Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daerawi
"Dalam komunikasi multimedia khususnya dalam format video, dibutuhkan sumber daya yang tepat agar diperoleh kualitas gambar yang diinginkan. Ketersediaan bandwidth dan resolusi perangkat yang berbeda-beda pada sisi client serta teknik kompresi yang digunakan untuk transmisi juga berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas video. Meskipun standar kompresi video H.264/AVC dan ekstensinya yaitu scalabe video coding SVC diperkenalkan dan berhasil menjawab tantangan tersebut, ternyata masih terdapat kelemahan khususnya untuk transmisi video dengan resolusi tinggi. Besarnya ukuran bitstream yang dihasilkan standar SVC untuk kompresi video resolusi ultra tinggi, hanya bisa dipenuhi kualitasnya jika ditransmisikan pada jaringan dengan bandwidth yang besar. Untuk itu, dalam perkembangannya standar kompresi H.265 HEVC dan ekstensinya yaitu scalable high efficiency video coding SHVC diperkenalkan untuk mengatasi permasalahan pada standar SVC. Standar kompresi video baru tersebut terbukti dapat mengurangi kebutuhan bandwidth sampai dengan 50 dibandingkan dengan standar SVC untuk kualitas video yang sama. Pada penelitian ini, analisa kinerja transmisi video terskala standar SHVC dilakukan dengan membandingkan dengan standar SVC. Pengujian dilakukan dengan mengemulasikan kedua teknik kompresi video melalui emulator jaringan Mininet-Wifi untuk mendapatkan gambaran transmisi sesungguhnya. Dengan menerapkan skenario uji transmisi video client-server dengan bandwidth berbeda-beda, dan posisi client diatur pada jarak yang berbeda-beda dari access point-nya, didapatkan bahwa waktu transmisi, packet loss, dan kualitas video rekonstruksi pada transmisi video terskala dengan standar SHVC lebih baik dibandingkan pada transmisi video terskala dengan standar SVC.

Video communication requires the right resources to obtain the desired image quality. Availability of bandwidth and screen resolution from different devices on the client end, as well as compression techniques used for transmission also significantly influence to the video quality. Even the H.264 AVC video compression standard and its scalable extension known as scalable video coding SVC was introduced and successfully addressed the challenge, there are some weakness especially on high resolution video transmissions. The size of the bitstream generated by the SVC standard for ultra high resolution video compression can only be met if transmitted on a network with a large bandwidth. Therefore, in its development the H.265 HEVC compression standard and its extension known as scalable high efficiency video coding SHVC were introduced to overcome problems in the SVC standards. The new video compression standard is proven to reduce bandwidth requirements by up to 50 compared to SVC standards for the same video quality. This study introduces the performance analysis of SHVC standard video transmission as compared to SVC standard. Both compression standards are transmitted and emulated through network emulator called Mininet Wifi to get the real transmission picture. The client server video transmission scheme with different bandwidth, and variation of client position different distances from access point are set in the experiment scenario. It is found that transmission time, packet loss, and video reconstruction quality on scalable video transmission with SHVC standard is better than scalable video transmissions with SVC standards."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Era Patigo Rizky
"Media streaming adalah cara untuk mendengar musik atau menonton video. Cara ini memungkinkan manusia untuk mendengar lagu atau menonton video apa saja yang mereka mau tanpa harus mengunduh dan mempunyai lagu atau video tersebut sehingga dapat didengar dan ditonton kapan saja dan dimana saja selama ada koneksi internet. Skripsi ini akan menguji performansi Media streaming jaringan SDN. Analisis performansi akan dilakukan dengan memakai Real-time transport Protocol RTP dan jaringan akan dibuat dengan memakai emulator Mininet.
Pada skenario 1, performansi pada jaringan diuji dengan streaming video 480 piksel berdurasi 4 menit 57 detik dimana terdapat nilai delay sebesar 37.846 ms, nilai packet loss sebesar 0.43 , dan nilai jitter sebesar 7.163 ms.
Pada skenario 2, performansi pada jaringan diuji dengan streaming video 720 piksel berdurasi 4 menit 57 detik dimana terdapat nilai delay sebesar 39.9089 ms, nilai packet loss sebesar 0.43 , dan nilai jitter sebesar 6.166 ms.
Pada skenario 3, performansi pada jaringan diuji dengan streaming video 1080 piksel berdurasi 4 menit 57 detik dimana terdapat nilai delay sebesar 39.2874 ms, nilai packet loss sebesar 0.4461 , dan nilai jitter sebesar 1.542 ms.
Pada skenario 4, performansi pada jaringan diuji dengan streaming lagu berformat MP3 berdurasi 3 menit 52 detik dimana terdapat nilai delay sebesar 38.9876 ms, nilai packet loss sebesar 0.049 , dan nilai jitter sebesar 0.266 ms.
Hasil skripsi menunjukkan performansi media streaming pada SDN berjalan dengan baik, dilihat dari setiap skenario mempunyai hasil rata-rata delay < 150 ms, jitter < 30 ms, dan packet loss < 1 mengacu ke standar ITU.

Media streaming is a renowned way to listen to music or watch videos. This method allows peopke to listen or watch without the need to download the media, therefore allows them to enjoy the entertainment anywhere and anytime as long they have internet connection. The writer will test the media streaming performance of an SDN network. The test uses Real time transport Protocol RTP and the network will be built in an emulator called Mininet. The test will be performed by streaming a song and a video from host 1 to host 2. The song is in MP3 format and the video is in MP4 format with 480, 720, and 1080 pixels.
In scenario 1, the performance in the network has the result of 37.846 ms delay, 0.43 packet loss, and 7.163 ms jitter.
In scenario 2, the performance in the network has a result of 39.9089 ms delay, 0.43 packet loss, and 6.166 ms jitter.
In scenario 3, the performance in the network has a result of 39.2874 ms delay, 0.4461 packet loss, and 1.542 ms jitter.
In scenario 4, the performance in the network has a result of 38.9876 ms delay, 0.049 packet loss, and 0.266 ms jitter.
The results shown that the quality of media streaming through the software defined network goes well, shown from every scenario has the average result of delay.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abby Savero Fuadin
"Software Defined Network (SDN) sebagai sebuah arsitektur jaringan yang yang beberapa tahun belakangan ini sedang dikembangkan sebagai alternatif dari arsitektur jaringan yang ada sekarang. Ketika SDN controller tidak dapat dijangkau oleh perangkat jaringan, seluruh jaringan akan runtuh. Salah satu metode serangan yang dapat membuat controlller SDN tidak dapat terjangkau adalah serangan DDoS. Skripsi ini melaporkan implementasi dan perancangan metode deteksi DDoS berdasarkan entropi pada SDN controller. Entropi menghitung keunikan paket dalam suatu ukuran window. Jika paketnya unik, nilai entropinya akan maksimal dan begitu juga sebaliknya. Hasil percobaan metode entropi tersebut mendeteksi serangan DDoS dan menentukan ukuran window dan batas threshold yang optimal. Metode entropi bekerja optimal dengan tingkat keberhasilan 100% ketika range ukuran window 20-50 dan batas threshold berada diantara nilai 0.5991 – 0.6076.

Software-Defined Network (SDN) is a network architecture that has been developed in recent years as an alternative to traditional network architectures. When its network devices cannot reach its SDN controller, the whole network will collapse. One kind of attack that can make SDN controllers unreachable is a DDoS attack. This thesis reports the implementation and design of a DDoS detection method based on entropy on an SDN controller. Entropy calculates the uniqueness of a packet in specific window size. If the incoming packets are unique, the entropy value will increase and vice versa. The results of the entropy method experiment for detecting DDoS attacks determine the optimal window size and threshold. The entropy method works optimally with a success rate of 100% when the window size range is 20-50, and the threshold limit is between 0.5991 - 0.6076.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmat Yuniarto
"Semakin besarnya peran teknologi informasi dalam proses bisnis, menuntut semakin tingginya kebutuhan ketersediaan dan kehandalan infrastruktur jaringan, termasuk jaringan Wide Area Networking (WAN) yang mengintegrasikan jaringan kantor cabang dengan kantor pusat atau pusat data. Untuk meningkatkan ketersediaan jaringan WAN diperlukan lebih dari satu jalur koneksi (link), sehingga ketika terjadi gangguan pada link utama, jaringan WAN pada kantor cabang tersebut masih dapat berjalan. Konfigurasi pada jaringan WAN umumnya bersifat aktif-standby sehingga hanya satu link yang aktif digunakan sehingga kurang optimal. Pada jaringan WAN yang memiliki bandwidth terbatas, congestion sangat mungkin terjadi sehingga dapat menyebabkan penurunan performansi jaringan yang dapat mengganggu aplikasi kritis yang penting bagi proses bisnis di kantor cabang. Tesis ini mengimplementasikan dan menganalisis performansi jaringan WAN berbasis arsitektur jaringan SDWAN dengan simulasi menggunakan Ryu controller dan Mininet. Aplikasi sederhana link monitoring dan QoS monitoring ditambahkan untuk dapat memilihkan jalur menyesuaikan dengan kondisi performansi link. Hasil simulasi menunjukkan bahwa arsitektur SDWAN dengan multipath memiliki total throughput yang lebih tinggi dibanding dengan satu link. Dengan bandwidth pada tiap link sebesar 10 Mbps maka total throughput yang didapat mendekati 20 Mbps, 2 kali lipat dibanding ketika menggunakan satu link. Arsitektur SDWAN dengan aplikasi link monitoring dapat mendeteksi terjadinya congestion pada jaringan sehingga packet loss dan jitter yang tinggi terjadi dalam kurun waktu yang singkat (kurang dari 5 detik). Jika tanpa link monitoring packet loss dan jitter yang tinggi terjadi selama congestion berlangsung. Tanpa adanya konfigurasi QoS, aplikasi kritis mengalami peningkatan packet loss dan jitter pada saat terjadi penggunaan bandwidth yang tinggi. Adanya konfigurasi Quality of Services (QoS) dan aplikasi QoS monitoring pada jaringan SDWAN dapat menjamin aplikasi yang kritis dapat berjalan dengan baik walaupun terjadi kondisi utilitas link yang tinggi serta mengurangi waktu terjadinya penurunan throughput dan peningkatan jitter pada aplikasi biasa menjadi kurang dari 5 detik.

The increasing digital transformation in business processes demands higher network infrastructure availability and reliability, including in wide area networks (WAN). To achieve higher availability on WAN infrastructure, organizations need multiple links from each branch to headquarter. WAN multiple links commonly are configured as an active-standby mode. The secondary link will be used in case of the occurrence of failure in the primary link. Congestion or bottleneck is a common problem in WAN infrastructure due to bandwidth limited that causes the critical application from the branch office cannot run properly. This research implements and analyzes the performance Software-Defined Wide Area Network (SDWAN) architecture in terms of throughput, delay, and packet loss from headquarter to a branch office of an organization. We proposed simple application link monitoring and QoS monitoring to do dynamic path selection based on performance link measurement. We simulated the SDWAN architecture performance using the Ryu controller and Mininet in virtual environment. The results showed that SDWAN architecture with the multipath link would increase the total throughput of users compared to using a single link. For 10 Mbps bandwidth in each link, the total throughput is almost 20 Mbps, instead of 10 Mbps in a single link. SDWAN architecture with the link monitoring application improve the performance on jitter and packet loss in a branch office when congestion occurred. The high packet loss and high jitter that lasted during the congestion only lasted in few seconds (around 5 seconds) with link monitoring. The QoS configuration can guarantee the critical applications running normally in case of high utilization or bottleneck link. The Qos monitoring reduces the duration of degradation throughput and high packet loss become less than 5 seconds. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library