Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochamad Sarif Hasyim
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan jenis transportasi pelaku mobilitas ulang-alik yang digunakan ketempat kerja di kawasan metropolitan. Di Indonesia telah terbentuk delapan kawasan metropolitan, yaitu Mebidang, Jabodetabek, Bandungraya, Kedungsepur, Joglosemar, Gerbangkertosusila, Sargabita dan Mamminasata. Hasil regresi binomial logit menggunakan data Sakernas 2013 menunjukkan bahwa di metropolitan secara keseluruhan ditemukan bahwa jenis transportasi umum cenderung dilakukan oleh pekerja yang tinggal di perkotaan dan dengan waktu tempuh lebih lama. Terdapat pola yang berbeda pada tiap kawasan metropolitan, secara umum pekerja pelaku mobilitas ulang-alik lebih memilih transportasi pribadi kecuali perempuan di kawasan metropolitan Mebidang. ......This study aims to analyze several factors related to choice of transport modeof commuter worker to and from working place in the whole metropolitan area and each of 8 metropolitan area, namely Mebidang, Jabodetabek, Bandungraya, Kedungsepur, Joglosemar, Gerbangkertosusilo, Sargabita and Mamminasata. Using data of National Labor Force Survey-SAKERNAS 2013, the result of binomial logit regression shows that in the whole metropolitan area, commuter worker who live in urban area and has longer travelling time tend to use public transport than private transport. Furthermore, there is a different pattern in each metropolitan area. Generally, in 8 metropolitan areas, commuter worker prefers private transport than public transport. However, only women in Mebidang favor public transport more than private transport.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dendi Handiyatmo
Abstrak :
Tujuan studi ini untuk meneliti mobilitas ulang alik dan mempelajari bagaimana faktor-faktor demografi dan sosial-ekonomi mempengaruhi pelaku dalam menggunakan jenis transportasi yang mempunyai pola berbeda pada tiap kawasan metropolitan. Adanya orientasi kegiatan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan perkotaan yang terpusat di zona inti metropolitan dan lokasi tempat tinggal yang semakin menjauh menyebabkan penduduk harus melakukan mobilitas ulang alik yang jumlalnya terus meningkat. Data yang digunakan adalah data SUPAS 2005, dengan obyek penelitian penduduk pada kawasan metropolitan berumur 5 tahun keatas yang melakukan mobilitas ulang alik melintasi batas kabupaten/kota. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis inferens dengan menggunakan multinominal logistik. Variabel bebas yang digunakan: umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, jenis pekerjaan, status migran total, jarak dan klsifikasi daerah tempat tinggal dan variabel terikat: transportasi umum, transportasi pribadi dan berjalan kaki. Temuan dari analisa deskriptif menyimpulkan pada seluruh kawasan metropolitan urutan pertama dalam jumlah penggunaan jenis trasportasi oleh pelaku mobilitas ulang alik adalah transportasi umum (52,9 persen), diurutan kedua transportasi pribadi (46,0 persen) dengan ciri penduduk berumur 30-50 tahun dan urutan terakhir berjalan kaki umumnya dilakukan oleh penduduk 5-11 tahun (],1 person) yang merupakan usia sekolah. Analisis inferens menyimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur kecenderungan menggunakan transportasi pribadi lebih besar. Variabel jenis kelamin, status perkawinan dan pendidikan mempunyai pengaruh yang besar dalam penentuan penggunaan transportasi pribadi. Kecenderungan tersebut terdapat pada jenis kelamin laki-laki, mereka yang berstatus kawin dan yang mempunyai jenis pekenjaan kerah putih. Sedangkan komutasi dengan berjalan kaki sangat dipengaruhi oleh jarak tempuh dan pendidikan. Terdapat pola yang berbeda pada tiap kawasan metropolitan, secara umum pelaku mobilitas ulang alik senang menggunakan transportasi umum kecuali di Gerbangkertosusila pilihan pada transportasi pribadi. Hal berbeda pada Bandungraya benjalan kaki lebih menonjol dibandingkan pada metropolitan lainnya. Angka mobilitas tertinggi terdapat pada metropolitan Jabodetabek disusul oleh Mebidang, Bandungraya, Mamminasata, Kedungsepur dan terakhir Gerbangkertosusila. ......This papers is purposed to observe the influx of commuters and the effect of socio demography toward the moda choice of transportation into metropolitan zones in Indonesia. The economic pull factor in metropolitan and residential location in suburb, its affect the increasing of population become commuters. The main source data for analysis is Intercensal Population Survey {SUPAS) 2005 and the unit observation is population aged 5 years and over who have experienced as a commuter. Using method descriptive and inference which is applied multinornial logistics. Based on descriptive analysis found the public transport as the first order (52,9 percent) moda choice commuter in metropolitan area and the second order is private transport (46,0 percent) whom population aged 30-50 years old. While on foots is the last order (l,l percent) whom population 5-ll years old at schooling age. The older commuters have tendency and preference to use a private transportation. Variables which have significant contribution to the transportation type of private moda choice among others are: sex, marital status and education attainment. On contrast, the length of distance and aducation attairunent determined the moda choice on foots. Moda choice in metropolitan area have same pattem to used public transportation excepted Gerbangkertosusila that private transportation become the first order. Bandungraya have difference pattem with on foots are Hanging. Jabodetabek metropolitan area as first orders the mobility rate of commuters and the second order is Mebidang metropolitan area than Bandungraya, Maminasata, Kedungsepur and the last is Gerbangkertosusila.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T32361
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Frizalda
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola waktu tempuh mobilitas ulangalik di Jabodetabek menurut karakteristik demografi, ekonomi dan lainnya. Hasil analisis regresi logistik biner dari data Survei Komuter Jabodetabek 2014 menunjukkan bahwa pekerja yang berpeluang lebih tinggi untuk melakukan waktu tempuh yang lama adalah pekerja laki-laki, berumur lebih dari 60 tahun, berpendidikan SMA, menggunakan moda transportasi kendaraan umum beroda empat atau lebih dan menempuh jarak lebih dari 20 km. ......The purpose of this study is to analyze the pattern of commuting time by demographic, economic and other characteristics in Jabodetabek Area. The result of binary logit regression shows that workers with high probability in longer commuting time is male, aged more than 60 years old, high school educated, use four-wheels and more wheels public transportation and has more than 20 km in length.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T46174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rotua Yossina Warsida
Abstrak :
This study aims to explain the effect of socio-demographic variables i.e. sex, wage, employment status, and marital status on commuting in Jabodetabek. The result of binary logistic regression using Sakernas 2012 shows that male are more likely to commute than female. Male in formal sector have the highest probability to commute while by marital status, unmarried male have the highest probability to commute. The level of wage is positively related with the probability to commute although at certain level of wage, an increase in wage increases probability to commute among male lower than probability to commute among female.
Studi ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel sosio-demografis yaitu jenis kelamin, upah, status kerja, dan status kawin terhadap peluang mobilitas ulang-alik di Jabodetabek. Hasil regresi logit biner menggunakan data Sakernas 2012 menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung untuk ulang-alik dibandingkan dengan perempuan. Peluang ulang-alik paling tinggi menurut status kerja adalah pada pekerja laki-laki di sektor formal dan menurut status kawin adalah pada pekerja laki-laki belum kawin. Ditemukan hubungan positif antara kenaikan tingkat upah dengan ulang-alik walaupun pada tingkat tertentu, kenaikan peluang ulang-alik untuk laki-laki akibat kenaikan tingkat upah lebih kecil dibandingkan kenaikan peluang ulang-alik untuk perempuan.
2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Unun Khamida Qodarina
Abstrak :
Studi bertujuan untuk mengkaji stres yang dialami oleh pekerja dari lamanya waktu menuju tempat kerja dan ketersediaan informasi berdasarkan pengalaman saat perjalanan. Pengalaman menghadapi kemacetan parah dan gangguan moda transportasi merupakan informasi yang digunakan pekerja komuter saat berada dalam ketidakpastian tiba di tempat kerja. Studi menggunakan data dari Survei Komuter Jabodetabek tahun 2014 dianalisis dengan regresi logistik. Studi menunjukkan bahwa stres yang dialami oleh pekerja komuter Jabodetabek dipengaruhi secara signifikan oleh lamanya perjalanan menuju tempat kerja. Pekerja komuter Jabodetabek memperoleh utilitas jika perjalanan mobilitas ulang-alik menuju tempat kerja membutuhkan waktu satu jam. Tambahan waktu setelah batas satu jam meningkatkan risiko kecenderungan pekerja komuter Jabodetabek untuk mengalami stres akibat perjalanan. Selain itu, informasi berdasarkan pengalaman perjalanan saat menghadapi kemacetan parah dan ganguan moda transportasi juga meningkatkan risiko untuk pekerja mengalami stres akibat perjalanan. Penelitian ini menunjukkan bahwa harapan pekerja melakukan mobilitas ulang-alik untuk memperoleh utilitas baik dari tempat tinggal atau penghasilan berkurang karena adanya disutilitas yang semakin meningkat dari aspek non finansial. Stres yang harus dihadapi karena adanya ketidakpastian waktu tiba di tempat kerja dan kemacetan serta gangguan moda transportasi yang tidak dapat diprediksi mengurangi utilitas yang diharapkan dari mobilitas ulang-alik.
This paper attempts to assess commuter workers risk of being stress related to travel time across Jabodetabek administrative boundaries and the availability of information based on their commuting past experiences. Traffic congestion and vehicle malfunction experiences were treated as an invaluable information for commuter workers when dealing with uncertainty during commuting to work. Data from Jabodetabek Commuter Survey 2014 by Indonesia Central Bureau Statistics BPS has been analyzed using logistic regression to estimate risk of being stress. Finding shows that an increasing commuting duration especially after an hour escalating risk of being stress among Jabodetabek commuter workers. The disutility coming from psychological pressure due to time addition will increase rapidly after an hour of commuting. The availability of information based on their experience about traffic congestion and vehicle malfunction multiply their risk of being stress. It indicates that their experiences might force them to add more additional time budget due to late arrival. For some workers it might worse than the others due to unfinished emotions such as frustations, anger, and feeling no control of the situation. This study shows that the expectation of commuter workers to earn utility either from housing or income might not being able to be fulfilled. It because disutility coming from psychological pressure will exacerbate as an increasing of commuting duration due to uncertainty and unpredictability of traffic congestion or vehicle malfunctions.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library