Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wildan Insan Fauzi
"Sarwono Prawirohardjo adalah pionir pembentukan lembaga IPTEK di Indonesia karena berperan besar dalam pembentukan dan pengembangan Balai Perguruan Tinggi RI, IDI (Ikatan Dokter Indonesia), MIPI (Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia), LIPI (Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia), dan PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia). Sumber data penelitian berasal dari arsip di ANRI berupa arsip Sekretaris Negara 1945-1965, Kongres dan Seminar Ilmiah 1957-1983, dan Pidato Presiden Soekarno 1958-1967. Di PDII BRIN ditemukan majalah ilmiah seperti Berita MIPI, Berita LIPI, dan Berita IPTEK. Arsip-arsip berupa surat kabar diperoleh secara digital di laman https://www.delpher.nl, https://eresources.nlb.gov.sg/newspapers, dan https://www.nationaalarchief.nl. Di Perpustakaan nasional didapatkan surat kabar Kompas, Pikiran Rakyat, dan Republik dalam bentuk microfilm. Temuan penelitian ini menunjukan bahwa proses pelembagaan IPTEK sebelum kemerdekaan berfungsi untuk mengelola sumber daya dan mempertahankan kekuasaan kolonial. Pemikiran Sarwono mengenai lembaga riset terbentuk dari kombinasi faktor keluarga, pendidikan, lingkungan kerja, dan pengalaman organisasi. Sarwono memiliki berbagai gagasan tentang ilmu pengetahuan, penelitian, kesejahteraan masyarakat, prioritas pembangunan, kualitas peneliti, dan pelembagaan IPTEK. Sarwono tidak selalu berhasil mewujudkan semua gagasannya dan mengubah struktur yang ada namun terus berusaha membentuk perubahan dalam batasan-batasan struktur dengan mengoptimalkan perannya di lembaga IPTEK. Sarwono berhadapan dengan persaingan membangun kekuasaan di bidang IPTEK dengan Belanda, repatriasinya ilmuwan asing, krisis politik dan ekonomi masa Demokrasi Liberal dan Terpimpin yang menyebabkan penelitian merosot kuantitas dan kualitasnya, kebebasan para ilmuwan dibatasi, dan di bawah kendali pemerintah. Pada masa Orde Baru, Sarwono menghadapi kondisi dominasi penguasaan teknologi negara maju, skala prioritas industrialisasi, persoalan dana, kualitas dan kuantitas ilmuwan Indonesia, perencanaan, serta faktor budaya masyarakat. Di tengah kondisi tersebut, Sarwono tetap berhasil membentuk dan mengembangkan berbagai lembaga IPTEK, infrastruktur penelitian, memberi bantuan dana riset, menerbitkan berkala ilmiah, mengkoordinasi penelitian antarlembaga, membudayakan pertemuan komunitas ilmiah, terwujudnya pusat penerangan ilmiah nasional dan mengadakan hubungan bidang IPTEK dengan luar negeri.

Sarwono Prawirohardjo was a pioneer in establishing science and technology institutions in Indonesia, significantly contributing to the creation and growth of the Indonesian Higher Education Center, the Indonesian Doctors Association (IDI), the Indonesian Council of Sciences (MIPI), the Indonesian Institute of Sciences (LIPI), and the Indonesian Family Planning Association (PKBI). His work has left an indelible mark on the development of science and technology in Indonesia. The primary sources for this research include archives from ANRI, such as records from the State Secretary (1945–1965), Congress and Scientific Seminar proceedings (1957–1983), and President Soekarno's speeches (1958–1967). At PDII BRIN, relevant scientific publications like Berita MIPI, Berita LIPI, and Berita IPTEK were examined. Additional archival materials in the form of newspapers were accessed digitally at https://www.delpher.nl, https://eresources.nlb.gov.sg/newspapers, and https://www.nationaalarchief.nl. Newspapers such as Kompas, Pikiran Rakyat, and Republik were found on microfilm at the National Library. The findings reveal that the institutionalization of science and technology in the pre-independence era primarily served to manage resources and sustain colonial rule. Sarwono's ideas on research institutions emerged from a mix of influences, including family background, education, work environment, and organizational experience. He developed numerous ideas regarding science, research, public welfare, development priorities, researcher quality, and the institutionalization of science and technology. Although Sarwono did not always succeed in implementing all his ideas or changing existing structures, he persisted in promoting change within institutional constraints by optimizing his role in science and technology organizations. Sarwono faced numerous challenges, including competition from the Netherlands in the scientific arena, the exodus of foreign scientists, and the political and economic crises during the Liberal and Guided Democracy eras, which reduced the quantity and quality of research, limited scientists' freedom, and placed them under government control. In the New Order period, Sarwono encountered issues such as the technological dominance of developed countries, prioritization of industrialization, funding limitations, the quality and quantity of Indonesian scientists, and societal cultural factors, including a lack of public interest in science and technology and a preference for traditional practices. Despite these conditions, he succeeded in establishing and developing various science and technology institutions, building research infrastructure, providing research funding support, publishing scientific periodicals, coordinating inter-institutional research, fostering scientific community gatherings, creating a national scientific information center, and establishing international relations in science and technology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Sheldy Sucipto
"Peningkatan persaingan industri jasa otomotif dan sektor perusahaan yang melayani kendaraan komersial menuntut perusahaan untuk memberikan layanan dengan kecepatan dan kualitas layanan yang baik. Layanan One Day Service menjadi solusi perusahaan untuk memenangkan persaingan dan memenuhi kebutuhan pelanggannya. Divisi otomotif bertugas untuk menjalankan dan mengembangkan layanan ini. Kinerja layanan saat ini belum optimal karena masih terdapat keterlambatan layanan. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki layanan One Day Service dengan menggunakan pendekatan Business Process Improvement (BPI) yaitu dengan metodologi Model Based and Integrated Process Improvement (MIPI). Metodologi MIPI merupakan salah satu metode BPI yang memiliki pendekatan dengan struktur terbaik. Penggunaan metode MIPI pada penelitian ini terbatas sampai pada tahap merancang ulang proses. Perancangan perbaikan proses dilakukan sesuai dengan metode MIPI yang diawali dengan pemahaman kebutuhan bisnis, pemetaan proses aktual, analisis untuk mencari penyebab keterlambatan layanan, dan dilanjutkan dengan perancangan ulang proses. Hasil penelitian menunjukkan perancangan ulang proses dapat menurunkan waktu proses layanan sebesar 54,58%.

The increasing of competition in automotive service industry and the industry sector which serving commercial vehicles forced company to provide services with effecient and good service quality. One Day Service is the company's solution to win the competition and meet the needs of its customers. The automotive division is responsible to run and develop this service. The existing service performance is not optimal because there are still service delays. This study aims to improve the One Day Service using the Business Process Improvement (BPI) approach, namely the Model Based and Integrated Process Improvement (MIPI) methodology. The MIPI methodology is one of the BPI methods that has well structural approach. The use of the MIPI method in this research is limited to the stage of redesigning the process. The process improvement design is carried out according to the MIPI method, starting with understanding business needs, mapping the existing process, analyzing to find the causes of service delays, and followed with process redesign. The results showed that process redesign can reduce service processing time by about 54,58%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidauruk, Ferry
"Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan sebuah metode peningkatan proses bisnis, yang disebut Model-based and Integrated Process Improvement(MIPI), yang diciptakan oleh Sola Adesola dan Tim Baines. Meskipun telah banyak dikenalkan metode peningkatan proses bisnis, para praktisi menemukan banyak kendala saat menerapkan metode-metode tersebut. MIPI merupakan sebuah panduan yang holistik, terstruktur dan prosedural untuk meningkatkan proses bisnis. Implementasi MIPI diharapkan dapat memenuhi persyaratan pelanggan, dan juga untuk mencapai efisiensi dan efektifitas bisnis untuk dapat bersaing dalam pasar dewasa ini, yang dinamis dan kompetitif.
Metode MIPI dikembangkan dengan meninjau dan menganalisa metodologi yang telah ada dan memilih kerangka-kerangka yang terdapat pada indikator kinerja kunci (KPI). Dengan penerapan MIPI, industri tidak hanya dapat mengidentifikasi aktifitas yang tidak memberikan nilai tambah pada proses, tetapi juga dapat mensejajarkan pada visi dan misi organisasi. Dengan demikian, para praktisi menerapkan langkah-langkah terstruktur yang konsisten dan efisien saat digunakan dalam peningkatan proses bisnis.
Studi kasus dilaksanakan pada sebuah unit perakitan kartu seluler yang mengidentifikasi kebutuhan bisnis dan masalah-masalah menggunakan diagram Pareto menunjukkan ?barcode tidak terbaca oleh alat pemindai? adalah peringkat teratas (33.41%). Pemetaan proses ?as-is?juga diadakan untuk menggambarkan proses bisnis yang ada. Dengan menggunakan diagram sebab-akibat (Diagram tulang ikan) dan analisa Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), dapat diidentifikasi masalah utama adalah ?kurangnya level tinta pada tabung mesin? (angka Risk Priority Number: 125). Rencana tindakan dituangkan ke dalam sebuah matriks, yang disebut Performance Improvement Matrix (PIM) sebagai sebuah roadmap untuk rencana peningkatan proses.
Pada akhir penelitian ini, dilakukan perbandingan sebelum dan sesudah implementasi MIPI pada indikator kinerja operasional, seperti: keluhan pelanggan, volume produksi, produk grade ?A?, produk rework, produk reject, material waste, produktifitas staf, angka kecelakaan kerja, dan ketepatan waktu pengiriman barang.

This research aims to implement a process business improvement methodology, called the Model-based and Integrated Process Improvement (MIPI), created by Sola Adesola and Tim Baines. Although there are many methods have been developed, practitioner still found difficulties when implementing the methods. MIPI shows a holistic, structured and procedural guidance for improving business processes. MIPI implementation is expected not only to meet the customer requirement, but also to run business effectively and efficiently in order to compete in nowadays dynamic and competitive market.
MIPI is developed by reviewing and analysing current methodologies and selecting a few frameworks against key performance indicators. Through implementing MIPI methodology, industry is not only can identify non value added activities in their processes but also can align to its organization vision and mision. Hence, practitioners can have structured steps which are consistent and efficient when improving business process.
The case study was taken on a unit of celuller card assembly which identified business needs and problem areas using Pareto chart shows that ?unreadable barcodes by scanning devices? is the highest rank (33.41%). As-is process mapping was also conducted to capture current business process architecture. Using the Cause and Effect Diagram (Fishbone Diagram) the and Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), the organization can identify that ?lack of ink level on the assembly machine? is the main problem (Risk Priority Number : 125). Action plan created in to a matrix, called the Performance Improvement Matrix (PIM) as a roadmap for process improvement plan.
At the end of this research was conducted an operational performances benchmark pertaining before and after implementing MIPI method in the organisation, such as: customer complaint, production volume, grade ?A? product, rework products, rejected products, waste of raw materials, employee productivity, occurance of accident on work, and on time delivery rate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31217
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library