Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nopita Eka Rizna
"Pengelolaan obat merupakan salah satu pekerjaan kefarmasian yang harus dilakukan dengan baik dan benar. Pengelolaan obat yang ada di apotek dapat berupa perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan serta pemusnahan obat. Penyimpanan merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan obat, dimana  penyimpanan obat bertujuan untuk menjamin mutu dan memastikan sediaan farmasi terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia. Oleh karena itu pengamatan terhadap evaluasi penyimpanan ini sangatlah penting dilakukan dengan tujuan untuk mengetahuo Gambaran dan melakukan pengelolaan penyimpanan obat dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek. Dari hasil observasi bahwa sistem penyimpanan obat di apotek kimia farma kahfi II telah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Medication management is one of the pharmaceutical jobs that must be done well and correctly. Management of medicines in pharmacies can include planning, procurement, receiving, storage, distribution, recording and reporting as well as destruction of medicines. Storage is an important aspect in drug management, where drug storage aims to guarantee quality and ensure that pharmaceutical preparations are protected from physical and chemical damage. Therefore, it is very important to observe this storage evaluation with the aim of knowing the description and managing drug storage in the hope of improving the quality of pharmaceutical services in pharmacies. From the results of observations, the drug storage system at Kimia Farma Kahfi II Pharmacy is in accordance with the provisions stipulated in the Minister of Health Regulation No.72 in 2016 concerning Pharmaceutical Service Standards in Pharmacies.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ariestiani
"Produk rantai dingin atau cold chain product (CCP) merupakan obat-obatan yang harus disimpan dalam kisaran suhu yang telah ditetapkan. Produk rantai dingin ini perlu dijaga kualitasnya untuk memenuhi kriteria keamanan, kualitas, dan efikasi. Pendistribusian produk rantai dingin merupakan distribusi sediaan farmasi yang sensitif terhadap perubahan suhu, sehingga dalam distribusinya diperlukan kontrol suhu yang tepat untuk menjaga mutu dan stabilitas obat. Guna menjamin kualitas dan mutu dari suatu obat, pendistribusian obat diperhatikan. Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang distibusi, PT. Kimia Farma Trading & Distribution melakukan validasi pengiriman produk rantai dingin. Validasi pengiriman dilakukan dengan mengukur suhu coolbox setiap 15 menit selama 5 jam. Pengiriman cold chain product (CCP) yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma Trading & Distribution telah memenuhi persyaratan sesuai CDOB. Validasi dilakukan dalam 2 hari selama 5 jam dengan suhu terukur pada rentang 2 – 8°C.

Cold chain products (CCP) are medicines that must be stored within a predetermined temperature range. The quality of these cold chain products needs to be maintained to meet safety, quality and efficacy criteria. The distribution of cold chain products is the distribution of pharmaceutical preparations that are sensitive to changes in temperature, so that proper temperature control is required in their distribution to maintain the quality and stability of the drug. In order to ensure the quality and quality of a drug, the distribution of the drug is taken into account. As one of the companies operating in the distribution sector, PT. Kimia Farma Trading & Distribution validates cold chain product delivery. Delivery validation is carried out by measuring the coolbox temperature every 15 minutes for 5 hours. Cold chain product (CCP) delivery carried out by PT. Kimia Farma Trading & Distribution has fulfilled the requirements according to CDOB. Validation was carried out in 2 days for 5 hours with measured temperatures in the range 2 – 8°C."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ariestiani
"Produk rantai dingin atau cold chain product (CCP) merupakan obat-obatan yang harus disimpan dalam kisaran suhu yang telah ditetapkan. Produk rantai dingin ini perlu dijaga kualitasnya untuk memenuhi kriteria keamanan, kualitas, dan efikasi. Pendistribusian produk rantai dingin merupakan distribusi sediaan farmasi yang sensitif terhadap perubahan suhu, sehingga dalam distribusinya diperlukan kontrol suhu yang tepat untuk menjaga mutu dan stabilitas obat. Guna menjamin kualitas dan mutu dari suatu obat, pendistribusian obat diperhatikan. Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang distibusi, PT. Kimia Farma Trading & Distribution melakukan validasi pengiriman produk rantai dingin. Validasi pengiriman dilakukan dengan mengukur suhu coolbox setiap 15 menit selama 5 jam. Pengiriman cold chain product (CCP) yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma Trading & Distribution telah memenuhi persyaratan sesuai CDOB. Validasi dilakukan dalam 2 hari selama 5 jam dengan suhu terukur pada rentang 2 – 8°C.

Cold chain products (CCP) are medicines that must be stored within a predetermined temperature range. The quality of these cold chain products needs to be maintained to meet safety, quality and efficacy criteria. The distribution of cold chain products is the distribution of pharmaceutical preparations that are sensitive to changes in temperature, so that proper temperature control is required in their distribution to maintain the quality and stability of the drug. In order to ensure the quality and quality of a drug, the distribution of the drug is taken into account. As one of the companies operating in the distribution sector, PT. Kimia Farma Trading & Distribution validates cold chain product delivery. Delivery validation is carried out by measuring the coolbox temperature every 15 minutes for 5 hours. Cold chain product (CCP) delivery carried out by PT. Kimia Farma Trading & Distribution has fulfilled the requirements according to CDOB. Validation was carried out in 2 days for 5 hours with measured temperatures in the range 2 – 8°C."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widha Dianasari
"Latar belakang: Pemerintah menetapkan Peraturan BPOM No.32 Tahun 2019 tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional yang dalam praktiknya mendorong semua produsen obat tradisional (OT) melakukan pengujian produk terhadap sepuluh parameter keamanan dan mutu obat tradisional. Sepuluh parameter tersebut antara lain organoleptik; kadar air; cemaran mikroba; jumlah aflatoksin; cemaran logam berat; kesanaan berat; waktu hancur; volume terpindahkan; kadar alkohol; dan pH. Namun demikian, pengujian terhadap kesepuluh parameter tersebut membutuhkan SDM, fasilitas (laboratorium) dan dana yang besar. Pemerintah memberikan kelonggaran terhadap produsen kelompok UMKM dalam bentuk sertifikat CPOTB Bertahap dimana produsen tetap dapat memproduksi OT meskipun tidak memiliki fasilitas lengkap (termasuk laboratorium). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Peraturan tentang Kemanan dan Mutu OT tahun 2019 oleh Produsen OT di level UMKM. Mengingat peraturan ini merupakan peraturan tingkat nasional tetapi dilaksanakan di level daerah maka factor komunikasi, disposisi menjadi perlu diperhatikan. Selain itu, karena peraturan ini diharapkan dapat diimplementasikan oleh seluruh produsen OT di Indonesia maka variabel lingkungan social dan ekonomi juga perlu diperhatikan. Metode: Dalam menganalisis implementasi peraturan persyaratan keamanan dan mutu obat tradisional tahun 2019 melalui pelaksanaan pengujian sepuluh parameter uji, studi dengan pendekatan kualitatif ini menggunakan data dari berbagai sumber. Kuesioner dibagikan kepada seluruh UMKM di Provinsi Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan untuk mendapatkan gambaran kinerja UMKM dalam hal keamanan dan mutu obat tradisional. Ketiga provinsi dipilih secara purposive dengan memperhatikan representasi tiap regional, temuan kasus TMS, serta jumlah UMKM terbanyak sehingga penelitian ini dapat menggambarkan implementasi kebijakan (Peraturan No.32 Tahun 2019 tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional) di Indonesia, dengan kondisi yang beragam. Untuk analisa mendalam, data tersebut didukung dengan hasil wawancara terhadap UMKM, Balai POM, Badan POM serta Gabungan Pengusaha Jamu. Adapun kinerja implementasi kebijakan dianalisis menggunakan model variabel karakteristik badan pelaksana, komunikasi antar badan pelaksana, disposisi dan lingkungan social dan ekonomi. Hasil: Dari sepuluh parameter uji keamanan dan mutu obat tradisional yaitu organoleptik; kadar air; cemaran mikroba; jumlah aflatoksin; cemaran logam berat; keseragaman bobot; waktu hancur; volume terpindahkan; kadar alkohol; dan pH., hanya tiga di antaranya yang diuji oleh sebagian besar UMKM di tiga provinsi yaitu organoleptis, kadar air dan keseragaman bobot. Sumber daya manusia dan fasilitas, terutama tidak adanya laboratorium, menjadi faktor internal yang menjadi penghambat UMKM untuk melakukan pengujian keamanan dan mutu OT sebelum diedarkan. Di Provinsi Jawa Tengah, komunikasi antara Balai POM dengan UMKM berperan penting sehingga UMKM memahami tujuan peraturan ini dan mengupayakan keamanan dan mutu produk OT. Di Provinsi Sumatera Utara, komunikasi tidak berjalan baik akan tetapi lembaga Pendidikan di daerah mendukung upaya penjaminan keamanan dan mutu obat tradisional. Di Sulawesi Selatan, disposisi kebijakan ini tidak berjalan baik karena komunikasi yang kurang terbangun. UMKM yang tidak mengikuti sosialiasi dari Badan BPOM dan Balai POM dianggap tidak informatif terhadap UMKM. Kesimpulan: Peraturan BPOM No.32 Tahun 2019 tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional belum terimplementasi dengan baik di tingkat UMKM tiga provinsi ini. Sebagian besar UMKM tidak memiliki laboratorium dan SDM yang adekuat untuk melakukan pengujian terhadap sepuluh parameter keamanan dan mutu. Faktor komunikasi, disposisi dan lingkungan (ekonomi dan sosial) berkaitan dengan kinerja UMKM dalam mengimplementasi peraturan ini. Saran: Komunikasi yang efektif antara badan pelaksana dan pemerintah perlu dibangun untuk mendorong UMKM mampu melaksanakan jaminan keamanan dan mutu obat tradisional melalui pengujian sepuluh parameter uji. Dikarenakan terbatasnya kemampuan UMKM, diperlukan peraturan turunan yang lebih teknis terkait kebijakan pengujian secara berkala berdasarkan kajian risiko.

Background: The government stipulates Regulation of Indonesian FDA No. 32 of 2019 concerning the Safety and Quality Requirements of Traditional Medicines, which encourages all manufacturers of traditional medicines (OT) to conduct product testing on ten parameters of safety and quality of traditional medicines. The ten parameters include: organoleptic, water content, microbial contamination; the amount of aflatoxin; heavy metal contamination; heavy going; ruined time, transferred volume, alcohol content, and pH. However, testing the ten parameters requires human resources, facilities (laboratory), and large funds. The government provides concessions to Micro, Medium, and Small Entreprises (MSME) group producers in the form of Gradual CPOTB certificates where producers can still produce OT even though they do not have complete facilities (including laboratories). This study aims to analyze the performance of the implementation of the Regulation on Safety and Quality of OT by OT Manufacturers at the MSME level. Since this regulation is national but implemented at the regional level, the communication factor and disposition must be considered. In addition, because this regulation is expected to be implemented by all OT producers in Indonesia, the social dan economic environmental variables also need to be considered. Methods: This study uses a combination of quantitative and qualitative approaches using data from various sources. Questionnaires were distributed to all MSMEs in the Provinces of North Sumatra, Central Java, and South Sulawesi to get an overview of MSME performance regarding the safety and quality of traditional medicines. For in-depth analysis, the data is supported by interviews with MSMEs, Indonesia FDA, Indonesian FDA in Provincies, and the Association of Herbal Medicine Entrepreneurs. The performance of policy implementation was analyzed using the Van Meter Van Horn implementation model with variables of the characteristics of the implementing agency, communication, disposition, and social and economic environment. Results: Of the ten parameters of the safety and quality of traditional medicines, namely organoleptic; water content; microbial contamination; the amount of aflatoxin; heavy metal contamination; weight uniformity; ruined time; transferred volume; alcohol content; and pH., only three of which were tested by most MSMEs in three provinces, namely organoleptic, moisture content and weight uniformity. Human resources and facilities, especially the absence of laboratories, are internal factors hindering MSMEs from testing OT safety and quality before being circulated. In Central Java Province, communication between Indonesian FDA in Provincies and MSMEs plays an important role so that MSMEs understand the purpose of this regulation and strive for the safety and quality of OT products. In North Sumatra Province, communication is not very good, but educational institutions in the region support efforts to ensure the safety and quality of traditional medicines. In South Sulawesi, this policy disposition did not work well due to poor communication. MSMEs that do not participate in the socialization from the Indonesian FDA and Indonesian FDA in Provincies are considered uninformative MSMEs. Conclusion: Regulation of Indonesian FDA No. 32 of 2019 concerning the Safety and Quality Requirements of Traditional Medicines has not been implemented properly at the MSME level in these three provinces. Most MSMEs do not have adequate laboratories and human resources to conduct tests on ten safety and quality parameters. Communication, disposition, and environmental factors (geography, economy, social, and politics) are related to the performance of MSMEs in implementing this regulation. Suggestion: Effective communication between the implementing agency and the government needs to be built to create a common perception about the importance of ensuring the safety and quality of traditional medicinal products. Due to the limited capacity of MSMEs, clearer derivative regulations are needed regarding the policy of periodic testing based on risk assessments."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Amelia
"Pada CPOB terdapat ketentuan dalam melakukan pengelolaan atau manajemen mutu obat. Dalam pelaksanaan pemastian mutu obat perlu dilakukan evaluasi rutin agar mutu obat yang dihasilkan serta proses yang dilakukan dapat tetap terjaga ataupun dapat diperbaiki. Evaluasi tersebut dilakukan dengan melakukan Pengkajian Mutu Produk (Product Quality Review) yang dilakukan setiap tahun dan didokumentasikan. Tujuan tugas khusus ini adalah untuk mempelajari cara pembuatan serta melakukan penyusunan laporan Pengkajian Mutu Produk (Product Quality Review) obat pada industri farmasi. Metode yang digunakan dalam pengerjaan laporan ini yaitu dengan melakukan Pengkajian Mutu Produk (Product Quality Review) sesuai alur. Dari pembuatan tugas khusus ini, dapat disimpulkan bahwa pembuatan Product Quality Review (PQR) di industri farmasi membutuhkan pengumpulan data dan dokumen dari berbagai aspek serta departemen guna mendapatkan hasil analisis data tren yang menyeluruh dan akurat sehingga dapat memantau produksi suatu produk pada periode pengkajian serta memberikan arah agar produksi di periode selanjutnya lebih baik dan terjaga.

At GMP there are provisions in managing drug quality. In carrying out drug quality assurance, it is necessary to carry out routine evaluations so that the quality of the drugs produced, and the processes carried out can be maintained or improved. The evaluation is carried out by conducting a Product Quality Review which is conducted annually and documented. The purpose of this report is to learn how to make and prepare reports for the Product Quality Review of drugs in the pharmaceutical industry. The method used in preparing this report is to conduct a Product Quality Review according to the flow. From this report, it can be concluded that the preparation of Product Quality Review (PQR) in the pharmaceutical industry requires the collection of data and documents from various aspects and departments in order to obtain comprehensive and accurate trend data analysis results so as to be able to monitor the production of a product during the review period and provide direction so that production in the next period is better and maintained."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Salma Mutmainah
"Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian memperlihatkan perlunya pembaruan secara berkala terhadap kompendia sebagai acuan dalam pengawasan mutu obat. Farmakope Indonesia, sebagai kompendia utama di Indonesia, secara terus-menerus diperbaharui untuk mengakomodasi jenis dan sediaan obat terbaru serta memastikan kesesuaian dengan standar internasional. Sebagai tanggapan terhadap meningkatnya kasus Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada anak-anak, pengawasan ketat terhadap sediaan farmasi, khususnya dalam bentuk likuid, diperketat oleh BPOM. Oleh karena itu, PT Ferron Par Pharmaceuticals perlu mengevaluasi dan menyesuaikan spesifikasi serta metode uji mereka dengan kompendia terkini guna memastikan kepatuhan dan keamanan produk. Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam spesifikasi dan metode analisis serta menekankan pentingnya validasi metode analisis yang tepat guna memastikan produksi obat yang berkualitas dan aman bagi pasien. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan adanya kesenjangan dalam spesifikasi dan metode analisis antara produk yang digunakan oleh PT. Ferron Par Pharmaceuticals dengan kompendia yang berlaku. Ketika terdapat perbedaan detail spesifikasi, diprioritaskan yang lebih ketat, dan parameter yang belum diuji akan dianalisis tambahan. Validasi atau verifikasi protokol metode analisis menjadi krusial untuk menghasilkan prosedur yang eksplisit, tidak ambigu, dapat dieksperimentasikan, efektif, dan dapat direproduksi guna memastikan hasil uji yang akurat dan relevan bagi industri farmasi.

Advancements in pharmaceutical science and technology necessitate periodic updates to compendia as standards for drug quality control. The Indonesian Pharmacopoeia, a primary reference in Indonesia, is continually revised to accommodate new drug types and formulations and to ensure alignment with international standards. In response to the increasing cases of Atypical Progressive Acute Kidney Failure (GGAPA) in children, stringent monitoring of pharmaceuticals, particularly liquid formulations, has been enforced by the Indonesian FDA. Therefore, PT Ferron Par Pharmaceuticals needs to evaluate and align their specifications and testing methods with current compendia to ensure compliance and product safety. This study aims to identify gaps in specifications and analytical methods and underscores the importance of validating analytical methods to ensure the production of quality and safe drugs for patients. The conclusion of this study shows that there are gaps in specifications and analysis methods between the products used by PT Ferron Par Pharmaceuticals and the applicable compendia. When there are differences in specification details, the more stringent ones are prioritized, and parameters that have not been tested will be additionally analyzed. Validation or verification of analytical method protocols is crucial to produce procedures that are explicit, unambiguous, experimentable, effective, and reproducible to ensure accurate and relevant test results for the pharmaceutical industry.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library