Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Livya Holiwono
"Latar Belakang: Terdapat peningkatan angka kejadian sepsis pada populasi pediatrik. Bakteri batang Gram negatif merupakan mikroorganisme penyebab terbanyak sepsis pada pediatrik. Studi dari berbagai negara melaporkan terdapat peningkatan angka resistansi bakteri batang Gram negatif namun laporan dari negara berpenghasilan rendah seperti Indonesia masih kurang. Penelitian ini melakukan pemeriksaan fenotipik dan genotipik untuk mengetahui prevalensi bakteri batang Gram negatif resistan multiobat pada pasien pediatrik dengan diagnosis sepsis di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 2020.
Metode: Studi cross-sectional ini dilakukan Februari hingga Oktober 2020 dengan subjek penelitian pasien pediatrik dengan diagnosis kerja sepsis yang dirawat di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2020 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Masing-masing subjek dilakukan pengambilan spesimen darah 2 lokasi. Organisme diidentifikasi dan uji kepekaan dengan mesin VITEK-2 dan pemeriksaan molekular dengan Hybridspot-12. Data rekam medis pasien dikumpulkan untuk mencari faktor yang memengaruhi sepsis akibat bakteri batang Gram negatif resistan multiobat.
Hasil Penelitian: Didapatkan 94 spesimen darah dari 47 subjek penelitian dengan prevalensi bakteri batang Gram negatif resistan multiobat sebesar 14,9% (7/47). Patogen Gram negatif yang ditemukan adalah Klebsiella pneumonia sebesar 12,8% (6/47) dan Enterobacter cloaceae 2,13% (1/47). Studi ini mendeteksi gen ESBL yang terdiri dari 13 CTX-M dan 8 SHV serta gen karbapenemase yang terdiri dari 12 NDM dan 1 GES. Dari delapan faktor yang dianalisis bivariat didapatkan lama hari rawat sebelum pengambilan spesimen (p= 0,02) dan asal ruang perawatan pasien (p= 0,04) sebagai faktor yang berhubungan dengan infeksi bakteri batang Gram negatif resistan multiobat.
Kesimpulan: Pada studi ini, bakteri batang Gram negatif resistan multiobat merupakan patogen penyebab sepsis terbanyak pada pediatrik. Program pengendalian infeksi dan pengendalian resistansi antibiotik perlu digalakkan untuk membatasi transmisi dan kejadian mikroba resistan multiobat.

Background: There is an increasing incidence of sepsis in the pediatric population. Gram-negative rods are the most common cause of pediatric sepsis. Studies from various countries report an increase in the resistance rate of Gram-negative rods but reports from low-income countries such as Indonesia are still lacking. This study carried out phenotypic and genotypic examinations to determine the prevalence of multidrug-resistant Gram-negative bacteria in pediatric patients with a diagnosis of sepsis at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo in 2020.
Method: This cross-sectional study was conducted from February to October 2020. Each subject took blood specimens at 2 locations. Organisms were identified and susceptibility assayed with the VITEK-2 machine and molecular assay with Hybridspot-12. Data from pediatric patients with a working diagnosis of sepsis who met the inclusion and exclusion criteria were assessed for factors that influence sepsis due to multidrug-resistant Gram-negative bacteria.
Results: Among 47 patients, 94 blood specimens were obtained. Prevalence of multidrug-resistant Gram-negative bacteria was 14.9% (7/47). The pathogen found were Klebsiella pneumonia by 12.8% (6/47) and Enterobacter cloacae 2,13% (1/47). This study detected an ESBL genes consisting of 13 CTX-M and 8 SHV and carbapenemase genes consisting of 12 NDM and 1 GES. Of the eight factors analyzed, the length of hospitalization before specimen collection (p = 0.02) and the patient’s ward (p = 0.04) were factors associated with multidrug-resistant Gram-negative bacterial infection.
Conclusion: In this study, multidrug-resistant Gram-negative rods were the most common pathogen causing sepsis in pediatrics. Infection control and antibiotic resistance control programs need to be promoted to limit the transmission and development of multidrug-resistant organisms.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Yanah Arwanih
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran mutasi gen FLT3 dalam resistensi terapi induksi D3A7 pada pasien LMA, melalui pengamatan perubahan struktur protein reseptor FLT3, aktivitas jalur persinyalan downstream FLT3 yaitu PI3K/AKT, menggunakan persentasi jumlah sel yang berapoptosis dan proliferasi sebagai indikator dalam mekanisme multidrug resistance terhadap terapi induksi D3A7. Selain itu dilakukan juga analasis peran sub populasi sel punca leukemia CD34+CD38-CD123+ dan marka ALDH dalam resistensi terapi Induksi D3A7, untuk mengetahui hubungannya denagn resistensi terapi induksi D3A7. Metode Deteksi mutasi gen FLT3 dilakukan dengan PCR-sekuensing dari sampel darah sumsum tulang pasien LMA de novo yang telah selesai diberikan terapi induksi D3A7. Sikuens gen yang termutasi kemudian dianalisis menggunakan studi in silico untuk menilai dampak dari mutasi gen terhadap perubahan struktur dan aktivitas pengikatan protein terhadap regimen sitarabin. Analisis aktivitas fosforilasi protein PI3K dan AKT dilakukan dengan metode sandwich ELISA. Penghitungan persentasi jumlah sel yang mengalami apoptosis dan proliferasi, serta deteksi sel punca leukemia dengan penanda CD34+, CD38-, CD123+, dan ALDH menggunakan Flowcitometry. Hasil Ditemukan mutasi baru Ins_572G573 (Insersi-G) pada domain juxtamembran dari protein reseptor FLT3 dengan frekuensi sebesar 30% dari total 20 pasien LMA yang direkrut, sementara frekuensi mutasi FLT3-ITD yang diperoleh sebesar 20%. Kelompok pasien dengan mutasi gen FLT3 mengalami peningkatan fosforilasi protein PI3K dan AKT yang bermakna secara statistik, mengalami peningkatan rerata persentasi jumlah proliferasi sel dan penurunan rerata jumlah apoptosis sel dibandingkan kelompok tanpa mutasi. Kelompok pasien dengan outcome terapi resistensi juga mengalami peningkatan fosforilasi protein PI3K dan AKT, penurunan rerata jumlah sel yang mengalami apoptosis dan peningkatan rerata jumlah sel yang berproliferasi. Penanda sel punca leukemia CD34+, CD38-, CD123+, dan ALDH memiliki hubungan tidak bermakna dengan resistensi terapi induksi D3A7. Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa mutasi gen FLT3 tidak berhubungan lansung pada resistensi terapi D3A7. Namun perubahan struktur protein akibat mutasi berperan penting dalam mekanisme resistensi melalui aktivasi jalur pro-proliferasi dan anti papoptosis dari persinyalan PI3K/AKT. Salain itu, penanda sel punca leukemia tidak berhubungan dengan resistensi terapi induksi D3A7.

Introduction This study aims to analyze the role of FLT3 gene mutations in the resistance of AML therapy induction with D3A7 in patients, through observing changes in FLT3 receptor protein structure, the activity of downstream FLT3 signaling pathways such as PI3K/AKT, and using the percentage of apoptotic and proliferative cells as indicators in the mechanism of multidrug resistance against D3A7 induction therapy. Additionally, the study also analyzes the role of leukemia stem cell subpopulations CD34+CD38-CD123+ and ALDH markers in resistance to D3A7 induction therapy, to understand their relationship with resistance to D3A7 induction therapy. Method Detection of FLT3 gene mutations was performed by PCR-sequencing from bone marrow blood samples of de novo AML patients who had completed D3A7 induction therapy. Sequences of the mutated genes were then analyzed using in silico studies to assess the impact of gene mutations on structural changes and protein binding activity with cytarabine regimens. Analysis of PI3K and AKT protein phosphorylation activity was conducted using sandwich ELISA. Calculation of the percentage of cells undergoing apoptosis and proliferation, as well as detection of leukemia stem cells marked by CD34+, CD38-, CD123+, and ALDH, was performed using Flow cytometry. Results A novel mutation, Ins_572G573 (Insertion-G), was found in the juxtamembrane domain of the FLT3 receptor protein with a frequency of 30% among a total of 20 recruited AML patients. Meanwhile, FLT3-ITD mutation frequency was obtained at 20%. Patients with FLT3 gene mutations showed statistically significant increases in PI3K and AKT protein phosphorylation, as well as higher average percentages of proliferating cells and lower average percentages of apoptotic cells compared to the non-mutation group. Patients in the therapy-resistant outcome group also exhibited increased PI3K and AKT protein phosphorylation, decreased average percentages of apoptotic cells, and increased average percentages of proliferating cells. However, leukemia stem cell markers CD34+, CD38-, CD123+, and ALDH did not show statistically significant associations with resistance to D3A7 induction therapy. Conclusion This study indicates that FLT3 gene mutations do not directly correlate with resistance to D3A7 therapy. However, structural changes in proteins due to mutations play a crucial role in resistance mechanisms through the activation of pro-proliferation and anti-apoptosis pathways via PI3K/AKT signaling. Additionally, leukemia stem cell markers are not associated with resistance to D3A7 induction therapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library