Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmat Nurcahyo
Abstrak :
ABSTRAK
Banyak perusahaan menyadari produksi dengan tingkat diservifikasi yang tinggi dan volume produksi yang rendah adalah tantangan tersebar yang mereka temui. Ketidakmampuan mereka dalam mengatasi masalah tersebut membuat beberapa perusahaan dengan mudahnya memilih hanya memproduksi produk dengan tingkat variasi yang rendah. Sekalipun banyak operasi set up harus dikerjakan dalam sistem produk yang terdiversifikasi, berbagai kemungkinan lainnya muncul ketika kita meninjau masalah yang ada dari sudut set up itu sendiri. Pengembangan metode single minute exchange die kemudian membuat penurunan tingkat set up time yang dapat diraih perusahaan semakin signifikan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menekan waktu set up mesin molding pada PT Mecoindo menggunakan metode single minute exchange die (SMED). Penurunan waktu setup mesin molding dengan metode Single Minute Exchange Die dilakukan melalui tahapan memisahkan proses set up ekstemal dari proses set up internal, merubah proses set up internal menjadi set up eksternal, merampingkan semua aspek kerja set up internal. Selain ketiga tahapan di atas juga dilakukan operasi pararel mengatur pergerakan operator sehingga menghasilkan waktu set up yang lebih singkat. Setelah diterapkannya metode Single Minute Exchange Die terdapat pengurangan waktu sebesar 245 menit. Penurunan waktu set up sebesar 245 menit ini tidak memperhitungkan proses yang telah dirampingkan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Joshua
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki waktu changeover mold dalam studi kasus proses injeksi plastik. PT XYZ sebagai produsen sepeda motor memiliki seksi injeksi plastik yang memproduksi part plastik untuk sepeda motor. Sebuah mesin injeksi digunakan untuk memproduksi lebih dari satu jenis part, sehingga pergantian jenis part membutuhkan proses changeover. Proses changeover yang sering dilakukan menghasilkan waste bagi PT XYZ berupa waktu mengganggur. Penelitian ini menggunakan metode Single Minute Exchange of Dies (SMED) untuk mengurangi durasi pelaksanaan changeover secara signifikan. Penelitian dilakukan sesuai dengan tiga tahap metode SMED yaitu mengelompokkan aktivitas ke dalam setup internal dan setup eksternal, mengkonversi aktivitas internal menjadi aktivitas eksternal, dan memperlancar seluruh pelaksanaan aktivitas setup. Langkah perbaikan pada tahap ketiga disimulasikan dengan simulasi Monte Carlo pada Ms. Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode SMED dapat mengurangi waktu changeover sebesar 42,86%. Pengurangan ini berdampak pada penurunan waktu menggangur sebesar 760,77 menit dan peningkatan produktivitas sebesar 1.030 part dalam waktu satu bulan.
ABSTRACT
This research aims to improve mold changeover time on plastic injection molding case. PT XYZ as a motorcycle manufacturer has a plastic injection section which produces plastic parts for motorcycle body. An injection machine is used to produce more than one part type, so changeover process is needed. The frequent changeovers result in idle time waste for the company. The research uses Single Minute Exchange of Dies (SMED) method to reduce changeover time significantly. The research was conducted based on three steps of SMED, namely, separating internal and external setup, converting internal to external setup, and streamlining all aspects of the setup operation. Improvement actions on the third step were simulated by Monte Carlo simulation in MS. Excel. The result showed that SMED is capable to reduce changeover time by 42.86%. This leads to 760.77 minutes of idle time reduction and an increase in productivity by 1,030 parts within one month.
2016
S62950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Gamayana Trimawang Aji
Abstrak :
ABSTRAK
Praktik spesialis keperawatan medikal bedah peminatan sistem perkemihan bertujuan untuk melakukan analisis praktik residen dengan pendekatan teori kenyamanan Kolcaba. Peran residen sebagai pemberi asuhan keperawatan yang diterapkan pada 30 pasien gangguan sistem perkemihan dengan satu kasus kelolaan utama yaitu pasien dengan Benigna Prostat Hiperplasia. Peran residen sebagai peneliti dalam melakukan penerapan tindakan keperawatan berbasis pada pembuktian ilmiah yaitu intervensi six minute walking. Dalam rangka menjalankan peran sebagai inovator, residen melakukan kegiatan inovasi sosialisasi perawat konselor ginjal. Hasil praktik residensi ini adalah teori kenyamanan Kolcaba mampu dijadikan sebagai teori sebagai salah satu pendekatan asuhan keperawatan yang dapat diterapkan di area urologi.ABSTRACT Medical nursing specialist medical specialist in urinary surgery aims to conduct a resident practice analysis with the Kolcaba comfort theory approach. The role of the resident as a nursing care applicant was applied to 30 urinary system disorders patients with one major underlying case of patients with Benigna Prostate Hyperplasia. The role of resident as a researcher in doing the application of nursing action based on scientific proof that is six minute walking intervention. In order to carry out the role of innovator, the resident undertook the innovation activities of the nursing counselor 39 s nurse socialization. The result of this residency practice is Kolcaba comfort theory can be used as a theory as one approach of nursing care that can be applied in urology area.
Depot: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budiati Laksmitasari
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini disusun untuk mengetahui apakah uji jalan dua menit dapat digunakan sebagai alternatif uji kebugaran kardiorespirasi pada anak dengan cerebral palsy atau palsi serebral ambulatori. Penelitian menggunakan desain potong lintang. Subjek anak dengan palsi serebral ambulatori diminta untuk melakukan uji jalan dua menit dan uji jalan enam menit pada hari yang berbeda. Analisis statistik dilakukan untuk menilai korelasi antara jarak tempuh uji jalan dua menit dan jarak tempuh uji jalan enam menit. Hasil penelitian menyatakan bahwa uji jalan dua menit dan uji jalan enam menit mampu laksana pada anak dengan palsi serebral ambulatori, dengan penyesuaian khusus dalam teknis pelaksanaan. Rerata jarak tempuh uji jalan dua menit dan uji jalan enam menit masing-masing sebesar 47,87 + 28,54 m dan 134,33 + 80,27 m. Jarak tempuh uji jalan dua menit dan jarak tempuh uji jalan enam menit berkorelasi secara signifikan dengan tingkat korelasi yang sangat kuat (r = 0,920). Maka, uji jalan dua menit dapat dipertimbangkan sebagai alternatif uji kebugaran kardiorespirasi pada anak dengan palsi serebral ambulatori. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai validitas dan reliabilitas uji jalan dua menit subjek tersebut.
ABSTRACT
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teinny Suryadi
Abstrak :
Latar Belakang. Perbaikan fungsi berjalan adalah target fungsional yang paling relevan pasca-stroke. Oleh karena itu diperlukan alat ukur yang dapat menilai kemampuan fungsional pasca-stroke yang aman dan tidak menimbulkan kelelahan. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai korelasi antara Fatigue Severity Scale dan Skala Borg dengan uji jalan 2 menit pada penderita stroke.Metode. Studi potong lintang pada 35 subjek stroke subakut dan kronik di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Dilakukan uji korelasi Pearson antara Fatigue Severity Scale dan Skala Borg dengan hasil pengukuran uji jalan 2 menit.Hasil. Pada pasien stroke terdapat korelasi sedang yang signifikan pada Skala Borg kaki lelah ge;3 dengan uji jalan 2 menit baik pada jarak tempuh r=-0,505, p=0,046 maupun kecepatan r=-0,498, p=0,050 namun tidak terdapat korelasi antara FSS dengan hasil pengukuran uji jalan 2 menit. Tidak terdapat korelasi antara Skala Borg usaha dan sesak dengan jarak tempuh uji jalan 2 menit.Kesimpulan. Terdapat korelasi sedang yang bermakna secara statistik antara Skala Borg kaki lelah dengan hasil pengukuran uji jalan 2 menit.Tidak terdapat korelasi antara FSS dengan uji jalan 2 menit.
Background. Improvement of walking function is the most relevant functional target post stroke Therefore we need a measuring tool that can assess the functional ability of post stroke that is safe and does not cause fatigue. Aim of this study to assess the correlation between Fatigue Severity Scale and Borg Scale with 2 minute walking test in stroke patient.Method. Cross sectional study on 35 subacute and chronic stroke subjects at RSUPN Cipto Mangunkusumo. A Pearson correlation test was conducted between FSS and Borg Scale with 2 minute walking test.Result. In stroke patients there was a significant moderate correlation between Borg Scale leg fatigue ge 3 with 2 minute walking test on distance r 0,505, p 0.046 and walking speed r 0,498, p 0,050 but there was no correlation between FSS and 2 minute walking test. There was no correlation between the Borg Scale dypsnea and leg fatigue with 2 minute walking test.Conclusion. There was a statistically significant correlation between Borg Scale leg fatigue with 2 minute walking test. There was no correlation between FSS with 2 minute walking test.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ticoalu, Deisy Christine
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan:Data mengenai pasien PPOK pada ras melanesia belum ada.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Mengetahui faktor risiko dan nilai uji jalan 6 menit pada pasien PPOK ras Melanesia di Kota Jayapura, Papua.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di RSUD Dok II Jayapura.Pengambilan sampel dilakukan pada bulan September 2017.Hasil: Pada penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi sebesar 40 pasien PPOK.Faktor risiko pasien PPOK ras Melanesia yang merokok adalah 27 subjek 67,5 , pajanan biomass 18 subjek 45 , ISPA berulang 12 subjek 30 dan IMT kurang 6 subjek 15 , normal 33 subjek 82,5 , lebih 1 subjek 2,5 .Terdapat hubungan bermakna antara kelompok PPOK dengan ISPA berulang p=0,003 , OR 11,67 dengan IK 95 2,2-61,2 .Terdapat hubungan bermakna antara kriteria spirometri berdasarkan GOLD dengan rokok p=0,016 , pajanan biomass p=0,013 , OR 11,76 dengan IK 95 1,31-105,50 , ISPA berulang p=0,041, OR 0,16 dengan IK 95 0,03-0,785 dan IMT p=0,002 .Jarak tempuh uji jalan 6 menit terbanyak pada kelompok 200-300 m dengan 36 subjek 90 .VEP 1prediksi terbanyak adalah 50-80 dengan 30 subjek 75 dengan rerata 58,33 10,083 dan rerata VEP 1 ml adalah 1375 445,88.Pemeriksaan foto toraks pasien PPOK ras melanesia adalah normal sebanyak 38 subjek 95 dan emfisematous 2 subjek 5 .Skor CAT pasien PPOK ras melanesia di RSUD Dok II Jayapura < 10 sebanyak 36 subjek 90 dan > 10 sebanyak 4 subjek 10 dengan hubungan bermakna antara skor CAT dengan kelompok PPOK p=0,042 .Indeks brinkman IB pasien PPOK ras melanesia di RSUD Dok II Jayapura adalah ringan sebanyak 7 subjek 7 , sedang 12 subjek 44 dan berat 8 subjek 30 serta hubungan bermakna antara IB dengan hasil spirometri berdasarkan GOLD p= 0,005 .Faktor komorbid yang didapatkan pada pasien PPOK ras melanesia di RSUD Dok II Jayapura adalah gagal jantung sebanyak 2 subjek 5 . Nilai rerata uji jalan 6 menit m adalah 277,88 32,83 dan VO2 maks ml/Kg/mnt adalah 22,08 1,047 serta tidak terdapat hubungan bermakna antara kelompok PPOK ras melanesia di RSUD Dok II Jayapura dengan uji jalan 6 menit dan prediksi VO2 maks.Kesimpulan: ISPA berulang, pajanan biomass,rokok, IMT merupakan faktor yang berpengaruh pada PPOK ras melanesia. Uji jalan 6 menit pasien PPOK ras melanesia lebih rendah dibandingkan non melanesia.Kata kunci :Faktor risiko, PPOK, ras melanesia, uji jalan 6 menit.
ABSTRACT
Background and purpose:Data on patients with COPD on melanesian races is not present. The aim of this study was to determine the risk factors and 6-minute road test scores in patients with COPD Melanesia in Jayapura City, Papua.Method:This research is cross sectional study conducted in RSUD Dok II Jayapura. Sampling was conducted in September 2017.Result:In this study the inclusion criteria were 40 patients with COPD. Risk factors for COPD patients smoking Melanesia were 27 subjects 67.5 , biomass exposure 18 subjects 45 , recurrent lower inspiratory infection of 12 subjects 30 and BMI less 6 subjects 15 , normal 33 subjects 82.5 , more 1 subject 2.5 . There was a significant relationship between group of COPD with recurrent lower inspiratory infection p = 0,003, OR 11,67 with CI 95 2,2-61,2 . There was significant relation between spirometry criteria based on GOLD with cigarette p = 0,016 , biomass exposure p = 0.013, OR 11.76 with 95 IK 1.31-105.50 , recurrent lower inspiratory infection p = 0.041, OR 0.16 with CI 0.03-0.785 and IMT p = 0.002 . The distance of the 6-minute walking test was highest in the 200-300 m group with 36 subjects 90 .The FEV 1 predicted was 50-80 with 30 subjects 75 with mean of 58.33 10,083 and FEV 1 ml is 1375 445.88. The examination of chest X-rays of patients with COC melanesia is normal for as many as 38 subjects 95 and emfisematous 2 subjects 5 .The CAT scores of melanesian COPD patients in RSUD Dok II Jayapura 10 for 4 subjects 10 with significant association between CAT score and group COPD p = 0,042 . Brinkman index IB of COPD patient melanesia in RSUD Dok II Jayapura was mild s 7 subjects 7 , 12 subjects 44 and weight 8 subjects 30 and significant relationship between IB and spirometry based on GOLD p = 0,005 . The comorbid factor obtained in patients with COPD melanesia in RSUD Dok II Jayapura is a heart failure of 2 subjects 5 . The mean value of the 6-minute walking test m was 277.88 32.83 and the max VO2 ml / Kg / mnt was 22.08 1.047 and there was no significant association between the melanesian rape COPD group in RSUD Dok II Jayapura by testing 6 min walking test and prediction VO2 max.Conclusions: Recurrent acute lower respiratory infection, biomass exposure, cigarette, BMI is a contributing factor in COPD melanesia. The 6-minute road test of COPD patients of melanesia is lower than non melanesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patrick William Gading
Abstrak :
ABSTRAK
Kesesuaian Jarak Tempuh Uji Jalan Enam Menit Lintasan dengan Uji Jalan Enam Menit Jentera pada Dewasa Sehat IndonesiaAbstrakLatar Belakang. Penilaian kapasitas fungsi seseorang sangatlah penting untuk keperluan penentuan program latihan, evaluasi program latihan dan prognosis seseorang. Sebuah uji yang mudah, cepat, dan tidak membutuhkan perlengkapan yang rumit untuk menentukan kapasitas fungsi kebugaran kardiorespirasi terus dikembangkan, tetapi uji jalan enam menit yang menjadi standar saat ini pun terkadang sulit dilakukan karena keterbatasan fasilitas lintasan. Sehingga dibutuhkan adanya uji alternatif lainnya yang menggunakan fasilitas ruang yang lebih memadai dan mampu laksana dalam kondisi apa pun. Tujuan penelitian ini untuk menilai kesesuaian jarak Uji jalan 6 menit dengan jentera dibandingkan dengan jarak Uji jalan enam menit lintasan sebagai uji penilaian kebugaran kardiorespirasi.Metode. Disain observasional potong lintang. Penelitian ini dilakukan terhadap 46 usia dewasa muda sehat yang didapat secara konsekutif. Jarak tempuh dalam studi ini dilihat tingkat kesesuaiannya dengan menggunakan uji spearman dan uji Bland altmand.Hasil. Jarak tempuh uji jalan enam menit pada jentera memiliki mean 508.8 61, sedangkan lintasan 514.4 47. Berdasarkan Uji t berpasangan didapatkan rerata selisih antara kedua pemeriksaan adalah -5,6 IK 95 -23,6-12,31 dengan hasil nilai p 0,533. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan signifikan antara pengukuran jarak tempuh menggunakan jentera dan lintasan. Hasil uji Spearman mendapatkan nilai p 0.002 dan kekuatan korelasi r=0,463.Simpulan. Didapatkan kesesuaian antara jarak tempuh Uji jalan enam menit jentera dengan Uji jalan enam menit lintasan dengan korelasi sedang.ABSTRACT Agreement between Hallway Six Minutes Walk Distance and Treadmill Six Minutes Walk Distance in Healthy Indonesian AdultsAbstractBackground. Assessment of the functional capacity is important to determine the exercise program, evaluation and prognosis of a person. A test that is easy, fast, and does not require complex equipment to determine the capacity of cardiorespiratory fitness function continues to be developed, but the standard six minute test is at times difficult to perform due to the limitation of space or track. So a need for an alternative test with less adequate space is required. The purpose of this study to assess the agreement of the treadmill six minute walk test compared to the hallway six minutes walk test as a cardiorespiratory fitness assessment test.Methods. A cross sectional observational design. This study was conducted on 46 healthy young adults. The agreement between the distances treadmill and hallway is measured using the Spearman and Bland Altmand test.Results. Treadmill six minutes walk distance has a mean of 508.8 61, while the hallway is 514.4 47. Paired t test found a mean difference between both tests 5.6 95 CI 23,6 12,31 with the result p value 0.533. Thus there is no significant difference between the measurement of the distance between treadmill and hallway. From the Spearman 39 s test we found p 0.002 with correlation strength r 0.463.Conclusions. There rsquo s agreement between treadmill six minute walk distance to hallway six minute walk distance with moderate correlation.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Made Murniasih Jayanthi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekuatan genggam tangan dengan jarak tempuh enam menit pada remaja sehat. Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada remaja sehat di lingkungan kelurahan Kenari dan Utan Kayu Selatan, Jakarta. Pengukuran kekuatan genggam tangan menggunakan Jamar hidrolik dinamometer sesuai protokol the American Society of Hand Therapist (ASHT). Pengukuran jarak tempuh enam menit berdasarkan uji jalan lintasan 15 meter sesuai dengan modifikasi protokol uji oleh Nusdwinuringtyas dkk. Penelitian ini melibatkan 61 orang subjek (30 subjek laki-laki dan 31 perempuan) berusia 14.87 ± 1.28 tahun pada subjek laki-laki dan 14.45 ± 1.73 tahun pada subjek perempuan, tingkat pendidikan subjek di dominasi oleh SMP (64%), dengan BB laki-laki 53.95±7.33 Kg, perempuan 49.40±5.86 Kg, TB laki-laki 163.47±8.4 cm, perempuan 155.61±5.66 cm, IMT 20.12±1.67 Kg/m2 pada remaja laki-laki dan 20.35±1.62 Kg/m2. Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi sedang (r=0.418, P=0.001) pada tangan dominan saat inspirasi, korelasi lemah (r=0.383, P=0.002) pada tangan dominan saat ekspirasi, korelasi lemah (r=0.338, P=0.008) pada tangan non dominan saat inspirasi, korelasi lemah (r=0.312, P=0.014) pada tangan non dominan saat ekspirasi. Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat korelasi antara kekuatan genggam tanagn dengan jarak tempuh enam menit pada remaja sehat. ......This study aims to determine the relationship between hand grip strength and six-minute walking distance (6MWD) in healthy adolescents. This research is a cross-sectional study on healthy adolescents in Kenari and Utan Kayu Selatan sub-districts, Jakarta. Hand grip strength was measured using a Jamar hydraulic dynamometer according to the protocol of the American Society of Hand Therapists (ASHT). The 6MWD was measurement based on the modified test protocol on 15-meter walk test by Nusdwinuringtyas et al. This study involved 61 subjects (30 boys and 31 girls subjects) aged 14.87 ± 1.28 years in boys subjects and 14.45 ± 1.73 years in girls subjects, the education level was dominated by junior high school (64%), with boys weight 53.95±7.33 Kg, girls 49.40±5.86 Kg; boys height 163.47±8.4 cm, girls 155.61±5.66 cm; BMI 20.12±1.67 Kg/m2 in boys and 20.35±1.62 Kg/m2. The results showed that there was a moderate correlation (r=0.418, P=0.001) in the dominant hand during inspiration, a weak correlation (r=0.383, P=0.002) in the dominant hand during expiration, in the non-dominant hand during inspiration (r=0.338, P=0.008), and in the non-dominant hand during expiration (r=0.312, P=0.014). This study concludes that there is a correlation between hand grip strength and 6MWD in healthy adolescents.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putut Handonowarih
Abstrak :
Setup dalam proses produksi adalah hal yang sifatnya harus, banyak point penting yang harus dilakukan dalam proses setup, karena proses produksi yang baik dan hasil produksi yang baik sangat ditentukan oleh proses setup yang baik dan benar. Akan tetapi ada efek negatif dari setup, yaitu timbulnya kerugian baik dari segi waktu maupun dari segi scrap produk. Hal tersebut dikarenakan waktu setup yang lama. Demikian juga dalam proses produksi magnet wire, proses setup termasuk salah satu penyumbang kerugian. Penelitian ini akan meneliti bagaimana cara menurunkan waktu setup sehingga kerugian akibat setup bisa diminimalkan. Metode yang digunakan adalah Single Minute Exchange of Die dan hasilnya adalah berkurangnya waktu setup dan berkurangnya scrap karena waktu setup yang berkurang. ......Setup in the production process is of its nature must be, many important points that must be done in the setup process, because the production process and production results largely determined by the setup process. However, there are negative effects of the setup, namely the emergence of losses both in terms of time and in terms of product scrap. That is because a long setup time. Likewise in the magnet wire production process, the setup process is one contributor to losses. This research will examine how to reduce setup times so that losses can be minimized due to the setup, method used is Single Minute Exchange of dies , there are two outcomes of reduced setup time and scrap because of the setup process time is also reduced.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52102
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Elisia Widjaya
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai urgensi kewajiban untuk melekatkan sidik jari penghadap pada minuta akta notaris berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris guna lebih menjamin kepastian identitas. Saat ini belum terdapat pengaturan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaannya, sehingga penelitian ini menguraikan formalitas perlekatan sidik jari yang benar, baik yang diambil secara manual (basah) maupun elektronik, berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Elektronik, serta ilmu daktiloskopi. Sebagai konsekuensinya notaris juga bertambah lagi amanatnya untuk melindungi sidik jari yang diambilnya yang merupakan data pribadi penghadap. ...... This thesis discusses the urgency of notary's obligation based on Law Number 2 Year 2014 to attach fingerprint(s) of person who appears before the notary to the notarial deeds and acts in order to ensure his or her identity and legal capacity. Currently there has been no further regulation regarding its implementation. This thesis explains how to attach manual and electronic fingerprints according to Law Number 2 Year 2014, Law Number 11 Year 2008, and dactyloscopy. Consequently, notary will also bear the obligation to protect the fingerprints as the personal data.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T41572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>