Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andreas Suryo Wijaya
Abstrak :
Latar belakang: Tubuh kita hanya dapat mengekskresi zat besi secara terbatas sehingga apabila seseorang mengalami peningkatan zat besi, zat besi bebas akan menumpuk di jaringan dan menyebabkan kondisi iron overload dan memicu produksi ROS, yang dapat memicu disfungsi organ, salah satunya ginjal. Saat ini telah terdapat tiga macam agen kelasi besi untuk mengatasi iron overload. Namun, ketiga agen kelasi tersebut mahal dan memiliki berbagai efek samping. Berdasarkan penelitian yang sudah ada, mangiferin merupakan senyawa yang dapat mengkelasi besi, mengikat radikal superoksida (yang didismutasi oleh enzim superoxide dismutase), dan memiliki efek samping yang sedikit. Namun, mangiferin memiliki bioavailabilitas yang rendah. Saat ini dikembangkan beberapa teknologi untuk meningkatkan bioavailabilitas obat, salah satunya adalah dengan menggunakan nanopartikel kitosan-alginat sebagai nanocarrier. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pemberian mangiferin dalam nanopartikel kitosanalginat terhadap aktivitas SOD pada ginjal tikus yang diberi besi berlebih. Metode: Penelitian menggunakan organ ginjal tikus Sprague-Dawley dari penelitian sebelumnya yang terbagi menjadi lima kelompok uji: Kelompok N, IO, IO+M50, IO+MN50, dan IO+MN25. Homogenat sampel direaksikan dengan menggunakan InvitrogenTM SOD Colorimetric Activity Kit. Data diperoleh dengan membaca absorbansi dari hasil reaksi melalui metode spektrofotometri yang hasilnya kemudian dibagi dengan protein jaringan. Hasil: Kadar SOD ginjal tikus pada kelompok IO+MN25 memiliki kecenderungan lebih tinggi dibandingkan kelompok IO dan serupa dengan kelompok IO+M50 (p>0,05) Simpulan: Pemberian mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat tidak berpengaruh terhadap aktivitas SOD pada ginjal tikus yang diberi besi berlebih. ......Background: Our body can only excrete a limited amount of iron. Therefore, if iron amount in-body exceeds the excretion limit, non-transferrin-bound iron will increase and piles up in body tissues causing iron overload which triggers ROS production, which later induce organ dysfunctions, e.g. kidney dysfunction. Currently, there are three types of iron chelators to treat iron overload. But, those iron chelators are expensive and cause many adverse effects. Researchers find out that mangiferin is able to chelate iron, scavenge radical superoxides (which is dismutated by superoxide dismutase), and has less adverse effects. However, mangiferin has a low oral bioavailability. Many technologies are being developed to increase oral bioavailability of a medicine, one of them is by using chitosanalginate nanoparticles as nanocarriers. Objective: The aim of this research is to analyze the effect of mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles treatment towards kidney superoxide dismutase (SOD) activity of iron-induced rats. Methods: This research uses kidneys of iron-induced Sprague-Dawley rats from the last experiment which were grouped into five groups: N, IO, IO+M50, IO+MN50, IO+MN25. Sample homogenates are reacted with InvitrogenTM Superoxide Dismutase (SOD) Colorimetric Activity Kit. The data is collected by reading the absorbance of reaction results with spectrophotometry and dividing the spectrophotometry data by total tissue protein. Results: Kidney SOD activity level in IO+MN25 group tends to be higher than IO group and similar to IO+M50 group (p>0,05). Conclusion: The treatment of mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles does not affect kidney superoxide dismutase (SOD) activity of ironinduced rats.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yehezkiel Alexander Eduard George
Abstrak :

Latar belakang: Kondisi besi berlebih dalam tubuh dapat terjadi karena besi yang masuk mengalami peningkatan atau salah satu komponen ekskresi besi mengalami gangguan. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien talasemia, terutama yang mendapat transfusi darah secara rutin. Transfusi darah rutin dapat menyebabkan kondisi kelebihan besi dan akumulasi besi pada berbagai organ, termasuk limpa. Oleh karena itu, pasien membutuhkan obat kelasi besi, tetapi harganya mahal dan banyak efek samping. Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa mangiferin memiliki efek mengikat besi, namun bioavailabilitasnya rendah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek mangiferin dan mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat sebagai obat kelasi besi.

Metode: Limpa tersimpan dari dua puluh lima tikus jantan Sprague-Dawley dibagi ke dalam 5 kelompok, yaitu tikus normal (N), tikus yang diberi besi berlebih (KN), tikus yang diberi mangiferin 50 mg/kgBB (M50), tikus yang diberi mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat 50 mg/kgBB (MN50), dan tikus yang diberi mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat 25 mg/kgBB (MN25). Perlakuan pada hewan coba dilakukan selama 28 hari. Setelah 28 hari, tikus dikorbankan dan organ limpa diambil untuk pengukuran kadar besi pada limpa. Pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom dengan panjang gelombang 248,3 nm.

Hasil: Dari pengukuran, rata-rata kadar besi organ limpa (µg Fe/g jaringan) pada kelompok M50 (1200,80±126,05), kelompok MN50 (918,38±427,63), dan kelompok MN25 (645,73±178,89). Ketiga kelompok tersebut tidak berbeda signifikan dengan kelompok KN. Namun, terdapat perbedaan signifikan antara kelompok M50 dan MN25 (p=0,006).

Kesimpulan: Mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat dosis 25 mg/kg BB dapat menurunkan kadar besi di limpatikus yang diberi besi berlebih lebih baik dari mangiferin saja.


Background: Iron overload is a condition caused by increased intake or disruption of the excretion process. Thalassemia is one of the causes of iron overload, especially transfusion-dependent thalassemia (TDT). Transfusion-dependent thalassemia can cause iron overload and iron accumulation in several organs, including the spleen. Therefore, the patients also need iron chelator to excrete excessive iron, but it is expensive and has many side effects. The previous study shows mangiferin could act as an iron chelator but has low bioavailability. Therefore, we conducted this experimental study to compare mangiferin and mangiferin in chitosan-nanoparticle as an iron chelating agent.

Methods: Spleens from twenty five male Sprague-Dawley rats were divided into 5 groups, which are normal (N), negative control (KN), mangiferin 50 mg/kgBW (M50), mangiferin in chitosan-alginate nanoparticle 50 mg/kgBW (MN50), and mangiferin in chitosan-alginate nanoparticle 25 mg/kgBW (MN25). After 28 days, rats were sacrificed and the spleen were taken to measure the iron level using atomic absorbance spectrophotometer at 248,3 nm wavelength. 

Results: From the measurement, the mean of iron level in spleen (µg Fe/g tissue) of M50 group (1200,80±126,05), MN50 group (918,38±427,63), and MN25 group (645,73±178,89). In this study, those three groups did not significantly different with negative control group (KN). But, there was a significant difference between M50 and MN25 groups (p=0,006).

Conclusion: Mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles 25 mg/kg BW decreases the iron level in spleen of the iron overload rats better than mangiferin only.

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Dwi Haryanto
Abstrak :
Latar belakang: Kondisi penumpukan zat besi di tubuh sering terjadi pada pasien talasemia yang bergantung pada transfusi darah. Kelebihan zat besi dapat memicu terbentuknya reactive oxygen species (ROS) sehingga terjadi disfungsi organ. Limpa adalah salah satu organ yang terdampak dan dapat terjadi splenomegali yang dapat berujung pada splenektomi. Terapi kelasi besi diperlukan untuk mengurangi akumulasi zat besi. Mangiferin memiliki properti antioksidan sehingga dianggap dapat menjadi obat alternatif terapi kelasi. Namun, rendahnya bioavailibilitas mangiferin menghambat pengembangan dan aplikasi klinisnya. Penghantaran obat menggunakan nano-carrier menjadi salah satu pilihan untuk memperbaiki bioavailibilitas mangiferin. Penelitian ini menganalisis kadar mangiferin biasa dibandingkan mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat pada limpa tikus Sprague-Dawley. Metode: Penelitian menggunakan data dari tiga kelompok homogenat organ limpa tikus Sprague-Dawley tersimpan yang diinduksi kelebihan besi. Kelompok dibagi menjadi limpa yang diberi mangiferin konvensional dosis 50 mg/kgBB, mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat dosis 50 mg/kgBB, serta mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat dosis 25 mg/kgBB. Kadar mangiferin pada limpa diukur menggunakan HPLC. Hasil: Kadar rata-rata mangiferin pada organ limpa tikus Sprague-Dawley (ng/g jaringan) pada kelompok M50K (686,1±168,55), kelompok M50NP (924,6±253,63), dan kelompok M25NP (683,75±240,52). Tidak ada perbedaan yang signifikan pada ketiga kelomok tersebut. Kesimpulan: Pemberian mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat tidak meningkatkan kadar mangiferin pada limpa tikus Sprague-Dawley dibandingkan dengan pemberian mangiferin konvensional dan tidak ada perbedaan bermakna antara kadar mangiferin pada pemberian mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dosis 50 mg/kgBB dibanding dosis 25 mg/kgBB. ......Introduction: Iron overload in the body often occur in transfusion-dependent thalassemia patients. This condition can trigger the formation of reactive oxygen species (ROS) resulting in organ dysfunction. Spleen is one of the organs affected and it can lead to splenomegaly which leads to splenectomy. Iron chelation therapy is required to reduce iron accumulation. Mangiferin has antioxidant properties, therefore, it is considered as an alternative medicine for iron chelation therapy. However, the low bioavailability restricts the development and clinical application of mangiferin. Drug delivery using nano-carriers is an option to increase the bioavailability of mangiferin. This study analyzed the levels of conventional mangiferin compared to mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles in the spleen of Sprague-Dawley rats. Method: This study used data from three groups of spleen organ homogenate storage of Sprague-Dawley rats induced by iron overload. The groups were divided into spleens which were given conventional mangiferin 50 mg/kgBW, mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles 50 mg/kgBW, and mangifeirn in chitosan-alginate nanoparticles 25 mg/kgBW. Spleen mangiferin levels were measured using HPLC. Result: The mean level of mangiferin in the spleen organs of Sprague-Dawley rats (ng/g tissue) in the M50K group (686,1±168,55), M50NP group (924,6±253,63), and M25NP group (683,75±240,52). There was no significant difference in the three groups. Conclusion: Administration of mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles did not increase the spleen mangiferin levels in Sprague-Dawley rats compared to conventional mangiferin and there was no significant difference between mangiferin levels in spleen after the administration of mangiferin chitosan-alginate nanoparticles between doses of 50 mg/kgBW and 25 mg/kgBW.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Mardhiyah
Abstrak :
Mangiferin berpotensi menjadi agen pengkelat besi. Namun, rendahnya bioavailabilitas mangiferin membatasi kemampuan mangiferin sebagai agen pengkelat. Sistem penghantaran obat nanopartikel yang terenkapsulasi dalam kitosan-alginat diketahui mampu meningkatkan bioavailabilitas obat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kadar mangiferin konvensional dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat pada organ ginjal. Data penelitian diperoleh dari homogenat organ ginjal tersimpan tikus Sprague-Dawley yang diinduksi besi berlebih. Tikus dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan, yaitu diberikan mangiferin konvensional 50 mg/kgBB (MK50), mangiferin nanopartikel kitosan-alginat 50 mg/kgBB (MN50), dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat 25 mg/kgBB (MN25). Pengukuran kadar mangiferin dilakukan dengan menganalisis plasma menggunakan alat HPLC dan mengacu pada metode Estuningtyas. Berdasarkan pengukuran, rata-rata kadar mangiferin di organ ginjal (ng/g) antara lain sebesar 5368.5±1407,52 ng/g (MK50), 4757.78±1420,32 ng/g pada (MN50), dan 4448.06±1938,95 ng/g (MN25). Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan. Pemberian mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dosis 50 mg/kgBB maupun 25 mg/kgBB tidak meningkatkan kadar mangiferin di ginjal tikus dibandingkan dengan pemberian mangiferin konvensional dosis 50 mg/kgBB. Selain itu, kadar mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dosis 25 mg/kgBB tidak lebih tinggi dibandingkan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dosis 50 mg/kgBB di ginjal. ......Mangiferin has potential to be an iron chelating agent. However, the low bioavailability of mangiferin limits its ability as a chelating agent. The nanoparticle drug delivery system encapsulated in chitosan-alginate is known as an option to increase drug bioavailability. Therefore, this study aimed to analyze the levels of conventional mangiferin and mangiferin chitosan-alginate nanoparticle in the kidney. Data were obtained from stored kidney homogenates of iron overload Sprague-Dawley rat model. Rats were divided into three treatment groups, namely conventional mangiferin 50 mg/kgBW (MK50), mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 50 mg/kgBW (MN50), and mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 25 mg/kgBW (MN25). The measurement of mangiferin levels was carried out by plasma analysis using HPLC tool and referring to the Estuningtyas method. The average levels of mangiferin in kidneys (ng/g) are 5368.5±1407,52 (MK50 group), 4757.78±1420,32 (MN50 group), and 4448.06±1938,95 (MN25 group). However, there was no significant difference between the treatment groups. The administration of mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 50 mg/kgBW or 25 mg/kgBW did not increase mangiferin levels in the rat kidney compared to conventional mangiferin 50 mg/kgBW. In addition, the levels of mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 25 mg/kgBW were not higher than mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 50 mg/kgBW.
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ugiadam Farhan Firmansyah
Abstrak :
Mangiferin, turunan polifenol dari daun, batang, atau kulit buah Mangifera indica L. dikenal memiliki efek kelasi besi. Mangiferin memiliki bioavailabilitas yang rendah. Untuk meningkatkan bioavailabilitasnya, mangiferin dibungkus dalam nanopartikel kitosan-alginat. Studi terdahulu tidak mengukur kadar besi pada ginjal sebagai organ yang terlibat dalam metabolisme besi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh mangiferin dan mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat terhadap akumulasi besi di ginjal tikus yang mengalami kelebihan besi. Tiga puluh ekor tikus Sprague-Dawley dibagi dalam 5 kelompok: kontrol (C), tikus kelebihan besi (IO), tikus kelebihan besi yang diberi mangiferin oral dosis 50 mg/kg BB (M50), tikus kelebihan besi yang diberi mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat oral dosis 50 mg/kg BB (MN50) atau 25 mg/kg BB (MN25). Model tikus kelebihan besi dibuat dengan memberikan iron dextran intraperitoneal, 2 kali seminggu selama 4 minggu. Kadar besi pada ginjal diukur dengan alat atomic absorbance spectrophotometry (AAS). Kadar besi pada kelompok C, IO, M50, MN50, dan MN25 adalah 925,64 (568,25-1190,48); 3325,36 (2765,46-3566,99); 1874,96 (1023,56-2876,3); 2571,56 (2137,98-3760,87); dan 1065,48 (924,85-3671,04) mcg/g jaringan secara berurutan. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kadar besi di antara kelompok perlakuan dibandingkan kelompok IO (p > 0,05). Mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat tidak dapat mencegah akumulasi besi pada ginjal.
Mangiferin, polyphenol derived from leaves, bark, or fruit peels of Mangifera indica L., known has iron chelating effect. Mangiferin has low bioavailability. To improve mangiferin bioavailability, it is encapsulated in chitosan-alginate nanoparticle. Previous study did not measure kidney iron concentration that influences iron excretion. Aim of this study is to evaluate effect of mangiferin and mangiferin in chitosan-alginate nanoparticle toward iron accumulation in kidney iron overload rat model. Thirty Sprague-Dawley rats were divided into five groups: control (C), iron overload rats (IO), iron overload rats treated with oral mangiferin doses of 50 mg/kgBW (M50), and iron overload rats treated with oral mangiferin in chitosan-alginate nanoparticle doses of 50 mg/kgBW (MN50) or 25 mg/kgBW (MN25). Iron overload rat model made by given iron dextran 15 mg intraperitoneally, twice a week for 4 weeks. Iron concentration in kidney was measured by atomic absorbance spectrophotometry (AAS). Iron concentration in kidney at C, IO, M50, MN50, and MN25 groups were 925,64 (568,25-1190,48); 3325,36 (2765,46-3566,99); 1874,96 (1023,56-2876,3); 2571,56 (2137,98-3760,87); and 1065,48 (924,85-3671,04) mcg/g tissue, respectively. There are no significant differences in iron concentration among treatment groups compare to IO group (p > 0.05). Mangiferin in chitosan-alginate nanoparticle did not prevent accumulation of iron in kidney.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Ayuthaya
Abstrak :
Latar belakang: Kelebihan besi akibat transfusi darah terus-menerus dapat dialami penderita penyakit hemoglobinopati seperti talasemia. Di Indonesia, prevalensi penderita talasemia terbilang cukup tinggi. Untuk mengatasi kondisi tersebut, dibutuhkan terapi kelasi besi namun, terapi kelasi yang tersedia memiliki banyak kelemahan. Oleh karena itu, dilakukan studi terhadap mangiferin yang memiliki efek kelasi besi. Oleh karena bioavailabilitas mangiferin rendah, perlu dibentuk sebagai nanopartikel kitosan-alginat. Pada studi terdahulu, efek mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat terhadap kadar MDA pada jantung tikus dengan kelebihan besi belum pernah dibuktikan Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai kemampuan mangiferin dan mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat terhadap kadar MDA organ jantung tikus dengan kondisi kelebihan besi Metode: Sebanyak 25 ekor tikus Sprague-Dawley dibagi dalam 5 kelompok: kontrol (N), tikus kelebihan besi (IO), dan kelompok terapi per oral yaitu tikus IO yang diberi mangiferin dosis 50 mg/kgBB (IO + M50), mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dosis 50 mg/kgBB (IO + MN50), dan mangiferin nanopartikel kitosan-alginat dosis 25 mg/kgBB (IO + MN25). Tikus kelebihan besi diinjeksikan iron dextran intraperitoneal 15 mg, dua kali seminggu selama empat minggu. Kadar MDA organ jantung diukur menggunakan spektrofotometer. Hasil: Rerata kadar MDA jantung tikus pada kelompok N, IO, MN, MN50, dan MN25 secara berurutan adalah 7,36, 2,53, 5,64, 4,80, dan 9,36 nMol/mg. Tidak ditemukan penurunan kadar MDA pada kelompok terapi terhadap kelompok IO. Meskipun begitu, terdapat perbedaan signifikan kadar MDA jaringan jantung tikus Sprague-Dawley pada setiap kelompok (ANOVA, p = 0,048). Ditemukan juga perbedaan bermakna antara kelompok IO dengan MN (P= 0,03) dan MN 50 (P=0,041). Kesimpulan: Mangiferin dan mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat tidak mampu menurunkan kadar MDA pada jantung tikus dengan keadaan besi berlebih. ......Introduction: Iron overload due to continuously blood transfusions is a problem that must be faced by people with hemoglobinopathy such as thalassemia. In Indonesia, the prevalence of patient with thalassemia is fairly high. To overcome the conditions of iron overload, iron chelator is needed. However, the available iron chelator therapy has many weaknesses. Therefore, a study of Mangiferin that has an iron chelator effect, has been conducted. However, the bioavailability of mangiferin is low so it needs to be formed as nanoparticles and wrap in chitosan-alginate. In previous studies, the mangiferin effect on MDA levels in the heart of rats with excess iron has not been measured Objective: This study aims to assess the ability of mangiferin and mangiferin in chitosan- alginate nanoparticles on MDA levels in the heart of rats with iron overload conditions. Method: Twenty-five Sprague-Dawley rats were divided into five groups: control (N), iron overload rats (IO), and an oral therapy group, IO rats treated with mangiferin 50 mg/kg/day per oral (IO+M50), mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 50 mg/kg/day (IO+MN50), and mangiferin chitosan-alginate nanoparticle 25 mg/kg/day (IO+MN25).The rats were given Iron Dextran 15 mg intraperitoneal, twice a week for four weeks. MDA levels are measured in heart organs using a spectrophotometer. Result: The MDA concentration in heart at N, IO, MN, MN50, and MN25 groups were 7,36 nMol/mg, 2,53 nMol/mg, 5,64 nMol/mg, 4,80 nMol/mg, and 9,36 nMol/mg. There was no decline in MDA levels in the IO group compare to therapy group. However, there was a significant difference in MDA levels of the Sprague-Dawley mouse heart tissue in each group (ANOVA, P = 0.048). It was also found a significant difference between the IO group and MN (p = 0.03) and MN 50 (p = 0.041). Conclusion: Mangiferin and mangiferin in chitosan-alginate nanoparticles could not reduce MDA levels in the heart of mice with iron overload.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Arif Nugroho
Abstrak :
Latar belakang: Iron overload pada penderita talasemia memicu terbentuknya Reactive Oxygen Species dalam tubuh. Sel tubuh secara alami mempunyai mekanisme dalam menangkal radikal bebas dan antioksidan, salah satunya dengan mengaktifkan enzim katalase. Mangiferin adalah bahan alami yang terbukti mempunyai efek anti oksidan dan pengkelat besi, Namun dari hasil penelitian membuktikan bahwa bioavailabilitas mangiferin kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat terhadap aktivitas enzim katalase pada jantung tikus yang diberi besi berlebih. Metode: Organ jantung tikus Sprague-Dawley yang didapat dari penelitian sebelumnya, dibuat dalam bentuk homogenat dan dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: kelompok normal , kelompok Iron Overload , dan kelompok yang diberi besi berlebih dengan terapi mangiferin 50 mg/kg BB, mangiferin nanopartikel 50 mg/kg BB dan mangiferin nanopartikel 25 mg/kg BB. Homogenat digunakan untuk pengukuran kadar protein dengan metode Bradford dan aktivitas enzim katalase diukur dengan Catalase Activity Assay Kit. Hasil: Pada penelitian ini, dengan uji Kruskal-Wallis, didapatkan nilai p sebesar 0.05, yang berarti tidak didapatkan perbedaan aktivitas katalase jantung yang bermakna antar tiap kelompok. Aktivitas katalase jantung tertinggi ditemukan pada kelompok normal dengan nilai sebesar (0,1580 ± 0,1371) U/mg, diikuti kelompok mangiferin nanopartikel 25 (0,0336 ± 0,0137), kelompok mangiferin 50 (0,0209 ± 0,0127), kelompok Iron overload (0,0137 ± 0,0041) dan kelompok mangiferin nanopartikel 50 (0,0129 ± 0,0031). Kesimpulan: Tidak terdapat penurunan aktivitas katalase yang bermakna pada organ jantung tikus pada pemberian mangiferin dalam nanopartikel kitosan-alginat dibandingkan dengan pemberian mangiferin saja maupun antara mangiferin nanopartikel yang diberikan dengan dosis yang berbeda. ......Background: Iron overload in thalassemic patients triggers the formation of Reactive Oxygen Species in the body. Body cells naturally have mechanisms to fight against free radicals and antioxidants; one of them is the activation of Catalase enzymes. Mangiferin is a natural substance proven to have antioxidant and iron binding properties. Nevertheless, results from studies show that the bioavailability of Mangiferin is modest. The objective of this study is to find out the effect of Mangiferin administration in Chitosan-Alginate nanoparticles on the Catalase Enzyme in the hearts of rats given an overload of iron. Method: The hearts of the Sprague-Dawley rats were obtained from the previous study, made in the homogenate form and divided into five groups namely the normal group, Iron Overload, and the groups given an overload of iron by giving the therapy of Mangiferin with the dose of 50mg/kg of body weight, Mangiferin nano particles 50 mg/kg of body weight and Mangiferin nano particles 25 mg/kg of body weight. Homogenate was used to measure the protein concentration with the method of Bradford and Catalase enzyme activity was measured by Catalase Activity Assay Kit. Result: In this study, with the Kruskal Wallis testing, p value is not less than 0,05, meaning there was no significant difference in the cardiac catalase activity among the groups. The highest cardiac catalase activity was encountered in the normal group with the value (0,1580 ± 0,1371) U/mg, followed by the mangiferin nanoparticles 25 group (0,0336 ± 0,0137), mangiferin 50 group (0,0209 ± 0,0127), Iron overload group (0,0137 ± 0,0041) and mangiferin nanopartikel 50 group (0,0129 ± 0,0031). Conclusion: There was no significant reduction in the catalase activity in the hearts of the rats in the mangiferin group with the chitosan alginate nanoparticles compared with the group with were administration of mangiferin as well as among the mangiferin nanoparticle groups in diverse doses.
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library