Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Thomas, Luis Filipe F. Freis
Macau: CTMCDC, 2000
266.2 THO e (1);266.2 THO e (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Widiastuti
Abstrak :
Penyebarluasan agama Kristen di Cina tidak cukup hanya didasari semangat misioner dari para misionarisnya, tetapi diperlukan Pula sarana penunjang lain berupa dana, organisasi yang baik dan kemampuan untuk mengatasi rintangan baik teknis maupun kultural. Aktivitas paling sulit yang dihadapi misionaris di Cina adalah bragaimana mengatasi rintangan teknis maupun kultural dalam penyabaran Agama Kristen di Cina. Sebab kenyataan menunjukkan kurangnya pemahaman para misionaris terhadap sejarah Cina, seringkali menimbulkan konflik antara misionaris dengan masyarakat Cina yang pada masa sekitar Perjanjian Tianjin dan Beijing ditunjukkan melalui penyebarluasan tulisan-tulisan yang memancing reaksi massa untuk melawan misionaris. Misionaris Katolik, khususnya dari Ordo Jesuit adalah misionaris asing pertama yang menyadari pentingnya pemahaman mengenai sejarah masa silam Cina untuk dapat berinteraksi dengan masyarakatnya. Sebab sejarah masa silam itu membentuk corak kehidupan masyarakat Cina yang khas akibat pengaruh filsafat, adat istiadat, kepercayaan mereka. Karena peran aktif Misionaris Jesuit untuk dapat beradaptasi dengan masyarat Cina dengan cara memahami kebudayaan Cina dan berusaha menjalin hubungan baik dengan para penguasa serta usaha mereka untuk menjembatani kebudayaan Barat dan Cina, maka mereka disebut Mediator Kebudayaan Barat dan Cina.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustaman
Abstrak :
Petrus Kafiar, penduduk asli suku Biak Irian, muncul sebagai penginjil bagi sesamanya. Kemunculan itu menjadi kebetulan sejarah karena mulanya dia hanyalah seorang anak yang diculik oleh suku lainnya yang kemudian memperbudak dan menjualnya ke seorang pendeta Kristen, van Hasselt. Oleh van Hasselt, budak yang telah ditebusnya itu kemudian dijadikan anak piara, dididik pengetahuan membaca, menulis dan agama. Bahkan olehnya juga anak ini dibaptiskan. Perkembangan selanjutnya, Petrus yang telah menjadi kaki tangan pendeta dalam penyiaran agama Kristen, menjalani pendidikan yang lebih tinggi dalam soal keagamaan di Seminari Depok. Sekembalinya dari sana, Petrus melanjutkan khotbahnya di tengah masyarakat asalnya. Tapi dalam prosesnya ternyata tak semulus yang diharapkan kendala tetap saja muncul. Kendati demikian, pranannya dalam proses Kristenisasi di pulau Biak-Supiori patut mendapat tempat dalam sejarah Indonesia
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ista Indah Sarifah
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji tentang relasi kaum misionaris Amerika yang datang ke Korea dengan kaum perempuan Korea di akhir abad ke-19. Pada masa ini, Korea baru saja membuka diri terhadap dunia internasional setelah berabad-abad mengisolasi diri demi menjadikan sistem pemerintahan yang anti-barat. Hingga abad inilah, kaum perempuan Korea hidup sebagai subordinasi dari kaum laki-laki, baik dalam dunia politik, ekonomi, dan sosial. Semua itu berasal dari dasar isolasi yang berkembang di Korea masa itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi sikap rakyat Korea terhadap modernisasi di akhir abad ke-19 melalui analisis sikap perempuan terhadap keberadaan misionaris di Korea pada akhir abad ke-19. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif eksplorasi dengan pendekatan diakronis. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa sikap kaum perempuan Korea terhadap misionaris pada akhir abad ke-19 dapat diartikan sebagai bentuk harapan yang baru pasca isolasi. Terlebih lagi membuktikan adanya perbedaan pandangan dan sikap antara kaum Yangban dengan kaum perempuan Korea terhadap westernisasi. This study examines the relation between the American missionaries who came to Korea with Korean women in the late 19th century. At this time, Korea had only just opened up to international world after centuries of isolating itself to make an anti-western system of Government. Until this century, Korean women lived as subordinates of men, both in the political, economic and social world. All of that comes from the base of isolation that developed in Korea at that time. The aim of this study is to explore the attitude of the Korean people towards modernization in the late 19th century through an analysis of women's attitudes towards the existence of missionaries in Korea at the end of the 19th century. This paper uses qualitative exploration method combined with diachronic approaches. The results of this study concluded that the response of Korean women to missionaries in the late 19th century could be interpreted as a new form of hope after isolation. Moreover, it proves that there are different views and responses between the Yangban and Korean women towards westernization.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hetty Aeyumwaty Ham
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25452
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Made Anggiani Widyastiti
Abstrak :
Kolonialisasi Belanda di Indonesia membuat budaya Eropa turut masuk dan berkembang di Indonesia. Dalam perkembangannya, terjadi pembauran antara budaya Eropa dan budaya lokal. Perpaduan antara elemen klasik dan elemen lokal dalam bidang seni bangunan disebut sebagai eklektisisme. Salah satu produk kolonialisasi Belanda di bidang seni bangunan yang memiliki ciri eklektik adalah Kapel Susteran-Fransiskus Misionaris Maria Regina Pacis Bogor. Pada interior bangunan ini ditemukan elemen Neo-gotik yang lebih dominan, sedangkan elemen lokal diterapkan berdasarkan situasi geografis Hindia-Belanda. Penelitian ini mencoba menjelaskan penerapan eklektisisme pada interior bangunan Kapel Susteran-Fransiskus Misionaris Maria Regina Pacis Bogor. ...... Dutch's colonization has an influent on the penetration and cultivation of European's culture in Indonesia. Whilst colonization was rising, acculturation of European and local Indonesian culture took place. The merger between the classical element with the local element in architecture is known as eclecticism. Chapel of Franciscan Missionary of Mary Regina Pacis in Bogor is the architectural product of Dutch's Colonization. The interior of the premises is dominantly constructed with the Neo-Gothic element, notwithstanding the fact that the local element is involved in the geographical condition of Dutch East Indies. This research aims to elaborate the implication of eclecticism in the Chapel of Franciscan Missionary of Mary Regina Pacis Bogor's interior.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library