Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Ammar Abdurrahman Fahmi Winarto
"Transmisi daya mekanik mengacu pada perpindahan energi mekanikal dari suatu komponen ke komponen lainnya. Terdapat berbagai macam metode untuk mentransmiskan daya secara mekanik, salah satu diantaranya adalah menggunakan coupling. Coupling adalah komponen yang menyatukan kedua poros antara sumber penggerak dan mesin yang digerakkan, terdapat dua macam tipe coupling yaitu flexible coupling dan rigid coupling. Flexible coupling bertujuan untuk memberikan kompensasi terhadap ketidaksejajaran yang terjadi antara kedua poros, dimana ketidaksejajaran dapat menimbulkan getaran yang berlebih pada komponen mesin. Sedangkan rigid coupling dapat mentransmisikan torsi yang lebih besar dibandingkan dengan flexible coupling. Salah satu coupling yang memadukan kedua karakteristik dari flexible coupling dan rigid coupling adalah gear coupling. Gear coupling terdiri dari dua komponen penghubung yang memiliki gigi eksternal dan gigi internal, kedua gigi akan saling terhubung dan mentransmisikan daya saat coupling bekerja. Diantara kedua gigi terdapat pelumas berupa gemuk yang menjaga gigi dari gesekan berlebih dan menghindari ke-ausan pada permukaan gigi. Pada industri manufaktur kertas gear coupling digunakan untuk memutar roll pada proses forming hingga proses dewatering kertas. Perubahan pada parameter mesin dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada design awal pemilihan coupling. Pada case study berikut dapat dilihat bahwa perubahan parameter mesin dapat mempengaruhi lifetime coupling, bahkan dapat menyebabkan adanya lost time produksi mencapai 587 menit dalam setahun. Design awal dengan tipe coupling SSM 200 SEISA dengan maksimum torsi 6.750 N.M dengan besaran toleransi misalignment sebesar 1.5 mm, dengan memperhitungkan adanya perubahan parameter mesin seperti pertambahan kecepatan mesin dan usia mesin maka dilakukan perubahan tipe gear coupling menjadi HK 304 MOVENTAS dengan maksimal torsi sebesar 12.500 NM dan toleransi misalignment sebesar 1.8 mm. Setelah perubahan dilakukan tidak ada lagi kejadian lost time akibat dari gear coupling sehingga produksi dapat dimaksimalkan.
Mechanical power transmission refers to the transfer of mechanical energy from one component to another. There are various methods for transmitting power mechanically, one of which is through the use of a coupling. A coupling is a component that unites two shafts between the driving source and the driven machine. There are two types of couplings: flexible coupling and rigid coupling. The purpose of a flexible coupling is to compensate for misalignment that occurs between the two shafts, where misalignment can cause excessive vibration in machine components. On the other hand, a rigid coupling can transmit greater torque compared to a flexible coupling. One coupling that combines the characteristics of both flexible and rigid couplings is the gear coupling. A gear coupling consists of two connecting components that have external and internal teeth. The two teeth will connect and transmit power when the coupling is in operation. Between the two teeth, there is a lubricant in the form of grease that protects the teeth from excessive friction and prevents wear on the tooth surface. In the paper manufacturing industry, gear couplings are used to rotate rolls from the paper forming process to the paper dewatering process. Changes in machine parameters can cause changes in the initial design of the coupling selection. In the following case study, it can be seen that changes in machine parameters can affect the lifetime of the coupling, and can even cause lost production time of up to 587 minutes in a year. The initial design with the SSM 200 SEISA coupling type with a maximum torque of 6,750 N.M and a misalignment tolerance of 1.5 mm, considering changes in machine parameters such as increased machine speed and machine age, a change was made to the gear coupling type to HK 304 MOVENTAS with a maximum torque of 12,500 NM and a misalignment tolerance of 1.8 mm. After the change was made, there were no more lost time events due to the gear coupling, so production could be maximized."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Dio Fadiilah
"
ABSTRAKDunia industri penerbangan adalah industri yang banyak akan peraturan yang mengatur operasional industri tersebut. Regulasi mengenai perawatan dan operasional perlu diperhatikan setiap maskapai penerbangan untuk dapat beroperasional dengan baik dan sejalan dengan perarturan penerbangan yang berlaku. Penelitian-penelitian mengenai aircraft routing telah berkembang dengan berbagai pendekatan masing-masing untuk mengatasi permasalah aircraft routing yang dihadapi oleh setiap maskapai penerbangan. Setiap maskapai penerbangan harus menangani aircraft routing yang mengharuskan setiap pesawat dapat beroperasional untuk melayani semua rute yang dimiliki oleh maskapai penerbangan dengan turut juga memperhatikan aspek perawatan masing-masing pesawat. Kapasitas stasiun perawatan perlu dipertimbangkan untuk menjamin sebuah rangkaian penerbangan dapat mengakomodir kebutuhan akan perawatan pesawat terbang di akhir hari operasional setiap harinya. Selain itu disisi lain diperlukan adanya pertimbangan pada batasan operasional awak pesawat yang tentunya memiliki batasan-batasan waktu kerja sebagai awak pesawat. Untuk membangun perencanaan rute penerbangan yang dilayani masing-masing pesawat perlu dioptimalkan untuk meminimalisir missalignment dari perencanaan perawatan pesawat udara. Optimasi ini bernama AMRP (aircraft maintenance routing problem) yang mendefinisikan setiap rangkaian rute penerbangan yang ditugaskan pada pesawat udara untuk menjalankan operasional hariannya. Dengan adanya pertimbangan kapasitas stasiun dan batasan operasional awak pesawat maka dapat membuat pemilihan rangkaian rute yang lebih baik dan mengakomodasi batasan-batasan operasional awak pesawat. Validasi yang dilakukan untuk model adalah dengan memakai kasus operasional pesawat terbang pada sebuah maskapai dipakai. Hasil yang didapat dari pengembangan model didapatkan bahwa pertimbangan kapasitas pesawat dan kemampuan setiap bandara yang disinggahi oleh pesawat terbang perlu menjadi sebuah tambahan fungsi kendala optimasi untuk menjamin pemilihan rangkaian rute penerbangan yang sesuai dengan regulasi dan kemampuan stasiun penerbangan yang dilayani maskapai penerbangan serta batasan waktu kerja awak pesawat tidak terlewati
ABSTRACT The world of the aviation industry is an industry that has many regulations governing the operation of the industry. Regulations regarding maintenance and operations need to be considered for every airline to operate properly and in line with applicable flight regulations. Research on aircraft routing has developed with various approaches to address aircraft routing problems faced by every airline. Every airline must handle aircraft routing, which requires each aircraft to operate to serve all routes sold by airlines by also taking care of the maintenance aspects for each aircraft. Maintenance station capacity needs to be considered to ensure that a series of flights can accommodate the needs of aircraft maintenance at the end of the operational day every day. On the other hand there is a need to consider the operational limitations of flight crew, which of course has limitations on working time as a flight crew. To build flight route planning served by each aircraft, it needs to be optimized to minimize missalignment from aircraft maintenance planning. This optimization is called AMRP (aircraft maintenance routing problem) which defines each set of flight routes assigned to aircraft to carry out its daily operations. With consideration of station capacity and operational limitations of the flight crew, it can make a better selection of routes and accommodate operational flight crew limitations. Validation carried out for the model by using the operational case of on an airline. The results obtained from the development of the model found that consideration of aircraft capacity and the ability of each airport visited by aircraft needs to be an additional optimization constraint function to ensure the selection of flight routes in accordance with the regulations and capabilities of flight stations served by airlines and also flight duty limitation not exceeded."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
T51698
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library