Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kartinka Rinaldhy
Abstrak :
Penelitan ini didasari teori Furman & Lantheir (1996) dan berbagai hasil penelitian mengenai saudara dari anak berkebutuhan khusus. Pentingnya membahas saudara kandung dari anak yang tunaganda-netra karena hubungan antara saudara (sibling relationship) adalah hubungan yang unik. Jika salah satu saudaranya tunaganda-netra maka hubungan jangka panjang yang terjalin dapat mengubah perkembangan satu sama lain. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif melalui wawancara terhadap tiga orang (dua perempuan dan satu laki-laki) remaja akhir dalam rentang usia 18-21 tahun yang memiliki saudara tunaganda dengan salah satu ketunaannya gangguan penglihatan. Temuan penelitian memperlihatkan bahwa ketiga partisipan menunjukkan kehangatan dalam sibling relationship yang disebabkan interaksi positif yang biasa dilakukan oleh anak tunaganda-netra seperti berpelukan, mencium dan tersenyum. Tekanan lingkungan dan konflik akibat kesulitan mengatur anak tunaganda-netra adalah dua faktor yang lebih besar mewarnai dinamika sibling relationship. Keberadaan saudara yang tunaganda-netra memberikan pengaruh positif terhadap saudaranya yaitu meningkatnya toleransi terhadap perbedaan. Pada diskusi, menemukan ketika ketiga partisipan yang saat ini telah mencapai tahap penerimaan didasari atas kekuatan spiritual, mempengaruhi keseluruhan cara memandang proses sibling relationship secara positif. Salah satu saran praktis yang diajukan adalah memanfaatkan potensi saudara melalui pembentukan program sibling as therapists dan sibling support group. ......Research done based on Furman & Lantheir (1996) theory and a number of exceptional children studies. Because the sibling relationship is unique, and important that sibling influence each other and play important roles in each other?s lives. When this relationship is affected by a sibling's disabilities, the long-term benefits of the relationship may be altered. This study adopts a qualitative method by interviewing three (2 females and 1 male) selected adolescence sibling include range of 18 -21 years old and have multiple disabilities and a visual impairment (MDVI) sibling. The findings suggest that three participant has warmth on their sibling relationship causes by positive interaction such as hug, kiss and smile. Experience embarrassment on public image and burdened on child care demands are two factor that show bigger impact on sibling relationship. Companionship of MDVI sibling had give positive impact on sibling such tolerance with differences. Finding highlight when participant reach acceptance level that based on spiritual power, influence the way them saw a hole process of sibling relationship as positive view. The research suggestion to underutilized sibling potential on training sibling as therapists and sibling support group programs.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
306.875 RIN g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kezya Indriani
Abstrak :
Penelitian ini membahas gambaran tentang burnout yang dialami oleh caregiver yang memberikan perawatan pada penyandang penyandang disabilitas ganda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumber burnout yang dialami caregiver yaitu berasal dari beban kerja, konflik di tempat kerja, dan minimnya upah yang diberikan oleh lembaga. Sedangkan strategi/ coping yang dilakukan caregiver dalam menyelesaikan masalah adalah mencari dukungan sosial, mencari pekerjaan tambahan, berdoa dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, melakukan aktivitas yang menyenangkan, dan menghindari masalah. ......This study discusses the description of burnout that helps caregivers who provide care for multiple disabilities. This research uses a descriptive qualitative approach. The data techniques used were interviews, observation, literature study, and documentation study. The results of this study indicate that the sources provided by caregivers come from workloads, conflicts in the workplace, and the minimum wage given by the institution. Meanwhile, the caregivers coping strategies in solving problems are seeking social support, seeking additional work, praying and surrendering to God Almighty, doing fun activities, and avoiding problems.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Arista Akbar
Abstrak :
Orang tua dengan anak tunaganda memiliki peran dan tugas yang lebih berat dibandingkan orang tua dengan anak normal. Mereka harus menerima realita memiliki anak tunaganda, mereka harus bisa membela hak anaknya dan masih banyak lagi peran yang berpotensi menjadi sumber stres untuk orang tua. Bagaimana orang tua berespon terhadap kondisi yang sulit tersebut menjadi penentu berhasil atau tidaknya anak berkembang secara maksimal. Penelitian ini berusaha untuk melihat gambaran stres dan juga stretegi coping orang tua dengan anak tunaganda. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dimana pengambilan datanya dilakukan dengan metode wawancara. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah tiga orang tua yang memiliki anak tunaganda yang berdomisili di Jakarta. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa sumber stres yang ada dalam setiap diri subyek dan juga mereka anggap paling berat berkaitan dengan kondisi anak mereka yang menyandang tunaganda. Setiap subyek mengkhawatirkan masa depan anak-anaknya terutama berkaitan dengan hal kemandirian. Dari berbagai sumber stres yang mereka alami, cara coping yang paling banyak digunakan adalah planful problem-solving yang merupakan bagian dari problem-focused coping. ...... Parents with multiple disabilities children have more responsibility for their children than other parents whose children are normal. As parents, They must have to face the reality, they must fight about their children's rights and many other tasks that potentially become some stressors for the parents. How parents react with any difficult conditions will give a big influence for their children to be able to grow up. This research tried to see the description of stress and coping strategy of parents with multiple disabilities children. This research use qualitative method with interviewing method to take the data . Participants whose involved in this research were three parents with multiple disabilities children in Jakarta. The result of this research, was found that the most difficult stressor for parents are about their children?s condition. Participant have worried about the future of their children, especially about their independency. From all stressors have been around, the most coping strategy that has been used was planful problem-solving. This coping strategy is a part of problem-focused coping.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Morlisay Afganita Herapati
Abstrak :

Tulisan ini menganalisis pemenuhan hak atas akses alat bantu bagi penyandang disabilitas ganda atau tunaganda di suatu panti sosial, serta menjelaskan tanggung jawab pemerintah, secara khusus Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan panti sosial terhadap hak atas alat bantu bagi penyandang tunaganda di Wisma Tunaganda Palsigunung. Tulisan ini disusun dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan pendekatan penelitian deskriptif, serta menggunakan data sekunder melalui penelusuran studi kepustakaan dan wawancara. Penyandang disabilitas ganda atau tunaganda merupakan kondisi dimana seorang individu memiliki dua kelainan.atau lebih, baik mental maupun fisik, yang berdampak pada perkembangan kemampuan yang tidak optimal sehingga dibutuhkan pelayanan khusus dalam Pendidikan, medis, maupun psikologis. Kondisi penyandang tunaganda yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap bantuan orang lain, memerlukan alat bantu untuk dapat melaksanakan kehidupan sehari-harinya secara lebih mandiri. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk melakukan pemenuhan hak atas alat bantu bagi penyandang disabilitas sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan di Indonesia, namun masih terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan terkait dengan ketersediaan dan variasi alat bantu yang disediakan, serta pendataan terkait penyandang tunaganda di Indonesia. Selain itu, untuk mewujudukan hasil yang maksimal dalam hal pemenuhan hak atas alat bantu bagi penyandang tunaganda, diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak, yaitu panti sosial, khususnya panti sosial dibawah yayasan swasta, organisasi kemasyarakatan, dan masyarakat.  ......This paper analyzes the fulfillment of the right to access assistive devices for individuals with multiple disabilities in a social institution and elucidates the government's responsibilities, specifically those of the Provincial and Regency/City Social Services, as well as social institutions, with regard to the right to assistive devices for individuals with multiple disabilities in Wisma Tunaganda Palsigunung. The paper employs the normative juridical research method with a descriptive research approach, utilizing secondary data through literature searches and interviews. Individuals with multiple disabilities, or 'tunaganda,' experience conditions where an individual has two or more disorders, both mental and physical, impacting the development of abilities, necessitating special services in education, medical, and psychological domains. Given the high level of dependence of individuals with multiple disabilities on the assistance of others, they require assistive devices to lead more independent daily lives. While the government has made various efforts to fulfill the right to assistive devices for individuals with disabilities, as mandated by Indonesian legislation, there are still areas that require improvement, particularly concerning the availability and variety of assistive devices provided and data collection related to individuals with multiple disabilities in Indonesia. Moreover, to achieve optimal results in fulfilling the right to assistive devices for individuals with multiple disabilities, collaboration is essential from various parties, including social institutions—especially those under private foundations—community organizations, and the community.

Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwia Safitrasari
Abstrak :
Penelitian ini menjelaskan mengenai peran perawat, serta bentuk dukungan sosial yang dilakukan kepada anak penyandang cacat ganda di Wisma Tuna Ganda Palsigunung. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Di dalam penelitian ini di jelaskan bahwa peran perawat dalam memberikan dukungan sosial. Selain itu penelitian ini juga melihat bentuk-bentuk dukungan sosial. Dan juga memperhatikan dampak negatif dan juga manfaat dari pemberian dukungan sosial. Dukungan sosial tersebut dilakukan oleh pimpinan, kepala bagian rehabilitasi, kepala bagian keperawatan, perawatan, dan juga kepala bagian fisioterapi yang sering berinteraksi terhadap anak-anak asuh. Selain itu terdapat pula hambatan yang muncul dalam pemberian dukungan sosial tersebut. ......This study describes the role of nurses, as well as forms of social support to children with disabilities do double at Wisma Tuna Ganda Palsigunung. This study is a descriptive qualitative research design. In this study explained that the role of nurses in providing social support. In addition this study also looked at other forms of social support. And also pay attention to the negative impact and also benefits from the provision of social support. Social support is done by the leader, head of rehabilitation, head of nursing, care, and also head of the physiotherapy department who often interact to foster children. In addition there are also obstacles that arise in the provision of social support.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nirtafitri Trianisa
Abstrak :
Salah satu kemampuan yang perlu dikembangakan pada anak tuna ganda yang masih dapat memanfaatkan sisa pendengarannya untuk berkomunikasi adalah speechreading, yaitu kemampuan untuk memahami lawan bicara dengan melihat gerak bibir, ekspresi wajah serta gestur tubuh lawan bicaranya (Tejedor, C, 2000 dalam Ortiz, I.R, 2008; Kapplan et all, 1999; Faraco, S. et al., 2007). Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah penggunaan pendekatan sintetik bahasa disertai dengan token economy dapat meningkatkan kemampuan speechreading pada siswa tuna grahita dengan gangguan pendengaran. Setiap kali menunjuk dengan tepat pada langkah kelima dan pengujian, subjek diberikan token yang nantinya akan ditukarkan dengan reinforcer. Penelitian dilakukan terhadap seorang anak tuna grahita dengan gangguan pendengaran dengan jenis kelamin laki-laki berusia 12 tahun yang duduk di kelas 4 SD inklusi. Desain penelitian single subject tipe A-B-A?. Peningkatan kemampuan speechreading dilihat dari perbandingan antara hasil tes kemampuan speechreading sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode sintetik dengan token economy dapat meningkatkan kemampuan speechreading pada anak tuna grahita dengan gangguan pendengaran. Subjek mampu menunjuk kartu dengan tepat sebanyak 100% dari 5 kata yang diujikan pada sesi 1 dan sebanyak 80% dari 5 kata yang diujikan pada sesi 2.
One of the skills that important to develop in multiple disabilities children who have residual hearing is speechreading. Speechreading is the ability to understand a speaker?s thoughts by watching the movements of the lips, facial expressions and gestures (Tejedor, C, 2000 dalam Ortiz, I.R, 2008; Kapplan et all, 1999; Faraco, S. et al., 2007). This study was conducted to see whether the useof a synthetic method with the token economy can improve speechreading in mental retardation with hard-hearing child (multiple disabilities).This intervention program is divided into two sessions with different themes. Every time the subject succeed in pointing the right card on the fifth step and testing, subject was given a token which could be exchanged with a reinforcer. Research conducted on a 12-year-old male mental retardation with hard-hearing. Using a single-subject-ABA research design, the improvement of speech reading was determined by comparing the speechreading test results before and after the intervention. The results indicated that the use of synthetic methods with token economy can improve the ability of speechreading in mental retardation with hard-hearing child. Subject was able to point the appropriate card 100% of the 5 words tested in sessions 1 and 80% of the 5 words tested at session 2.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library