan dengan kontrol negatif dan akuades secara berurutan, akan tetapi lebih besar jika dibandingkan dengan NaOCl 5.25% selaku kontrol positif. Kesimpulan: Propolis berpotensi menjadi bahan medikasi dan irigasi pada perawatan endodontik, selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan bakteri multispesies dan konsentrasi propolis yang lebih tinggi. ......Background: Endodontic treatment aims to eliminate the microbial infection involved in the root canal system. Enterococcus faecalis is a species involved in endodontic infections. E. faecalis produces gelatinase enzymes that can help to adhere to the dentin surface. Propolis is known to be rich in active ingredients so that it has the potential to be a natural ingredient to support endodontic treatment. Objective: To determine the effectiveness of propolis 0.2%, 0.8%, and 1.2% when compared to 5.25% NaOCl and their effect on the expression of the gelE gene in E. faecalis biofilm and gelatinase activity. Methods: Biofilm were grown on a 96-well plate and incubated under microaerophilic conditions for 14, 48, and 72 hours and then tested for gelE gene expression using RT-qPCR and gelatinase test was performed on BHI agar mixed with 3mg of skim milk formed The wells were then incubated for 3, 9, and 24 hours. Results: The results obtained qualitatively microscopic observations of the effectiveness of propolis against E. faecalis along with increasing concentrations during the incubation period of 24 and 48 hours. From the results of the Kruskall Wallis statistical test using GraphPad, the expression of gelE mRNA was affected by propolis when compared to the negative control, the statistical test results obtained significant results (p < 0.05). Based on the results of the gelatinase test, the diameter of the clear zone of propolis 0.2%, 0.8%, and 1.2% was smaller than the negative control and distilled water respectively, but larger than the 5.25% NaOCl as the positive control. Conclusion: Propolis has the potential to be a medicinal and irrigation material in endodontic treatment, further research needs to be done with multispecies bacteria and higher concentrations of propolis
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Danny Aldiyansyah
Abstrak :
ABSTRACT
Industri pegolahan bijih pertambangan merupakan salah satu industry yang paling tidak ramah lingkungan, hal tersebut dikarenakan penggunaan reagen-reagen berbahaya dalam prosesnya seperti sianida dan merkuri. Seiring dengan berjalanya waktu dilakukan berbagai penelitian untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah penggunaan larutan chloride-hypochlorite. Larutan tersebut dapat digunakan dalam proses pengolahan bijih karena mampu melarutkan emas sampai kondisi ekonomis, tetapi tetap ramah terhadap lingungan. Pada penelitian kali ini, dilakukan pengujian untuk mendapatkan titik ndash; titik optimum dari beberapa aspek yang mempengaruhi proses pelindiannya; antara volume NaOCl, dan waktu pelindian. Penelitian ini menggunakan bijih hasil pertambangan dari daerah Bolaang Mongondow, Indonesia yang sudah dikarakterisasi menggunakan OM, LIBS, XRF dan ICP dengan kadar emas sebesar 0.27 ppm sebagai sampel. Bijih emas diproses dengan metode pelindian emas menggunakan temperature dan agitasi dalam skala lab. Sehingga, didapatkan kadar emas yang ada pada larutan tersebut dari hasil karakterisasi menggunakan ICP. Kemudian diperolehlah persentase emas yang terlarut pada setiap variabelnya. Hasil yang didapat menunjukan bahwa volume NaOCl, dan waktu pelindian akan meningkatkan tren dari presentase emas terlarut.
ABSTRACT
Gold ore processing industry is one of the least environmentally friendly industry, due to the use of hazardous reagents in the process, such as cyanide and mercury. As the time goes, various studies have been conducted to overcome the problem. One of the study being developed is the use of chloride hypochlorite for gold leaching. The solution can be used in ore processing because its capability of dissolving gold economically, but still environmentally friendly. In this research, experiments are performed to obtain optimum points from volume of NaOCl and leaching time. This research uses ores from mining site at Boolang Mongondow, Indonesia, which have been characterized using OM, XRF, LIBS and ICP with initial gold content equal to 0.27 ppm. Gold ore is processed by agitation leaching method with temperature on a lab scale. The gold content of the solution from leaching process is obtained using ICP. Thus, the percentage of gold leached in each variables are obtained. The result shows that the increase volume of NaOCl, and leaching time will increase the trend of dissolved gold percentage.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Nur Arifah
Abstrak :

Berdasarkan data kualitas air IPA 3 Gading Serpong, mangan pada air baku melebihi standar 0,1 mg/L dan kadar sisa klor air produksi masih di bawah standar 0,2-1 mg/L. Untuk menentukan dosis optimum NaOCl dalam menurunkan mangan air baku dan meningkatkan sisa klor air produksi serta menganalisis perbandingan proses pengolahan air dengan oksidasi dan tanpa oksidasi, dilakukan penelitian dengan simulasi proses pengolahan air pada skala laboratorium. Percobaan tahap pertama bertujuan menentukan dosis optimum NaOCl dalam menurunkan kandungan mangan dengan variasi dosis NaOCl 4, 6, 8, dan 10 ppm. Percobaan tahap kedua bertujuan membandingkan proses pengolahan air dengan dan tanpa oksidasi. Percobaan tahap ketiga dilakukan untuk melihat hubungan oksidasi terhadap post-klorinasi. Parameter yang digunakan dalam penelitian adalah mangan, kekeruhan, pH, dan sisa klor. Hasil penelitian menunjukkan dosis optimum untuk oksidasi mangan adalah 8 ppm dengan penurunan mangan sebesar 29%. Hasil kualitas air terbaik dimiliki oleh sampel yang disertai proses oksidasi 8 ppm dengan penambahan klor 60 ppm pada proses post-klorinasi yang memiliki kekeruhan 0,97 NTU, pH 7,7, dan sisa klor 0,26 mg/L. Proses oksidasi dan post-klorinasi tersebut dapat diimplementasikan pada IPA 3 Gading Serpong dengan mudah tanpa penambahan sumber daya yang signifikan. ......WTP 3 Gading Serpong water quality data shows that raw water manganese surpasses 0,1 mg/L and treated water residual chlorine remains below 0,2-1 mg/L. A laboratory-scale simulation was used to identify the optimal dose of NaOCl to reduce raw water manganese and increase treated water residual chlorine, as well as to compare the water treatment process with and without oxidation. The first phase of the trial tested NaOCl doses of 4, 6, 8, and 10 ppm to reduce manganese levels. The second phase trial compares water treatment processes that include and exclude oxidation. In the third phase, the relationship between oxidation and postchlorination was investigated. Manganese, turbidity, pH, and residual chlorine are the study's parameters. The study found that an optimal dose of 8 ppm for manganese oxidation resulted in a 29% reduction in manganese. The best results for water quality are obtained with samples that have an oxidation process of 8 ppm and an addition of 60 ppm chlorine in the post-chlorination process with a turbidity of 0.97 NTU, a pH of 7.7, and a residual chlorine of 0.26 mg/L. The oxidation and post-chlorination processes can be implemented at WTP 3 Gading Serpong easily without adding significant resources.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Danny Aldiyansyah
Abstrak :
Industri pegolahan bijih pertambangan merupakan salah satu industry yang paling tidak ramah lingkungan, hal tersebut dikarenakan penggunaan reagen-reagen berbahaya dalam prosesnya seperti sianida dan merkuri. Seiring dengan berjalanya waktu dilakukan berbagai penelitian untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah penggunaan larutan chloride-hypochlorite. Larutan tersebut dapat digunakan dalam proses pengolahan bijih karena mampu melarutkan emas sampai kondisi ekonomis, tetapi tetap ramah terhadap lingungan. Pada penelitian kali ini, dilakukan pengujian untuk mendapatkan titik ndash; titik optimum dari beberapa aspek yang mempengaruhi proses pelindiannya; antara volume NaOCl, dan waktu pelindian. Penelitian ini menggunakan bijih hasil pertambangan dari daerah Bolaang Mongondow, Indonesia yang sudah dikarakterisasi menggunakan OM, LIBS, XRF dan ICP dengan kadar emas sebesar 0.27 ppm sebagai sampel. Bijih emas diproses dengan metode pelindian emas menggunakan temperature dan agitasi dalam skala lab. Sehingga, didapatkan kadar emas yang ada pada larutan tersebut dari hasil karakterisasi menggunakan ICP. Kemudian diperolehlah persentase emas yang terlarut pada setiap variabelnya. Hasil yang didapat menunjukan bahwa volume NaOCl, dan waktu pelindian akan meningkatkan tren dari presentase emas terlarut.
Gold ore processing industry is one of the least environmentally friendly industry, due to the use of hazardous reagents in the process, such as cyanide and mercury. As the time goes, various studies have been conducted to overcome the problem. One of the study being developed is the use of chloride hypochlorite for gold leaching. The solution can be used in ore processing because its capability of dissolving gold economically, but still environmentally friendly. In this research, experiments are performed to obtain optimum points from volume of NaOCl and leaching time. This research uses ores from mining site at Boolang Mongondow, Indonesia, which have been characterized using OM, XRF, LIBS and ICP with initial gold content equal to 0.27 ppm. Gold ore is processed by agitation leaching method with temperature on a lab scale. The gold content of the solution from leaching process is obtained using ICP. Thus, the percentage of gold leached in each variables are obtained. The result shows that the increase volume of NaOCl, and leaching time will increase the trend of dissolved gold percentage.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Hardhitari
Abstrak :
Latar belakang: Smear layer akibat preparasi saluran akar dapat menyebabkan kegagalan perawatan Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan dua macam irigan kombinasi terhadap pembersihan smear layer di daerah sepertiga apeks. Metode: Tiga puluh gigi premolar tetap dibagi atas tiga kelompok sama besar Kelompok I, Kelompok II dan Kelompok II masing masing menggunakan irigan kombinasi NaOCl 2 625 asam sitrat 17 NaOCl 2 625 EDTA 17 dan Kelompok III kelompok kontrol menggunakan salin. Sisa smear layer di daerah sepertiga apeks diperiksa dengan SEM dan diukur dengan memberikan skor jika permukaan yang bersih dari smear layer adalah lebih dari 75 50 - 75 25 - 50 dan kurang dari 25 maka berturut turut diberi Skor 0 1 2 dan 3 Hasilnya dianalisis dengan Kolmogorov Smirnov. Hasil: Tidak ada perbedaan signifikan dalam membersihkan smear layer antara Kelompok I dan II p 0 447 tetapi dibandingkan dengan kelompok kontrol Kelompok I dan II secara signfikan p 0 000 membersihkan smear layer lebih baik Kesimpulan Kombinasi irigan NaOCl - asam sitrat dan NaOCl - EDTA tidak berbeda pengaruhnya dalam membersihkan smear layer di daerah sepertiga apeks. ......Background: Smear layer as a result of instrumentaion could influence the outcome of treatment. The aim of this study was to analyze the effectiveness of two combination of irigants in removing the smear layer in the root canal. Methods: Thirty permanent premolars were divided in 3 groups equally Group I II and III used NaOCl 2 625 citric acid 17 NaOCl 2 625 EDTA 17 and saline solution control respectively. The remnants of smear layer were evaluated by SEM and were scored The Score was 0 1 2 or 3 if the remnants of the smear layer was less than 25 between 25 to 50 50 to 75 and more than 75 of the surface respectively and were analyzed by Kolmogorov Smirnov Results: There was no significant different in removing the smear layer between the Group I and the Group II p 0 447 while comparing to the control group the experimental groups were significantly better p 0 000 Conclusion No difference in ability to remove the smear layer between combinations of irrigant of NaOCl 2 625 citric acid 17 and NaOCl 2 625 EDTA 17
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T32986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library