Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagas Ariandana Dewanto Putra
Abstrak :
ABSTRACTS
Penelitian ini membahas tentang representasi kekerasan seksual melalui elemen-elemen mise-en-scÃne dalam serial drama The Handmaids Tale. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan berfokus pada analisis deskriptif. Proses penelitian dilakukan dengan studi literatur. Hasil penelitian menemukan bahwa tiap-tiap elemen mise-en-scÃne memiliki makna sendiri-sendiri dalam membentuk adegan yang ketika diintegrasikan akan membentuk makna baru dalam membuat representasi di dalam adegan. Penggabungan elemen-elemen mise-en-scÃne menciptakan sintagma yang bekesinambungan dari shot satu ke shot berikutnya. Kekerasan seksual dalam adegan didasari oleh seksisme yang dikonstruksi lewat cara pandang patriarki dari karakter yang mendominasi.
ABSTRACT
This study discusses the representation of sexual violence scenes through elements of mise-en-scÃne in the drama series The Handmaids Tale. This research is a qualitative research and focused on descriptive analysis. This research conduct by literature study. This research finds that every element of mise-en-scÃne has its own meaning and when each element is integrated, they will have a new meaning to represent something in the scene.  The fusion of all elements of mise-en-scÃne creates continuous syntagms. Sexual violence in the scenes that have been analyzed are rooted in sexism that is constructed through elite characters patriarchal perspective.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah Hasna Ersaid
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang representasi ruang dari sebuah film animasi yang merupakan hasil respons dari bagaimana aktivitas atau narasinya berlangsung. Dalam film animasi, ruang yang dipresentasikan merupakan ruang fiksi yang dapat membuat penontonnya melihat penggambaran abstrak yang sama. Walaupun berada di satu bidang layar yang datar dengan karakternya, penggambaran ruang dalam animasi tetap bisa membuat penontonnya merasakan kualitas dari ruang tersebut. Representasi visual yang dilihat dari film animasi mengkemas kualitas spasial interior dari media gambar dan memberikan kesan huni (immersion) dari layar, yang disebut interioritas.

Interioritas menjadi hasil presepsi seorang individu terhadap bagaimana penonton melihat ruang animasi tersebut dan dari kualitas ruang yang dihadirkan dalam film yang kemudian dapat diuraikan melalui mise-en-scéne. Fenomena ini menghasilkan pertanyaan mengenai bagaimana pembentukan kualitas representasi ruang dalam film animasi menghasilkan interioritas melalui mise-en-scéne. Pada skripsi ini, analisis elemen-elemen dari mise-en-scéne pada film animasi dilakukan untuk mengetahui bagaiamana representasi animasi dapat tersusun. Analisis tersebut menghasilkan cara untuk narasi dalam film animasi dituturkan dengan interaksi keseluruhan elemen yang berada di dalam layar, sehingga dapat menarasikan kualitas ruang pada film animasi.
ABSTRACT
This thesis discusses the representation of space which is the result of the activities or narrative that takes place in an animated film. In animated films, the space presented is a fictional space that can make the viewers see the same abstract idea. However, the depiction of space in animation can still make the audience feel the quality of the space. The visual representation displayed from animated films packs the spatial quality of the interior of the image media and provides a sense of occupancy from the screen, called interiority.

The interiority, then, is the result of individual perceptions of the audience seeing the animation space and from the quality of the space presented in the film which can then be described through mise-en-scéne. This phenomenon produces a question about how to make the quality of the representation of space in animated films that produce interiority through mise-en-scéne. In this thesis, the analysis of the elements of mise-en-scéne in the animated film is done to find out how the representation of animation can be arranged. This analysis produces a way for animated films to be told with the interaction of all the elements on the screen, so that they can narrate the quality of space in animated films.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurzulaikha Putri
Abstrak :
ONE OK ROCK 18祭 ~1000人の奇跡 We are~ adalah video dokumenter yang diproduksi oleh NHK dan disiarkan pada 9 Januari 2017 di NHK TV General dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri serta semangat para remaja berusia 17 – 19 tahun. Video dokumenter ini menampilkan wawancara langsung pada remaja yang berkaitan dengan ikigai. Berdasarkan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi wujud ikigai pada remaja serta mengetahui apakah terdapat perubahan pada remaja setelah menemukan ikigai mereka. Teori yang digunakan adalah teori ikigai milik Gordon Mathews (1996) yang kemudian dianalisis dengan metode mise en scene berdasarkan tanda dalam gambar yang diambil. Hasil penelitian menunjukkan terdapat kesamaan dalam memperoleh ikigai pada remaja, yaitu dengan jiko jitsugen. Kemudian ditemukan lima wujud ikigai dalam video dokumenter yang dianalisis, yaitu karir, olahraga, klub sekolah, passion, dan teman. Ditemukan juga perubahan yang terjadi pada 2 dari 7 remaja dalam video dokumenter yang dianalisis setelah mereka menemukan ikigai, yaitu remaja cenderung lebih senang, bersemangat, postur tubuh mereka tegap, dan lebih bekerja keras. Dokumenter ini tidak hanya berperan dalam membantu mengatasi hikikomori pada remaja, tetapi juga berperan sebagai motivasi untuk remaja menuju pendewasaan mereka. ......ONE OK ROCK 18祭~1000人の奇跡 We are~ is a video documentary produced by NHK and broadcast on January 9, 2017 on NHK TV General with the aim of boosting the confidence and spirit of teenagers aged 17-19. The video documentary features live interviews with teenagers related to ikigai. Based on that, this study aims to identify the form of ikigai in teenagers and find out whether there are changes in teenagers after finding their ikigai. The theory used is Gordon Mathews' ikigai theory (1996) which is then analyzed using the mise en scene method based on the signs in the pictures taken. The results showed that there are similarities in obtaining ikigai in teenagers, namely with jiko jitsugen. Then five forms of ikigai were found in the documentary videos analyzed, namely career, sports, school clubs, passion, and friends. It was also found that changes occurred in 2 out of 7 teenagers in the documentary videos analyzed after they found ikigai, namely teenagers tend to be happier, excited, their posture is firm, and they work harder. This documentary not only plays a role in helping to overcome hikikomori in teenagers, but also serves as a motivation for teenagers towards their coming of age.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Laili Nadhifah
Abstrak :
Tesis ini merupakan penelitian tentang adaptasi male-gaze terhadap film Ringu dan Ringu 2 produksi Jepang oleh The Ring dan The Ring 2 produksi Hollywood. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan perbedaan representasi male-gaze penonton terhadap karakter perempuan dalam film pada kedua produksi film tersebut. Perbedaan tersebut akan dianalisa dengan memperbandingkan mise en scene dan teknik pengambilan gambar oleh Jepang dan Hollywood. Analisa akan dilandasi oleh pemikiran Laura Mulvey tentang male-gaze pada sinema dalam artikelnya, Visual Pleasure and Narrative Cinema. Melalui analisis teks, penelitian ini bertujuan untuk membaca adaptasi budaya yang dilakukan Hollywood dalam proses remake film horor Jepang. Dari penelitian ini, terlihat perbedaan bentuk dominasi laki-laki terhadap tokoh perempuan dalam film-film tersebut.
This thesis is a study about the adaptation of male-gaze by The Ring and The Ring 2 produced by Hollywood toward Ringu and Ringu 2 produced by Japan. This study aims to show the representation differences of the audiences? male-gaze toward the female characters of both film productions. Those differences would be analyzed by comparing the mise en scene and camera technique by Japan and Hollywood. The analysis would be based one Laura Mulvey?s theory about male-gaze and cinema written in her journal, Visual Pleasure and Narrative Cinema. Through the text analysis, the result of this study would show how to read the culture adaptation by Hollywood through the remake process of Japanese horror film. From this analysis, the differences of male domination toward the female characters in those films could be seen.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etik Wahyuningtyas
Abstrak :
ABSTRAK
Homoseksualitas merupakan sebuah isu yang belakangan ini masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat dunia. Meskipun demikian, homoseksualitas kini menjadi sebuah hal yang menarik dalam studi literatur, khususnya perjuangan kaum homoseksual dalam mencari persamaan hak di masyarakat. Skripsi ini menganalisa film Milk (2008), disutradarai oleh Gus Van Sant, dengan menggunakan teori representasi serta mise en scène untuk melihat tokoh Harvey Milk. Kedua pendekatan tersebut digunakan untuk membuktikan bahwa sosok Harvey Milk merupakan sebuah representasi perjuangan kaum homoseksual di ranah publik. Konflik yang ada menunjukkan sikap publik Amerika terhadap homoseksualitas pada 1970-an. Hasil penelitian ini menunjukkan Harvey Milk sebagai seorang homoseksual tidak konvensional yang tidak malu menunjukkan identitasnya. Harvey Milk juga menghadapi beberapa tahapan perubahan penampilan sebagai sebuah strategi dan negosiasi dengan masyarakat heteroseksual yang mendominasi.
ABSTRACT
Homosexuality is an issue that a majority of people in the world consider as a taboo. Nevertheless, homosexuality continues to become an interesting topic in literary studies, particularly the struggle of homosexuals to earn their equality in the public realm. This thesis analyzes the movie Milk (2008), directed by Gus Van Sant by applying representation theory and mise en scène of the movie to look at the character Harvey Milk. Both approaches are used to prove that the character Harvey Milk is a representation of the homosexual's struggle in the public sphere. His conflict shows the American public attitude towards homosexuality in the 1970s. This result of the research indicates Harvey Milk as a unconventional homosexual who was not ashamed to show his identity. Harvey Milk also faced some stages of changing his appearance as a strategy and negotiation with the dominating heterosexual society.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1903
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfitazki Aulia Billah
Abstrak :
Howl’s Moving Castle adalah film animasi yang disutradarai oleh Hayao Miyazaki yang menceritakan seorang perempuan muda, Sophie, yang mengalami transformasi menjadi seorang wanita tua akibat kutukan dari penyihir. Perubahan yang dialami Sophie mempengaruhi penampilan hingga persepsi dirinya tentang nilai dan potensi diri. Berdasarkan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perempuan tua dan penerapan successful aging oleh karakter Sophie yang direpresentasikan dalam film Howl’s Moving Castle. Penulis menggunakan teori successful aging milik Meredith Troutman Flood (2005) dan kemudian dianalisis menggunakan metode sinematografi yang berfokus pada berbagai tipe pengambilan gambar dan mise en scene yang berfokus pada elemen setting, the human figure dan composition. Film ini menggambarkan penuaan sebagai suatu proses alami yang harus diterima dan memperlihatkan bahwa nilai sejati seseorang tidak terletak pada penampilan fisik semata, melainkan kebaikan dalam diri. Film ini juga menyoroti bagaimana masyarakat sering kali mengesampingkan dan mempersempit definisi kecantikan dan nilai perempuan berdasarkan usia. ......Howl's Moving Castle is an animated film directed by Hayao Miyazaki that tells the story of a young girl, Sophie, who is transformed into an old woman due to a curse from a witch. Sophie's transformation affects her appearance and her perception of self-worth and potential. Based on that, this study aims to describe the old woman and the application of successful aging by Sophie's character as represented in the movie Howl's Moving Castle. The author uses Meredith Troutman Flood's successful aging theory (2005) and then analyzes it using cinematography methods that focus on various types of shots and mise en scene that focuses on the elements of setting, the human figure and composition. The film depicts aging as a natural process that must be accepted and shows that a person's true value does not lie in physical appearance alone, but rather the goodness within. The film also highlights how society often overrides and narrows the definition of beauty and the value of women based on age.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Calistha Azalia Putri
Abstrak :
Video musik adalah saluran bagi para musisi untuk merepresentasikan lagu-lagu mereka kepada khalayak luas secara visual. Rammstein, s band Neue Deutsche Härte dari Jerman, terkenal karena menggunakan video musik yang megah untuk menyampaikan pesan dalam lagu-lagunya kepada publik, “Angst” adalah salah satu dari beberapa lagu yang baru-baru ini dirilis. Penelitian ini membahas tanda-tanda semiotik yang menyinggung konsumsi media yang ditemukan dalam video musik “Angst” karya Rammstein dengan menggunakan mise-en-scène. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana teknik semiotika dapat merepresentasikan ide dalam media populer Jerman, khususnya video musik. Temuan dari penelitian ini dapat membantu lebih memahami peran teknik semiotika dalam menyampaikan makna yang ditemukan dalam media visual dan memberikan wawasan tentang bagaimana konsumsi media direpresentasikan dan diproblematikan. ......Music videos are channels for musicians to represent their songs to a large audience visually. Rammstein, a German Neue Deutsche Härte band, is notorious for using grandiose music videos to convey messages in its songs to the public, “Angst” being one of its more recent releases. This research discusses semiotic signs that allude to media consumption found in Rammstein’s “Angst” music video using mise-en-scène. This research aims to show how semiotic techniques can represent ideas within German popular media, specifically music videos. Findings from this research can help better understand the role of semiotic techniques in conveying meanings found in visual media and provide insights into how media consumption is represented and problematized.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nadifa Syahidah
Abstrak :
Grave of The Fireflies merupakan film adaptasi dari kisah novelis bernama Akiyuki Nosaka yang berjuang mempertahankan hidup ketika serangan bom Kobe 1945. Film ini menampilkan situasi serangan tersebut dan dampak yang dirasakan masyarakat Jepang hingga menyebabkan salah satu tokoh utama kehilangan harapan hidupnya. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan serangan bom Kobe 1945 serta bagaimana dampak yang dihasilkan dari peristiwa tersebut direpresentasikan dalam film animasi Grave of The Fireflies. Penulis menggunakan teori representasi milik Stuart Hall (1997) yang kemudian dianalisis dengan metode sinematografi berdasarkan teknik dokumentasi (shot) dan mise en scene berdasarkan simbol atau unsur dalam gambar. Meskipun dapat dikategorikan sebagai film anti- war karena mengkritik perang, Grave of The Fireflies memiliki tujuan lain untuk menyebarkan gagasan bahwa Jepang sangat menderita dan tidak bersalah. Film ini tidak menampilkan konteks sejarah mengenai Jepang yang memulai perang terlebih dahulu pada Amerika. Jepang memanfaatkan rasa simpati penonton melalui penggunaan karakter anak-anak agar terbentuk paham bahwa masyarakat Jepang sangat menderita akibat serangan Amerika. Film ini juga menggambarkan ketidakpedulian pemerintah Jepang pada masa itu dengan tetap meneruskan perang dan tidak mengirimkan bantuan yang memadai untuk masyarakat. ...... Grave of The Fireflies is a film adaptation of the story of a novelist named Akiyuki Nosaka who struggled to survive during the 1945 Kobe bombing. This film depicts the situation of the attack and the impact it had on Japanese people until causing one of the main characters to lose hope of his life. Based on this, this study aims to describe the 1945 Kobe bombing and how the impact resulting from this attack is represented in the animated film Grave of The Fireflies. The author uses the theory of representation belonging to Stuart Hall (1997) which is then analyzed using the cinematographic method based on documentation techniques (shot) and mise en scene based on symbols or elements in the image. Although it can be categorized as an anti-war film because it criticizes war, Grave of The Fireflies has another goal to spread image that Japan is suffering and innocent. This film does not present a historical context regarding Japan which started the first war on America. Japan takes advantage of the audience's sympathy through the use of children's characters in order to form an understanding that Japanese society has suffered greatly from the American attack. This film also describes the indifference of the Japanese government at that time by continuing the war and not sending adequate aid to the people.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Thoriq Agustian
Abstrak :
Film digunakan sebagai media untuk mengirimkan pesan kepada audiens. Topik film biasanya adalah sebuah refleksi dari apa yang terjadi di dunia nyata. Pembuat film Elysium, Neil Blomkamp, membuat film yang bertujuan untuk menggambarkan bagaimana masyarakat berkehidupan di sekitar kita. Oleh karena itu, untuk menganalisis bagaimana film Elysium berkontribusi terhadap kritikan isu terkait dengan hegemoni, kekerasan, dan perbedaan kelas sosial, riset ini akan menganalisis elemen sinematik dan tema utama dari Elysium, terutama di sekitar sistem politik dan kesehatan dalam film. Terdapat juga tujuh karakter dari kelas sosial yang berbeda yang akan di inspeksi. Elemen-elemen tersebut akan dijelaskan oleh dua teori: pertama oleh mise-en-scene, dan kedua oleh analisis semiotik. Selain itu, riset ini mendiskusikan bagaimana film Elysium menjadi representasi dari terobosan penting dalam representasi kelas sosial menengah. Temuan yang terdapat di riset ini menganjurkan bahwa hegemoni di Elysium direpresentasikan oleh perbedaan kontras dalam kondisi kehidupan seperti kesehatan, imigrasi, karakteristik militer, bahasa, dan perbedaan kontras visual dari kedua tempat. Hegemoni mengakibatkan penyalahgunaan kekuasaan dan persekusi, membuat kekerasan tidak dapat dihindari yang membuat kehidupan masyarakat kelas sosial menengah, perempuan dan anak-anak sebagai alat untuk mencapai tujuan dari protagonis dan antagonis. ......Movies are being used as a medium to deliver a message to the audience. The topics, more often than not, are usually a reflection of what happens in real life. The maker of the movie Elysium, Neil Blomkamp, crafted a movie to mirror how society is shaped around us. Therefore, to examine how the movie Elysium serves as a criticism of the issues related to hegemony, violence, and class disparity in our society, this study analyzed cinematic elements and main themes of Elysium, mainly around the politics and healthcare system in the story. There are also seven characters of different social classes from the movie that were inspected. Such elements are addressed by two means: first by mise-en-scene, and second by semiotic analysis. In addition, this research discusses how the Elysium film represented an important breakthrough in middle-class representation. The findings presented in this study suggest that the hegemony in Elysium is represented by the contrasting difference in the living conditions such as healthcare, immigration, military characteristics, language, and the visual contrasts of the two places. The hegemony results in power abuse and mistreatment, which create inevitable violence that sees the lives of middle-class society, women and children as mere throwaway tools to attain the goals of both the protagonists and antagonists.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Darin Nisrina
Abstrak :
ABSTRAK
Industri Hollywood memiliki sejarah panjang yang tidak luput dari keberadaan seksisme dan perlakuan tidak adil terhadap wanita. Untuk mengkritik hal ini, Laura Mulvey mempublikasikan essai pada tahun 1975 yang berjudul ldquo;Visual Pleasure and Narrative Cinema rdquo;, dimana Ia menuangkan teorinya tentang keberadaan lsquo;tatapan pria rsquo; atau yang disebut sebagai Male Gaze. Melalui essai ini, Mulvey menyampaikan prespektifnya mengenai perlakuan kurang menyenangkan yang harus dihadapi wanita baik dibelakang maupun dihadapan layar dan mengkritik bagaimana mereka seringkali dianggap: sebagai tidak lebih dari objek pemuas tatapan laki-laki. Walaupun peran wanita dalam film-film kontemporer telah berkembang sejak zaman itu, Hollywood masih belum sepenuhnya bebas dari Male Gaze. Lebih dari dua dekade sejak essai Mulvey terbit, John McNaughton merilis thriller-erotikanya yang berjudul Will Things 1998 . Walaupun film tersebut mengandung banyak unsur Male Gaze, Para kritik memuji cara alur ceritanya yang inovatif dan karakter-karakter perempuannya yang kuat. Walaupun begitu, analisa lebih dalam akan film ini mungkin akan membuktikan kebalikannya. Paper ini akan mencoba untuk mengidentifikasi dan mencari alasan dibalik penggunaan Male Gaze dalam film ini. Paper ini juga akan mendiskusikan pesan-pesan subliminal yang disampaikan film ini dan bagaimana pesan tersebut dapat terlihat mendukung pemberdayaan wanita namun sebenarnya justru melestarikan ide-ide tertentu yang merendahkan mereka. Selanjutnya, paper ini akan membuktikan bahwa salah satu dari ide yang disampaikan oleh film tersebut adalah seksualitas wanita, yaitu bagaimana hal tersebut digambarkan sebagai sesuatu yang positif dan pada ujungnya sebagai sesuatu negatif. Paper ini akan mencoba melakukannya dengan menelaah teks film dengan menggunakan mise-en-sc ne, teori perfilman, dan teori Male Gaze karya Laura Mulvey.
ABSTRACT
Hollywood has had a long history of sexism and wrongful treatment of its women. To critic this, Laura Mulvey published her widely renowned 1975 essay ldquo;Visual Pleasure and Narrative Cinema rdquo;, in which she conceived her theory of the Male Gaze. Through it, Mulvey disclosed her perspective regarding the treatment of women behind and in front of the screen, criticizing the way they are often regarded inside of the film industry: as mere objects for male viewing pleasure. Although the role of women in contemporary movies has matured significantly since then, Hollywood is not yet free from the male gaze. More than two decades after Mulvey rsquo;s essay was published, John McNaughton released his erotic-thriller Wild Things 1998 . Although the picture contains a heavy dose of male gaze, it is excused for doing so on the grounds of using it innovatively. While it is sexual, the movie was still applauded for having strong female leads and endorsing female empowerment. Even so, a thorough look might point out why that might not be the case. The paper intends to not only identify and seek meaning behind the film rsquo;s brazen use of Male Gaze. The paper also tries to discuss the subliminal messages used in the movie that perpetuates certain ideas that demean and objectify women under the guise of, or while simultaneously, praising them. This paper further argues that one such idea is the ambivalence of female sexuality or how the movie at one time celebrates yet ultimately condemns it. This paper will attempt to do this by analyzing the text and the scenes of this film using mise-en-sc ne, film theory, and Laura Mulvey rsquo;s theory of Male Gaze.
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>