Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Calvin Chandra
"Konflik antara anggota-anggota di dalam lingkungan kita merupakan suatu masalah yang sering diperlihatkan dalam film. Ide tentang penyimpang yang baik melawan penguasa yang jahat merupakah sebuah hal umum dalam naratif yang menyandung isu tersebut. Sons of Anarchy (2008), disutradarai oleh Kurt Sutter, menujukan beberapa aspek yang berhubungan dengan konflik ini yang unik dbandingkan dengan karya lain dengan menggunakan lensa klub motor kriminal. Melalui riset ini, konsep kekuasaan dan hubungan kekuasaan yang direpresentasikan oleh karakter-karakter dan naratif akan ditelusuri untuk menujukan idelogi milik Sutter tentang masalah ini. Riset kualitatif ini akan menggunakan kode televisi milik John Fiske, analisis film Graeme Turner (2012), dan teori representasi milih Stuart Hall (1997). Beberapa adegan, karakter, dan dialog yang menjadi symbol dan representasi akan dianalsis. Hasil dari riset ini menunjukan tentang sifat daur penyimpangan dimana disaat para pemberontak berhasil mengambil alih kekuasaan, penguasa sebelumnya akan mengambil posisi kosong dalam lingkungan dan menjadi kelompok yang tertindas yang baru.

The issue of conflict between the different members of our society has been highlighted in many movies. The idea of good deviant versus evil ruling power has been a staple in most narrative that tackles the issue. Sons of Anarchy (2008), directed by Kurt Sutter, has shown some aspects related to this conflict that are unique from other works regarding the matter through the lens of an outlaw motorcycle club. Through this research, the concept of power and power relation that are represented by the characters and the narrative will be explored to reveal Sutter`s ideology regarding the matter. This qualitative research will be using John Fiske`s codes of television, Graeme Turner`s (2012) film analysis, and Stuart Hall`s (1997) theory of representation. Several scenes, characters, and dialogues that serve as symbols and representations will be analyzed. The result of this research shows the recycling nature of deviance as when the rebels manage to take over and become the controlling power, the former power will fill the empty space and become the new oppressed."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Prasidya Doni Santika
"Berkendara dengan aman merupakan kebutuhan yang mutlak dipenuhi oleh siapapun yang menggunakan sarana transportasi kendaraan sepeda motor untuk meminimalisir kecelakaan, pelanggaran lalu lintas, dan kerugian ? kerugian lainnya. Terdapat beberapa agen sosial yang mendukung maupun melakukan program aman berkendara, yang salah satunya adalah klub motor. Namun, sayangnya tidak semua klub motor dapat konsisten dalam mempraktikkan berkendara dengan aman. Meskipun demikian, terdapat salah satu klub motor, yaitu Depok Tiger Club atau DETIC yang secara konsisten menempatkan aspek aman berkendara sebagai prioritas dan budaya organisasi mereka.
Penelitian ini membahas dinamika budaya aman berkendara DETIC, dengan melihat peran dan relasi sosial yang dimiliki DETIC dalam menciptakan budaya aman berkendaranya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan menjadikan DETIC sebagai studi kasus untuk melihat budaya aman berkendara klub motor, serta menggunakan teknik wawancara face to face dan informal group opinion.
Berdasarkan data temuan, DETIC memiliki peran sebagai agen sosialisasi budaya aman berkendara, baik secara internal ( di dalam organisasi mereka ) dan eksternal ( di luar organisasi mereka ). Munculnya peran DETIC sebagai agen sosialisasi budaya aman berkendara, karena DETIC memasukkan budaya aman berkendara di dalam AD / ART mereka, serta memiliki relasi sosial yang strategis dalam mendukung budaya aman berkendara mereka. DETIC memiliki relasi sosial yang strategis seperti dengan pemerintah kota Depok, kepolisian kota Depok, beberapa perkumpulan motor dan perusahaan di Indonesia, dan masyarakat umum yang muncul dari social responsibility organisasi mereka.

Safety riding is important needs by anyone that should be have who use motorycle as their transportation, to minimze accidents, traffic infractions, and other losses. There are several social agencies that support and conducting safety riding programs, one of which is a motorcyle club. However, unfortunately not all motorcyle clubs can be consistent in practicing safety riding. Nevertheless, there is one motorcyle club, namely Depok Tiger Club or DETIC who put safety riding as their priority and organizational culture consistently.
This research discusses the dynamics of safety riding culture in DETIC, by looking at their roles and social relations that are owned DETIC in creating their safety riding culture. This research used qualitative method by DETIC as a case study to see the safety riding culture in motorcyle club, as well as using face to face interview and informan group opinioin techniques.
Based on data findings, DETIC has a role as an agent of socialization in safety riding culture, both internally ( within their organization ) and extenally ( outside their organization ). The emergence of DETIC role as agent of socialization in safety riding culture, because DETIC put safety riding culture in their AD / ART or their rules organization, as well as have strategic social relations to support of their safety riding culture. DETIC have social relations such as with Depok government, Depok police institution, several motorcyle clubs and companies in Indonesia, and the society generally from their social responsibility organization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S60574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmat Tri Putra
"Skripsi ini merupakan sebuah etnografi tentang komunitas sepeda motor di Jakarta yang melakukan pelanggaran hukum lewat kegiatan cornering di jalanan umum, tepatnya di sebuah rute jalan memutar di sekitar kawasan Tugu Monas yang disebut dengan Sirkuit Monasco. Terdapat dua komunitas sepeda motor yang dilibatkan, yaitu JUMPERS Jakarta dan Jakarta Cornering Lovers (CoVers). Masing-masing komunitas memiliki cara pandangnya tersendiri terhadap aturan hukum berlalu lintas lewat safety riding, serta mempunyai pemahamanya masing-masing dalam mempraktekan kegiatan cornering di dalam komunitasnya. Perbenturan antara nilai safety ridinglewat aturan hukum dan kegiatan cornering menjadi sorotan utama dalam tulisan ini. Terdapat konteks-konteks tertentu di dalam komunitas dalam melakukan kegiatan cornering.

This thesis is an ethnographic research about bikers community in Jakarta who have violated the law through the cornering activities on the public street especially in the route around Monas which called as Monasco circuit. There are two bikers community that involved in this research, the first is The Jumpers Jakarta and the second is The Jakarta Cornering Lovers (CoVers). Each communities have their own perspective in interpreting of the traffic rules throughout the safety riding, as well as their understanding about practicing their cornering activities in the communities. The contradictions of the value of the safety riding and the cornering activities become the main focus of the research. There are some principal contexts in the communities when they do the activities of cornering.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S67071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library