Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Nurjannah SB
"ABSTRAK
Kemuning (Murraya paniculata Jack) telah dikenal sebagai obat tradisional yang mempunyai berbagai macam khasiat salah satu diantaranya adalah sebagai analgetik. Untuk menambah informasi ilmiah mengenal khasiat kemuning maka dilakukan penelitian mengenai efek analgetik ekstrak petroleum benzen, ekstrak kioroform, dan ekstrak etanol 95 dari daun kemuning (Murraya paniculata Jack) pada mencit putih galur SWISS:CBR. Pengujian dilakukan dengan metoda peritoneal test (writhing test), dengan menggunakan larutan asam asetat 3 sebagai pembangkit rasa sakit yang diberikan secara intra peritoneal. Pemberian bahan uji diberikan secara oral 30 menit sebelum pemberian asam asetatip. Sebagai pembanding digunakan asetosal (1.3 mg/20 g berat badan mencit). Efek analgetik ditentukan berdasarkan penurunan jumlah peregangan (writhing) yang terjadi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ekstrak petroleum benzen, dan ekstrak kioroform dari daun kemuning tidak mempunyai khasiat analgetik. Ekstrak etanol 95 dari daun kemuning dengan dosis 7.2 mg; 21,6 mg; dan 64,8 mg tiap 20 g berat badari mnencit mempunyai efek analgetik. Terdapat hubungan dosis dan efek yaitu dengan meningkatnya dosis maka efek analgetik ekstrak tersebut akan semakin kuat. Ekstrak etno1 95 dri daun kemunng dengan dosis 64.8 mg/20 g berat badan mencit mempunyai efek analgetik yang tidak berbeda nyata dengan asetosal dosis 1,3 mg/20 gram berat badan mencit."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhillah
"Telah dilakukan penelitian induksi kalus internodus ke-2 Murraya paniculata (L.) Jack. pada medium Murashige & Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan penambahan konsentrasi asam 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4-D) dan Kinetin yang bervariasi. Perlakuan berupa penambahan 2,4-D (0; 0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 dikombinasikan dengan Kinetin (0; 0,25; 0,5; 0,75) mgl-1. Eksplan dikultur selama 8 minggu tanpa pencahayaan. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA UI, Depok.
Hasil penelitian menunjukkan semua eksplan dapat membentuk kalus pada semua kombinasi perlakuan kecuali pada perlakuan tanpa penambahan 2,4-D dan Kinetin serta penambahan Kinetin tunggal. Inisiasi kalus 11,4-- 21,25 hari; persentase pembentukan kalus tiap perlakuan 40--100%; rata-rata berat basah dan berat kering kalus masing-masing 1,70--52,48 mg dan 0,49--6,36 mg.
Kalus umumnya berwarna krem keputihan, bertekstur remah--remah kompak. Kalus berasal dari jaringan korteks dan kambium. Perlakuan E (penambahan 2,4-D 2 mgl-1) merupakan perlakuan yang paling baik dalam menginduksi kalus karena memiliki persentase pembentukan kalus 100%, inisiasi kalus 12,4 hari, berat basah kalus 52,48 mg dan berat kering kalus 6,36 mg. Hal tersebut berdasarkan peringkat parameter kuantitatif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudiningsih
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Wardani
"Peneliti terdahulu melaporkan adanya penggunaan bersama salah satu jamu yang mengandung daun kemuning dengan simvastatin memungkinkan potensi adanya interaksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya interaksi farmakodinamika dan farmakokinetika simvastatin kombinasi dengan ekstrak daun kemuning sebagai antihiperlipidemia. Pengujian dilakukan 2 tahap yaitu farmakodinamika dan farmakokinetika. Pengujian farmakodinamika meliputi kadar profil lipid darah, asam lemak dan asam amino. Hewan coba dibagi menjadi 9 kelompok yaitu kelompok normal, negatif, positif simvastatin (9 mg/kg BB), ekstrak daun kemuning dosis 1 (157,5 mg/kg BB), dosis 2 (315 mg/kg BB) dan dosis 3 (630 mg/kg BB) serta kelompok kombinasi simvastatin dengan ekstrak daun kemuning dosis 1, dosis 2, dan dosis 3. Pengukuran kadar profil lipid menggunakan spektrofotometer klinikal. Pengujian farmakokinetika diberikan simvastatin 9 mg/kg BB dan kombinasi simvastatin dengan ekstrak daun kemuning 630 mg/kg BB. Konsentrasi simvastatin dalam plasma diukur menggunakan LCMS/MS selanjutnya dihitung nilai AUC, Tmaks, Cmaks. T1/2, Cl/F dan Vz/F. Penelitian secara in-silico menggunakan molecular docking dan molecular dynamic. Pemberian ekstrak daun kemuning maupun kombinasi simvastatin dengan ekstrak daun kemuning mampu menurunkan kadar profil lipid darah kembali normal namun persentase penurunan tertinggi pada kelompok simvastatin. Pada uji farmakokinetika dapat menurunkan kadar simvastatin dalam plasma tikus dan mempengaruhi aktivitas enzim CYP3A4 secara in silico.

Previous researchers reported the joint use of one of the herbs containing kemuning leaves with simvastatin allow for potential interactions. This study aimed to determine the pharmacodynamic and pharmacokinetic interactions of simvastatin in combination with kemuning leaf extract as an antihyperlipidemic agent. The research was conducted pharmacodynamics and pharmacokinetics. Pharmacodynamic testing was carried out to test blood lipid profile levels, fatty acid and amino acid profiles. The experimental animal were divided into 9 groups: normal, negative, positive simvastatin (9 mg/kg BW), kemuning leaf extract dose 1 (157,5 mg/kg BW), dose 2 (315 mg/kg BW) and dose 3 (630 mg/kg BW) and the combination group of simvastatin with kemuning leaf extract dose 1, dose 2, and dose 3. Blood lipid profile levels test used a clinical spectrophotometer. Pharmacokinetic testing was given with simvastatin 9 mg/kg BW and a combination of simvastatin with kemuning leaf extract 630 mg/kg BW. The concentration of simvastatin in plasma was measured using LCMS/MS and then the AUC, Tmax, Cmax, T1/2, Cl/F and Vz/F values were calculated. In-silico study was conducted using molecular docking and molecular dynamics. Administration of kemuning leaf extract or the combination of simvastatin with kemuning leaf extract was able to reduce blood lipid profile levels back to normal, but the percentage of reduction was highest in the simvastatin group. In pharmacokinetic tests, can reduce simvastatin levels in the plasma of the rats and influence the activity of the CYP3A4 enzyme in silico."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahyunis Aidilfit
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Dalam usaha mencari bahan baku obat dan Cara pengobatan tradisional termasuk bahan yang bersifat kontraseptif terutama yang berasal dari tumbuhan, telah banyak diteliti. Sehubungan dengan usaha tersebut, ternyata tanaman kemuning (M paniculata) mempunyai sifat anti-implantasi pada tikus betina hamil satu hari. Terjadinya anti-implantasi pada tikus betina, erat hubungannya dengan adanya gangguan pada sistem hormonal. Dalam beberapa hal sistem hormonal tikus betina analog dengan tikus jantan, terutama yang berkenan dengan proses spermatogenesis. Terganggunya sistem hormon pada reproduksi tikus jantan, akan mengakibatkan terhambatnya proses spermatogenesis tikus tersebut. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak akar kemuning terhadap proses spermatogenesis telah dilakukan percobaan pada tikus-tikus jantan Strain LMR, masing-masing dengan dosis 0, 3 g, 0, 6 g, dan 0,9 g tiap kg bb., selama 2 siklus spermatogenesis. Selanjutnya semua tikus perlakuan dikawinkan dengan tikus betina fertil.
Hasil dan Kesimpulan: Pemberian ekstrak akar kemuning dengan dosis 0, 3 g/kg bb., menunjukkan penurunan yang sangat nyata (P< 0,011 pada populasi spermatogonium A, spermatosit primer pakhiten, spermatozoa motif dan spermatozoa hidup, dibandingkan dengan Kedua kontrolnya. Penurunan yang nyata (P< 0,05) teriadi pada jumlah spermatozoa di vas deferens, dan diameter tubulus seminiferus ; sedangkan kepala abnormal, jumlah anak dan berat testis tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P> 0,05). Penyusutan yang sangat nyata (P< 0,01) terjadi pula pada dosis 0, 6 Kg/bb., terhadap spermatogonium A, spermatosit primer pakhiten, jumlah spermatozoa di vas deferens, spermatozoa motif, spermatozoa hidup dan diameter tubulus seminiferus. Sedangkan perbedaan yang nyata (P< 0,05) terdapat pada jumlah kepala abnormal, jumlah anak dan berat testis. Pada pemberian 0, 9 g/Kg bb., ekstrak akar kemuning menyebabkan penurunan yang sangat nyata (P<0,01) pada semua aspek parameter dalam penelitian ini, dibandingkan dengan Kedua kontrolnya. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak akar kemuning pada tikus jantan selama 2 siklus spermatogenesis akan menghambat proses spermatogenesis dan akan menurunkan jumlah anak hasil per1awinannya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fardiah
"Telah dilakukan penelitian induksi kalus tangkai daun majemuk ke-3 antara anak daun ke-2 dan ke-3 (t-2.3) Murraya paniculata (L.) Jack. pada medium Murashige & Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan konsentrasi 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D) (0; 0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 dan Kinetin (0; 0,25; 0,5; 0,75) mgl-1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhandan Laboratorium Biologi Perkembangan, Departemen Biologi, FMIPA UI, Depok, selama 5 bulan. Kultur dipelihara selama 8 minggu, dalam ruang gelap.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kalus hanya tumbuh pada medium dengankonsentrasi 2,4-D (0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 tunggal maupun dikombinasikan dengan Kinetin 0,25 mgl-1. Kalus berwarna putih, krem keputihan, krem kecokelatan, dan cokelat, serta bertekstur remah-kompak. Persentase eksplan yang membentuk kalus 10--80%, inisiasi kalus 15--24,33 hari, berat basah dan berat kering eksplan yang membentuk kalus maupun tidak, masing-masing 2,35--51,37 mg dan 0,41--3,86 mg, kategori kalus 1--4,42.
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengamatan parameter kuantitatif, perlakuan D (1,5 mgl-1 2,4-D) merupakan perlakuan terbaik untuk induksi kalus t-2.3 M. paniculata, karena memiliki peringkat tertinggi. Berdasarkan pengamatan mikroskopis, kalus diduga berasal dari jaringan korteks dan kambium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Budiani
"Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus MRSA merupakan salah satu penyebab penting dari infeksi yang didapat dari layanan kesehatan. Alternatif pengobatan yang dapat digunakan untuk menanggulangi infeksi MRSA adalah dengan menggunakan zat antimikroba yang terkandung dalam ekstrak tanaman. Murraya panniculata L. Jack merupakan salah satu tanaman yang terbukti memiliki aktivitas antimikroba terhadap berbagai bakteri gram positif dan negatif. Oleh karena itu, peneliti melakukan percobaan untuk mengetahui apakah ekstrak daun Murraya paniculata L. Jack memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri MRSA. Ekstrak daun Murraya paniculata L. Jack dibuat dengan pelarut metanol di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Selanjutnya, dilakukan uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi agar cara sumuran terhadap lima konsentrasi ekstrak, yaitu 50 mg/mL, 100 mg/mL, 200 mg/mL, 400 mg/mL, dan 800 mg/mL, dengan antibiotik clindamycin 20 g/mL sebagai kontrol positif dan akuades sebagai kontrol negatif. Pengujian dilakukan sebanyak satu kali dengan pengulangan sebanyak empat kali. Hasil penelitian menunjukkan adanya zona hambat yang dibentuk oleh ekstrak metanol daun Murraya paniculata L. Jack dengan konsentrasi 800 mg/mL dengan rerata diameter zona hambat 15.93 2.82 mm. Berdasarkan kriteria Clinical Laboratory Standards Institute, aktivitas antibakteri ekstrak daun Murraya paniculata L. Jack dengan konsentrasi 800 mg/mL ini bersifat intermediate apabila dibandingkan dengan antibiotik Clindamycin sebagai kontrol positif.

Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA is one the most important cause of heathcare associated infection. One of the alternative therapy that can be used to treat MRSA infection is by using the antimicrobial components which contain in the plant extract. Murraya paniculata L. Jack is one of the plant that has been proven to have antimicrobial activity against several gram positive and gram negative bacterias. Therefore, the author decided to conduct this research to investigate whether the extract of Murraya paniculata L. Jack leaf has antimicrobial activity against MRSA or not. The extract of Murraya paniculata L. Jack leaf with methanol as the solvent was made at Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Using well diffusion method, these extract were tested in five different consentration 50 mg mL, 100 mg mL, 200 mg mL, 400 mg mL, dan 800 mg mL with clindamycin 20 g mL as the positive control andaquadest as the negative control. The experiment was conducted once with four times repetition. Result shows there are inhibition zones formed by the extract with the consentration of 800 mg mL with the average diameter of the inhibition zone of 15.93 2.82 mm. According to the Clinical Laboratory Standards Institute criteria, the antimicrobial activity of the 800 mg mL extract of Murraya paniculata L. Jack leaf is intermediate compared to Clindamycin as the positive control. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh eksplan anak daun
majemuk dan tangkai daun majemuk terhadap induksi kalus Murraya
paniculata (L.) Jack. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA-UI, Depok selama 6 bulan (Oktober
2004--April 2005). Penelitian bersifat eksperimental dengan 6 macam eksplan
yaitu anak daun pertama (K1), kedua (K2), dan ketiga (K3); tangkai daun
majemuk pertama (K4), kedua (K5), dan ketiga (K6). Eksplan ditanam pada
medium MS (1962) + 1,5 mgl-1 2,4-D + 0,5 mgl -1 Kinetin + 30 gl -1 gula pasir
+ 8 gl-1 agar + 150 ml air kelapa. Persentase terbesar terbentuknya kalus
terdapat pada eksplan K4 (52,63 %), sedangkan yang terkecil dijumpai pada
eksplan K2 (15,78 %). Waktu inisiasi kalus tercepat terdapat pada eksplan
K5 (15,62 hari), yang paling lambat pada eksplan K2 (37,3 hari). Eksplan K5
mempunyai rata-rata berat basah dan berat kering paling besar dibandingkan
eksplan lainnya. Dengan demikian eksplan tangkai daun majemuk kedua
(K5) yang dapat digunakan untuk induksi kalus dalam penelitian selanjutnya."
Universitas Indonesia, 2005
S31375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library