Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Handayani
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, 2012
580 TRI k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Auliya Firdausy
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker dengan angka kejadian yang tinggi pada wanita di Indonesia dan dunia. Tingginya angka mortalitas kanker serviks dapat terjadi akibat tatalaksana yang tidak efektif, sehingga pengembangan terapi alternatif kanker serviks sangat diperlukan. Mirabilis jalapa merupakan plasma nutfah Indonesia. Bagian bunga Mirabilis jalapa mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat diteliti lebih lanjut potensinya sebagai tanaman herbal antikanker. Tujuan: Mengetahui komposisi fitokimia, aktivitas antioksidan, dan sitotoksisitas ekstrak bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) terhadap sel kanker serviks HeLa. Metode: Penelitian dilakukan terhadap ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, serta ekstrak heksana yang didapatkan menggunakan teknik maserasi bagian bunga tanaman Mirabilis jalapa. Pengukuran komposisi fitokimia dilakukan dengan uji kualitatif, kromatografi lapis tipis, serta uji kadar total flavonoid. Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Pengukuran sitotoksisitas dilakukan dengan metode MTT assay terhadap sel kanker serviks HeLa. Uji statistik dilakukan terhadap nilai IC50 ekstrak Mirabilis jalapa terhadap sel HeLa.
Hasil: Pada bagian bunga Mirabilis jalapa ditemukan adanya golongan senyawa flavonoid, tannin, glikosida, dan triterpenoid dalam ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat, serta juga golongan senyawa triterpenoid dan steroid dalam ekstrak etil asetat dan ekstrak heksana. Kadar total flavonoid dalam ekstrak etanol sebesar 111,97 μg/mL dan ekstrak etil asetat sebesar 55,42 μg/mL. Kekuatan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol termasuk dalam kelompok sangat aktif (nilai IC50 11,541 μg/mL), sedangkan kekuatan aktivitas antioksidan dari ekstrak etil asetat termasuk dalam kelompok aktif (nilai IC50 188,365 μg/mL). Sitotoksisitas terhadap sel kanker serviks HeLa yang teramati dari ekstrak etanol memberikan efek sitotoksik kuat (nilai IC50 15,127 μg/mL), sedangkan dari ekstrak etil asetat serta ekstrak heksana memberikan efek sitotoksik moderat (IC50 ekstrak etil asetat 44,501 μg/mL, IC50 ekstrak heksana 56,425 μg/mL). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai IC50 ekstrak etanol berbeda signifikan dibandingkan dengan kedua ekstrak lainnya. Simpulan: Ekstrak Mirabilis jalapa menunjukkan aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas terhadap sel kanker serviks HeLa sehingga berpotensi sebagai tanaman.

Background: Cervical cancer is one type of cancer which has high prevalence in women in Indonesia and the world. High mortality of cervical cancer was deducted prior to ineffective treatment, thus the development of alternative therapy is needed. Mirabilis jalapa is an Indonesian biodiversity plant. The flower contains secondary metabolites which could be explored further for their potential as herbal medicinal plants. Aim: Discovering phytochemical composition, antioxidant activity and cytotoxicity of Mirabilis jalapa extract against HeLa cervical cancer cell line. Methods: Experiment was done towards ethanolic, etilacetat, and hexene extract using maceration extraction method on dried flower Mirabilis jalapa. Measurements were done to analyse phytochemical components using qualitative experiment and thin layer chromatography and also quantitative analysis. Antioxidant activity analysis was done using DPPH method and cytotoxicity against HeLa cervical cancer cell line was done using MTT assay. Statistical analysis was done to analyse IC50 score of Mirabilis jalapa extract to inhibit HeLa cell growth.
Result: The flower part of Mirabilis jalapa has various types of phytochemical compounds. The ethanolic extract and ethyl acetate extract has flavonoid, tannin, glycoside and triterpenoid, whereas steroid and triterpenoid compounds are observed in hexane and ethyl acetate extract. Total flavonoid content measured on ethanolic extract and ethyl acetate extract are 111,97 μg/mL and 55,42 μg/mL respectively. Antioxidant activity on ethanolic extract is considered highly active (IC50 11,541 μg/mL), whilst ethyl acetate extract shows active antioxidant activity (IC50 188,365 μg/mL). Cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cell line observed on ethanolic extract displays strong effect (IC50 15,127 μg/mL), whereas ethyl acetate extract and hexane extract shows moderate cytotoxic effect (IC50 ethyl acetate extract 44,501 μg/mL, IC50 hexane extract 56,425 μg/mL). Statistical analysis showed that ethanol extract of Mirabilis jalapa exhibit higher IC50 value which significantly different than other two type of extract Conclusion: Mirabilis jalapa extract obtained from the flower shows antioxidant activity and cytotoxicity against HeLa cervical cancer cell line, thus potential as an anticancer herbal medicinal plant
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Natasya Roselind
"Mikrobiologi Forensik merupakan suatu disiplin ilmu yang relatif baru yang didedikasikan untuk menganalisis bukti kejahatan mikrobiologi untuk tujuan atribusi. Mikrobiologi forensik merupakan alat yang ideal untuk investigasi forensik dikarenakan sifat mikrobiologi sendiri tergolong unik dan dapat diisolasi dari lingkungan spesifiknya. Mikrobiologi forensik ditemukan dapat menjadi bukti untuk kasus kriminal, penyebab kematian, identifikasi manusia dan estimasi interval waktu post mortem serta pencemaran produk makanan atau minuman. Pada tubuh manusia sendiri ditemukan mikroba yang sangat banyak dan bervariasi dimana rongga mulut menempati posisi kedua dengan mikroba paling bervariasi. Pergerakan setelah kematian merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam investigasi kematian yang tidak dapat dijelaskan serta menentukan waktu kematian. Setelah kematian, terjadi proses dekomposisi yang membuat adanya perubahan dimulai secara seluler dan berlanjut secara makroskopis. Perubahan ini dapat menimbulkan perubahan mikrobiota rongga mulut setelah post mortem. Post mortem interval sangat bergantung pada proses dan kondisi post mortemnya. Metode PMI terkadang masih sulit ditentukan karena PMI rentan terhadap faktor eksternal, semakin lama waktu kematian, semakin sulit juga ditentukan post mortem interval. Pada penelitian ini digunakan mikroorganisme sebagai estimasi post mortem interval terkhususnya pada bakteri Proteus mirabilis. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa bakteri Proteus mirabilis merupakan bakteri yang dominan selama post mortem interval terutama pada PMI akhir. Setelah dilakukannya analisis dengan real time PCR terhadap bakteri sampel, ditemukan bahwa bakteri Proteus mirabilis terdeteksi pada post mortem interval 12 jam, 24 jam, 48 jam serta 72 jam dimana menunjukkan ketahanannya untuk bertahan hidup pada post mortem interval awal hingga akhir. Namun, penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan, dibutuhkan penelitian lebih lanjut agar dapat digunakan pada kepentingan bidang forensik.  

Forensic Microbiology is a relatively new discipline dedicated to analyzing evidence of microbiological crimes for attribution purposes. Forensic microbiology is an ideal tool for forensic investigations because microbiology itself is unique and can be isolated from its specific environment. Forensic microbiology was found to be evidence for criminal cases, cause of death, human identification and estimation of post mortem time intervals as well as contamination of food or beverage products. In the human body are found very many and various microbes where the oral cavity occupies the second position with the most varied microbes. Movement after death is an important factor to consider in investigating unexplained deaths and determining the time of death. After death, there is a decomposition process that shows changes from cellular to macroscopically. These changes can lead to changes in the oral microbiota after post mortem. The post mortem interval is highly dependent on the post mortem process and conditions. The PMI method is sometimes still difficult to determine because PMI is susceptible to external factors, the longer the time of death, the more difficult to determine the post mortem interval. In this study, microorganisms were used as an estimation of the post mortem interval, especially for the bacterium Proteus mirabilis. In previous studies, it was known that Proteus mirabilis was the dominant bacterium during the post mortem interval, especially at the end of PMI. After analysis with real time PCR on sample bacteria, it was found that Proteus mirabilis bacteria were detected at post mortem intervals of 12 hours, 24 hours, 48 ​​hours and 72 hours which showed its resistance to survive at post mortem intervals from beginning to end. However, this research still has many shortcomings and limitations, further research is needed so that it can be used in the interest of the forensic field."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library