Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Widodo Umar
Abstrak :
ABSTRAK
Sesuai dengan esensinya, polisi dibentuk untuk membangun kehidupan masyarakat yang aman, tertib, harmoni dan sejahtera melalui penegakan hukum dan mengelola kamtibmas. Dalam konteks pembangunan, peran dan posisi Polri diharapkan dapat ikut merawat Kebhinnekaan yang saat ini tidak lepas dari arus modern, pluralisme dan postmodern. Untuk itu garus dipahami bahwa implementasi Tri Brata yang tidak sekedar disebabkan masalah teknis. Hal itu disebabkan, sistem sentralisasi kepolisian Indonesia yang dibangun atas dasar logika masyarakat Barat Oksidental (Eropa Kontinental), dasar filosofi dan epistemotologinya jati diri kepolisian Indonesia Tri Brata belum dirumuskan secara formal dalam undang-undang kepolisian, dan perlu pula disadari bahwa sistem masyarakat Barat yang masih mewarnai sistem kelembagaan lainnya (sosial, politik, ekonomi). Kesimpulannya, pedoman kerja Tri Brata dalam masyarakat komunal memiliki hubungan sangat erat dengan budaya organisasi Polri, sehingga perlu membentuk perilaku khas kepolisian Indonesia dalam suatu kehidupan Kebhinnekaan yang sesuai dengan masyarakatnya. Kembali ke khittah polisi Tri Brata berarti seluruh "fungsi" kepolisian perlu dibenahi ulang, karena selama ini pemahaman aparat terhadap pedoman kerja Tri Brata tercemar oleh perubahan sosial budaya, politik, dan ekonomi yang terus berkembang.
Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian-PTIK, 2017
350 JIK 88 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abdalhaqq Bewley
Depok: Pustaka Adina, 2006
297.09 ABD h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Muhammad Ridwan, 1947-
Depok: Komunitas Bambu, 2010
297.272 LUB s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Al Amin Putra
Abstrak :
Peraturan PSBB ditetapkan untuk mengurangi dampak virus selama pandemi COVID-19. Pemerintah memanfaatkan ketakutan kepada virus untuk membangun kepatuhan seperti yang dilakukan pemkab Nganjuk dan dalam situasi ini, masyarakat mengalami represi karena tidak dapat melakukan kegiatan kolektif dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, masyarakat tidak dapat bekerja dan melakukan kebiasaan ngopi karena pemberlakuan jam malam. REMBOL Family sebagai bagian dari masyarakat Desa Ngrengket melakukan strategi dalam menghadapi situasi represif tersebut dengan membuat parade cosplay hantu. Berbagai jenis dan simbol hantu digunakan dalam konteks masyarakat Desa yang identik dengan identitas kelompok yang menjunjung spiritualisme dan budaya leluhur. Dalam penelitian ini, peneliti berargumen bahwa parade cosplay hantu adalah praktik budaya masyarakat desa terutama golongan anak muda dengan motif khusus melakukan kontestasi terhadap aturan dari otoritas (negara). Dari hasil analisis data yang dikumpulkan dengan metode etnografi dan kajian tekstual, sesuai dengan teori Hall (2003), dalam proses produksi dan konsumsi atau penerjemahan makna (encoding dan decoding) dimungkinkan ada perbedaan pemaknaan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kelompok masyarakat yang memproduksi dan menerjemahkan pemaknaan atas parade cosplay hantu masing-masing memiliki perbedaan pemaknaan. Karang Taruna Cahaya Indah REMBOL Family yang memprakarsai parade cosplay dapat disimpulkan sedang menyiasati pelanggaran peraturan PSBB sebagai bagian dari proses perlawanan dan pertahanan selama pandemi terjadi. Pada akhirnya, tujuan akhir dari kegiatan tersebut adalah mekanisme koping selama pandemi. ......PSBB policy had been conducted to reduce the effect during COVID-19 outbreak. Government utilized outbreak’s fear to construct obedience, it was similar to Nganjuk’s government. Nganjuk’s society experienced a repression during this situation. They were not be able to do their collective activities such as they were not be able to work and ngopi’s habbit, those were caused by curfew. REMBOL Family as the part of Ngrengket’s society executed a strategy to face repressive situation by making a ghost cosplay. Various ghosts and symbols were used in rural context which is identical to communal’s identity such spiritualism and ancestor’s values. The researcher argued, ghost cosplay parade was a rural-cultural practice held by teenagers that is focused on contesting to government’s policies. According to the data analysis collected using ethnography and textual analysis, and Hall (2003) theory, during the production and consumption process or meaning-making process (encoding and decoding) there might be a meaning divergence. The result of this study showed that society produced various interpretations toward ghost cosplay parade. Cahaya Indah REMBOL Family as Ngrengket’s Karang Taruna used ghost cosplay parade as a strategy to deceive PSBB policy. They assumed this action as a resistency and resiliency COVID-19 outbreak. At last, the ultimate purpose of ghost cosplay parade was coping mechanism during COVID-19 outbreak.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangkok: Metropolitan Museum of Bangkok, 1995
709.04 ASI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York : Holt, Rinehart and Winston,, 1977
808.801 MOD
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
H.M. Tahir Azhary
Abstrak :

Perkenankanlah saya pada kesempatan yang berbahagia ini, pertamatama memanjatkan doa, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Secara pribadi saya dan keluarga ingin pula mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Besar, yang telah menganugerahkan suatu anugerah sekaligus amanah dalam jenjang karir akademik tertinggi di Universitas Indonesia, dengan sebutan Guru Besar. Tetapi sebagai hamba Allah SWT, dengan jabatan ini, saya tetap merasa sangat kecil di hadapan Allah Yang Maha Besar.

Saudara-saudara hadirin dan hadirat yang saya hormati. Izinkanlah saya pada kesempatan ini menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar di Universitas Indonesia dengan judul: "Hukum Islam dalam Era Pasca Modernisme".

Saya mohon kesediaan hadirin untuk mendengarkan pidato ini dengan penuh kesabaran.

Ada tiga alasan mengapa saya memilih judul ini:
Pertama, akhir-akhir ini ada kritik yang tajam terhadap eksistensi Islam di masa yang akan datang.
Antara lain, seperti yang dikemukakan Samuel P. Huntington dalam tulisannya yang berjudul The Clash of Civilization. (Ulumul Qur'an, No. 5 Vol. IV, 1993 : 11-25). Hipotesisnya, bahwa sumber konflik yang fundamental pada dasarnya tidak lagi ideologi atau ekonomi, karena itu, di masa yang akan datang akan terjadi konflik antar peradaban. Konflik itu tidak lagi terpusat di negara-negara yang berperadaban Barat tetapi dalam interaksi peradaban Barat dan lainnya: Islam, Konfusius, Kristen ortodoks-Slavia, Hindu, Budha, Afrika dan Amerika Latin. Tetapi yang paling menonjol adalah konflik antara peradaban Barat dengan apa yang disebutnya "hubungan Islam-Konfusius", yang telah bangkit menantang kepentingan nilai-nilai kekuatan Barat.

Huntington berpendapat bahwa dua peradaban ini Islam dan Konfusius merupakan ancaman bagi masa depan Barat. (Ulumul Qur'an No. 5 Vol, IV, 1993:23). Dalam pidato ini akan dicoba menanggapi pendapat Huntington sepanjang yang berkaitan dengan interaksi antara peradaban Islam dan Barat, sedangkan tentang peradaban yang lain tidak diulas.

Kedua, pemahaman sebagian orang terhadap Islam dan Hukum Islam masih bersifat parsial terpenggal-penggal dan kontroversial, karena itu saya berharap melalui pidato ini dapat diperoleh suatu gambaran yang utuh tentang bagaimana hakikat sesungguhnya Islam dan Hukum Islam.

Ketiga, kita pada saat ini menurut sebagian Pemikir Barat berada pada satu tahap kultural yang dinamakan pasca modernisme. Secara harfiah pasca modernisme diartikan sebagai suatu fase yang "melampaui masa modern". Secara konseptual pasca modernisme semula berkembang dalarn bidang seni dan arsitektur yang bercirikan kreasi-kreasi seni dan arsitektur abstrak dan fungsional (Clarance L. Barnhart & Robert K. Barnhart, 1976:1628). Konsep Pasca Modernisme ini secara luas dimaksudkan untuk mencirikan kecenderungan kontemporer dalam berbagai bidang; mulai dari arsitektur sampai filsafat. Aliran pemikiran ini merupakan pula suatu bentuk kritik dan pemberontakan terhadap tradisi modern (Ulumul Qur'an, No. I Vol. V, 1994:3). Sebagai suatu aliran pemikiran, pasca modernisme dapat di namakan school of thought (Ulumul Qur'an, No. 1, Vol. V, 1994:3) dan masyarakat pasca modern dapat pula diangap identik dengan masyarakat informasi (Selo Soemardjan, 1994:7).

Jakarta: UI-Press, 1994
PGB 0436
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Syahriyani
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan perubahan keyakinan sosial mengenai kesesuaian hubungan Islam dengan demokrasi dalam wacana di rubrik Room for Debate situs nytimes.com. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan eksplanatoris. Ancangan penelitian yang digunakan didasarkan pada teori Analisis Wacana Kritis (AWK) Fairclough (2003) dan konsep modernisme Azra (1996). Pendekatan analisis wacana kritis digunakan untuk mengungkapkan bagaimana strategi pewacanaan para penulis teks yang didasarkan pada analisis tekstual dari Halliday (2004), Nida (1979), dan Toulmin (1974). Selain itu, pendekatan modernisme dipilih untuk menganalisis kondisi sosial yang tercermin di dalam wacana, serta nilai-nilai modern yang dinegosiasikan berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi dan Islam dari Sjadzali (1993), Dahl (1999), Masdar (1999), dan Ar-Rahal (2000). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat negosiasi nilai-nilai demokratis yang menunjukkan perubahan keyakinan sosial mengenai hubungan Islam dengan demokrasi dalam pandangan modern. Perubahan tersebut diyakini terjadi karena adanya agen sosial dalam dunia Islam yang pro terhadap sistem pemerintahan demokrasi modern.
ABSTRACT
This study aims to reveal the changes in social beliefs about the relationship between Islam and democracy within the discourse on Room for Debate rubric, nytimes.com. The method used in this research is the descriptive and explanatory qualitative method. This study employs Fairclough‘s Critical Discourse Analysis (CDA) (2003), and Azra‘s modernism concept (1996). The CDA used in this study aims to identify the discursive strategy based on textual analysis of Halliday (2004), Nida (1979), and Toulmin (1974). In addition, modernism approach is used to analyze the social conditions reflected in the discourse, and the modern values negotiated based on the democratic and Islamic principles of Sjadzali (1993), Dahl (1999), Masdar (1999), and Ar-Rahal (2000). The result show that there are some democratic values negotiated within the discourse that indicate changes in social beliefs about the relationship between Islam and democracy in the modern view. The changes are believed to occur because of the social agents in the Islamic world who support the system of modern democratic government.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T41987
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung : Fakultas Seni Rupa & Desain ITB
050 JSR 1 (1995) (2)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This paper looks at the responses of some contemporary Muslim scolars on the womens right issues.These shholars are Amina wadud,abd Allah al-Na'im,Asma Barlas,Muhammad Arkoun ,Fatima Mernisasi, and Nasr Hamid Abu Zayd, with a consideration of their significant contribution to the idea of women's rights in Islam......
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>