Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Defri
"Hingga tahun 2012 angka kesakitan demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Pesawaran masih tinggi yaitu sebesar 67,50 per 100.000 penduduk. Angka kematian DBD atau Case Fatality Rate (CFR) di Kabupaten Pesawaran merupakan kedua tertinggi di Provinsi Lampung, yaitu sebesar 1,43 per 100.000 orang. Untuk Kecamatan Teluk Pandan pada tahun 2015 sampai dengan bulan Mei tedapat 23 kasus DBD, khusus untuk desa Hurun terjadi 3 kasus Penyebab kejadian. DBD ditenggarai oleh keberadan jentik dan jumlah penampungan air dan kebiasaan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Skripsi ini menyajikan sejauh mana perubahan keterampilan anak sekolah serta apakah juga terjadi penurunan angka cointainer index dan house index di rumah masing-masing siswa yang mengikuti kegiatan pelatihan.
Penelitian ini merupakan studi intervensi, dengan metode One-Group Pretest-posttest design. Populasi target dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik SDN 2 Hurun, sedangkan sampel adalah seluruh siswa kelas 4 dan 5 yang berusia rata-rata 11 tahun. Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh pelatihan dengan perubahan keterampilan siswa dalam melakukan PSN (p=0,001), serta penurunan kepadatan jentik berdasarkan angka container index (p=0,000) dan house index (p=0,44). Disarankan perlunya pelatihan PSN untuk meningkatkan keterampilan dan menggalakan kegiatan PSN agar menurunkan kepadatan jentik.

By the year of 2012, the morbidity rate of Dengue Fever in Pesawaran District remained high which was 67.5 per 100,000 population. The mortality rate or Case Fatality Rate (CFR) of Dengue Fever in Pesawaran District reached the second highest position in the Province of Lampung which was 1.43 per 100,000 inhabitants. By May 2015, there was 25 cases and 3 cases in Teluk Pandan sub-district and Hurun Village respectively. The main cause of Dengue Fever was the existence of mosquito larvae, the number of water reservoirs, and the habit of mosquito breeding control (PSN). This study aims to determine the skills change of the school students, as well as the change of container index and house index after training.
This study was an intervention study with One-Group Pretest-posttest design. The target population was all students of SDN 2 Hurun, while the sample was all fourth and fifth-class student with the average age around 11 years old. The results of statistics testing indicated that there was a significant effect of training with the skill change of the students in doing mosquito breeding control (p=0,001). There was also a reduction of the density of larvae according to container index (p=0,0001) and house index (p=0,44). It was suggested that mosquito breeding control (PSN) training should be held in order to increase students skill and mosquito breeding control implementation should be enhanced in order to reduce the number of larvae.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Punto Dewo
"Demam Berdarah Dengue (DBD) penyakit yang sering menimbulkan kejadian luar biasa dan menyebabkan kematian, di Kabupaten Sambas setiap tahunnya selalu ada kasus DBD sehingga merupakan Kabupaten Endemis DBD di Kalimantan Barat. Kebiasaan rnenggunakan gentong untuk menampung air yang tidak ditutup menjadikan salah satu perindukan nyarnuk Aedes aegypti yang sangat potensial menimbulkan kasus DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tepung daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) terhadap jentik (Aedes aegypti) di gentong.
Rancangan penetitian ini adalah Eksperirnen Koasi sederhana karena adanya intervensi yang penulis lakukan yaitu dengan melakukan pembubuhan tepung daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) ke dalam gentong yang biasa digunakan sehari - hari oleh masyarakat. Gentong yang digunakan berjumlah 39 buah dan berada di 3 rumah, jadi setiap rumah disiapkan 13 gentong dengan perincian 4 gentong dibubuhi 1900 ppm tepung daun pandan wangi, 4 gentong dibubuhi 2200 ppm tepung daun pandan wangi, 4 gentong dibubuhi 2500 ppm tepung daun pandan wangi dan 1 gentong tidak dibubuhi tepung daun pandan wangi (konsentrasi 0 ppm).
Hasil penetitian menunjukkan bahwa pembubuhan tepung daun pandan dengan konsentrasi 1900 ppm, 2200 ppm dan 2500 ppm dapat menununkan jumlah jentik sampai tidak terdapat lagi jentik di gentong pada akhir pengamatan (96 jam). Waktu kontak tepung daun dengan jentik di gentong juga mempunyai pengaruh terhadap jumlah jentik dalam gentong, pengaruh yang bermakna terjadi setelah waktu kontak lebih dari 24 jam dan akhirnya tidak ada lagi jentik di gentong pada akhir pengamatan (96 jam).
Disimpulkan bahwa pengaruh pembubuhan tepung daun pandan terhadap jumlah jentik di dalam gentong disebabkan adanya zat-zat yang terkandung dalam daun pandan wangi, salah satunya adalah saponin yang dapat menyebabkan dinding traktus digestivus dari jentik menjadi pecah dan akhirnya mati. Dari penelitian ini maka disarankan agar tepung daun pandan wangi dapat digunakan dimasyarakat terutama daerah yang sulit mendapatkan garam abate untuk membunuh jentik dalam gentong dengan dosis 19 gram sampai 25 gram setiap 100 liter air.
Daftar Pustaka : 19 buah (1981 - 2003)

The Influence Of Pandan Wangi Leaves (Pandanus Amaryllifolius Roxb) Powder On Mosquitoe Larvae Aedes Aegypti In Sambas Distric In 2004Dengue fever is a disease that often cause outbreak and result in death. Sambas district (in west Kalimantan province) is categorized as an area endemic of dengue fever, as there are dengue fever cases identified every year. The habit of using ceramic water containers without a [id is a potential cause of dengue fever, as the containers become a breading place for the mosquitoes. This study to find out whether pandan wangi leaves powder has any influence on Aedes aegypti larvae in water containers.
The design of study is simple experimental, where pandan wangi leaves powder were added to the water containers in homes. There were 39 water containers used in this study and located in 3 houses. In each house, there were I3 water containers in total, with 4 water containers being added pandan wangi leaves powder with a concentration of 1900 ppm, 4 containers with 2200 ppm, another 4 containers with 2500 ppm, and I containers were not being added with the powder at all (concentration 0 ppm).
The result of the study show that the addition of pandan wangi leaves powder with the concentration of 1900 ppm, 2200 ppm, and 2500 ppm can decrease the number of mosquito larvae up to a point where no larvae was found alive at the end of observation period (96 hours). The period of contact of pandan wangi leaves powder with the mosquito larvae also had an effect on the number of larvae in the water containers. A significant effect was shown after the period of contact exceeded 24 hours, until no more larvae was found at the end of observation period (96 hours).
It is concluded that the influence of adding pandan wangi leaves powder on the number of mosquito larvae in water containers was causes by several substances in the leaves, one of which is saponin. Saponin can cause the lining of larvae's tractus digestivus to tear away, leading to is death. It can be recommended from this study that pandan wangi leaves powder should be used widely, especially in areas where abate salt is difficult to obtain, with the recommended dosage of 19 - 25 grams per 100 liters.
Bibliography : 19 (1985 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiana
"Di Indonesia malaria masih merupakan penyakit yang sulit diberantas meskipun upaya pemberantasan telah dilakukan sejak tahun 1952. Kesulitan ini antara lain disebabkan adanya hambatan dalam memberantas vektor malaria karena tempat perindukannya yang luas dan sulit dijangkau manusia. Oleh karena itu diperlukan insektisida yang mempunyai daya residu lama dan dapat digunakan pada tempat perindukan vektor malaria.Salah satu cara yang mungkin dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah penggunaan metopren bentuk briket.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efikasi metopren bentuk briket terhadap pertumbuhan nyamuk An. farauti di laboratorium dan pengaruh 4 macam konsentrasi metopren terhadap angka kematian larva, pupa dan nyamuk dewasa An. farauti.
Pada penelitian ini larva An. farauti diuji dengan 4 macam konsentrasi metopren yaitu 0.0029 g/50 1 air, 0.0058 g/50 1 air ,0,0116 g/50 1 air ,0,0232 g/50 1 air. Sebagai kontrol, satu kelompok larva tidak diberi metopren. Perlakuan ini dilakukan dengan 4 kali ulangan selama 4 minggu. Setelah itu ke dalam drum tersebut dimasukkan metopren dengan konsentrasi yang telah ditentukan. Kemudian sebanyak 100 ekor larva instar I akhir yang berumur 1-2 hari dimasukkan ke dalam drum yang berisi 50 1 air. Selanjutnya pertumbuhan larva diamati dan dihitung angka kematian larva, pupa dan nyamuk dewasa. Efikasi metopren dihitung berdasarkan rumus % efikasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada kematian larva, pupa dan nyamuk dewasa (PC0.05). Hal ini berarti bahwa angka kematian tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi metopren. Makin tinggi konsentrasi yang diberikan makin tinggi angka kematian larva, pupa dan nyamuk dewasa.
Kematian larva terjadi pada instar IV. Sebagian larva dapat meneruskan siklus hidupnya dan berubah menjadi pupa, tetapi pada saat nyamuk dewasa akan keluar dari pupa, pupa tidak terbuka sehingga terjadi kematian. Sementara itu, nyamuk dewasa yang berhasil keluar dari pupa banyak yang cacat yaitu tarsus bengkok, ujung tarsus dan abdomen melekat pada pupa, bentuk sayap tidak sempurna, sehingga nyamuk tidak bisa terbang tinggi dan akhirnya mati.
Efikasi rata-rata metopren pada keempat konsentrasi berturut-turut 72.52%, 91.93%, 97.32% dan 99.24% ; efikasi metopren ini tidak berbeda makna pada minggu pertama sampai minggu keempat. Berdasarkan analisis probit diketahui bahwa konsentrasi metopren untuk menghambat 50% pertumbuhan larva adalah 0,0014 g/50 1 air dan untuk menghambat 95% pertumbuhan larva adalah 0,0085 g/50 1 air.
Disimpulkan bahwa metopren bentuk briket dapat digunakan untuk pengendalian .An. farauti.

In Indonesia malaria is still a disease that is difficult to be controlled despite malaria eradication program has been conducted since 1952. The difficulty of the problem among other things was due to the vector control's obstacles in conjunction with the wide pread mosquito breeding places to which are had to be reached. Therefore, an insecticide characterized by long residual action is needed for the control of malaria vector breeding sites.One of the methods that could be used to overcome this problem is the use of methoprene in the briquet form.
The purpose of this study was to know the efficacy of methoprene in briquet form to wards the growth of An farauti and the effect of 4 different concentration of methoprene to the mortality rates of larvae, pupae and adult masquito population of An farauti.
In this study, An farauti larvae were tested with 4 different concentration of methoprene, namely 0,0029 g/50 1 water, 0,0058 g/50 1 water, 0,0116 g/50 1 water and 0,0232 g/50 1 water. As a control, one group of larvae was not given methoprene, this test was repeated 4 time in 4 weeks. After that, methoprene was given in concentration as described above. An amount of 100 late stadium larvae of instar 1, 1-2 days old, was put into a drum containing 50 liters of water. The growth of larvae was abserved and mortality rates for larvae, pupae and adult mosquitoes were counted. Methoprene efficacy was counted with % efficacy formula.
The result of this study indicates that there was a significant difference of larval, pupal and adult mosquito mortality rates (P.0,05). This means that mortality rates were affected by methoprene concentrated. The higher concentrated, the higher mortality rates of larvae, pupae and adult mosquitoes.
Larval mortality occurred on instar IV. A part of larvae could continue their life cycles and changed to pupae, but when adult mosquitoes were coming out from pupae, pupae did not open so that they died. Meanwhile, adult mosquitoes that were able to come out were invalid as shown by crooked tarsus and abdomen that were sticked to pupae including wing formation that were not perfect, so that they could not fly high and then died.
Average methoprene efficacy on the four concentration were 72,52%, 91,93%, 97,32% and 99,24% respectively; there was no significant difference from fist to fourth week's observation. Based in probit analysis it was recoqnized that methoprene concentrated to inhibit 50% of larval growth was 0,0014 g/50 1 water and to inhibit 95% of larval growth was 0,0085 g/50 1 water.
This study conclude that methoprene in 'briquet form may be used for An farauti control.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T4573
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nasip
"Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) merupakan kegiatan yang ditujukan dalam pemberantasan vekior DBD yang dilakukan oleh masyarakat secara kontinyu dan berkesinambungan. Kegiatan yang dilakukan masyarakat ini dikatakan berhasil jika dapat menurunkan jumlah sarang nyamuk yang ada di rumah dengan menggunakan indikator ARJ untuk dapat menurunkan morhiditas penyakit DBD maka ABJ harus Lebih atau sama dengan 95%. ABJ di Kota Pontianak belum mencapai target yang diharapkan, salah satunya akibat belum memadainya pelaksanaan PSN-DBD.
Kegiatan PSN-DBD yang dilakukan oleh masyarakat dipengaruhi oleh peranan ibu rumah tangga. Ibu memegang peranan panting karena keberadaannya di rumah lebih banyak dibandingkan dengan anggota keluarga lainnya, sehingga memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan PSN-DBD lebih banyak.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih mendalam tentang bagaimana pelaksanaan PSN-DBD oleh ibu-ibu rumah tangga di Kota Pontianak, dan hal-hal yang berperan terhadap perilaku ibu-ibu tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali perilaku ibu rumah tangga dalam melakukan kegiatan PSN-DBD di Kota Pontianak. Jumlah informan sebanyak 91 orang yang terdiri dari l orang penanggung jawab program DBD Kota, 2 orang pengelola program puskesmas, 1 orang tokoh masyarakat, dan 87 orang ibu rumah tangga. Pelaksanaan pengumpulan data pada ibu rumah tangga dengan cara Diskusi Kelompok Terpadu (DKT), yang terbagi menjadi 10 kelompok DKT terdiri dari 5 kelompok DKT pada ibu yang rumahnya positif jentik dan 5 kelompok DKT pada ibu yang rumahnya negatif jentik. Pengumpulan data pada petugas kesehatan dan tokoh masyarakat dilakukan dengan cara wawancara mendalam.
Dari hasil penelitian terlihat peranan yang mempengaruhi kegiatan PSN-DBD yaitu: distribusi abate tidak mencukupi, pelaksanaan kegiatan menguras, menutup, mengubur belum dilaksanakan dengan benar, dan Pokjanal DBD belum melakukan tugas dan fungsinya. Perilaku kelompok ibu yang rumahnya positif jentik berbeda dengan kelompok ibu yang rumahnya negatif jentik dalam melakukan kegiatan PSN-DBD. Perbedaan perilaku antara dua kelompok yaitu: pada ibu kelompok negatif jentik melakukan pengurasan wadah air secara kontinyu dan ada kalanya disertai penaburan abate sedangkan ibu dalam kelompok positif jentik menguras berdasarkan batas limit volume dalam wadah air. Cara menaburkan abate ke dalam wadah air ibu dalam kelompok negatif jentik memperhatikan volume air (penuh) sebelum ditaburkan, sedangkan pada kelompok ibu positif jentik kurang memperhatikan isi (volume air) dalam wadah. Kebiasaan menutup wadah air dengan benar banyak dilakukan oleh kelompok ibu yang negatif jentik dari pada yang dilakukan oleh kelompok ibu yang positif jentik.
Agar tercapai kelestarian program pemberantasan vektor DBD sangat penting memusatkan pada pembersihan sumber larva dengan menggunakan semua metode yang tepat aman, murah, dan ramah lingkungan.Untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan PSN-DBD dan dengan keterbatasan pemerintah mencukupi keperluan abate dalam program pemberantasan vektor DBD maka disarankan: penggalangan dana oleh masyarakat untuk mencukupi keperluan abate secara mandiri, penyebarluasan informasi cara penaburan abate kedalam wadah air dengan benar, melakukan penutupan wadah air dengan benar dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar oleh masing-masing keluarga, serta mengoptimalkan fungsi dan tugas Pokjanal melalui Dinas Kesehatan Kota sebagai leading sektor.
Daftar bacaan: 21 ( 1980 - 2000 )

Analysis of Housewives' Conduct in Elimination of Dengue Fever Mosquito's Breeding (EDFMB) in Pontianak City of West Kalimantan Year 2000Elimination of Dengue Fever Mosquito's Breeding (EDFMB) is a program aimed at eliminating Dengue Fever (DF) vector and is conducted by people continuously and sustainable. This program of the people is considered effective provided that it decreases the mosquito's breeding inside the people's houses. The effectiveness of the program is measured by means of ABJ assessment indicators. To decrease the morbidity of DF disease, ABJ has to be more than or equal to 95%. ABJ in Pontianak City has not reached the set target; therefore, the quality of PSN-DBD program needs to be improved.
The EDFMB program conducted by each family is influenced by housewives. Housewives play an important role for their length of stay in the houses is longer than other familly members. This enables them to carry out the EDFMB program more often.
This study was aimed at obtaining deeper information concerning the implementation and obstacles of EDFMB conducted by housewives in Pontianak City and factors that affected such housewives' conduct. This study employed a qualitative research approach to examine the housewives' conduct in carrying out the EDFMB in Pontianak City. The number of respondents was 91 people consisting of 1 person in charge of the city DF program, 2 administrators of puskesmas programs, 1 local public figure, and 87 housewives. Data collection from housewives used Integrated Group Discussion (IGD) technique. The housewives were divided into 10 groups including 5 groups the houses of which were mosquito larvae positive and 5 others the houses of which were mosquito larvae negative. Data from health workers and local public figure were gathered by in-depth interview technique.
The study result reveals factors affecting the effectiveness of EDFMB that include inadequate abate distribution, inappropriate implementation of draining, closing and burying activities and low performance of DF National Work Group in carrying out its tasks and functions. In carrying out the EDFMB program, the housewives' conduct the houses of which are mosquito larvae positive is different from the others the houses of which are mosquito larvae negative. Such difference is: housewives of mosquito larvae negative houses seem to drain the water container regularly and occasionally pour abate powder into such container; on the other hand, housewives of mosquito larvae positive houses seem to ignore the water volume in the container. Closing the water container appropriately is more likely to be done by housewives of mosquito larvae negative houses than by the opposite.
To sustain the DF vector elimination program, it is important to focus on cleansing the larvae source by applying the most effective, safe, inexpensive and environment-friendly methods. To improve the effectiveness of EDFMB program with little government support in distributing the abate powder for the program, it is recommended that: fund should be raised from the people for meeting their own abate powder supply, information concerning the correct procedure of the use of abate powder should be disseminated, appropriate closing of water container and keeping the cleanliness should be carried out by each fan-Lilly, as well as functions and tasks of National Work Group through the City Health Department as a leading sector should be maximized.
References: 21 (1980 - 2000)"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T5213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library