Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anita Pradipta Ibrahim
"ABSTRAK
Penelitian mengenai kasim dan pengkasiman pada masa dinasti Ming lebih bertujuan mengupas serba-serbi mengenai kasim di Cina. Penulis menitikberatkan penelitian pada motivasi subjek yang menjadi kasim dan kehidupannya sebagai seorang kasim. Selain itu juga membahas peran atau fungsi kasim dalam kehidupan tradisionil Cina, khusunya dalam istana, tempat kasim menjalankan tugasnya. Kurun waktu objek penelitian dipilih berdasarkan kasus jumlah kasim yang terbesar sepanjang sejarah dinasti Cina. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber-sumber bacaan yang mengandung data mengenai kasim. Penulis tidak dapat melaksanakan penelitian secara langsung dengan objek karena objek sudah tidak ada lagi. Sebelum menganalisa, penulis mengajukan beberapa teori yang menjadi penyebab kasus penelitian. Kemudian setelah menganalisa, penulis mengambil kesimpulan. Terakhir penulis menyimpulkan bahwa nepotisme sangat berpengaruh dalam peledakan jumlah kasim. Terutama bila dihubungkan dengan korupsi dan keterlibatan kasim senior dalam politik dan pemerintahan yang sangat membutuhkan dukungan massa, yang tentunya tidak akan didapat dari masyarakat biasa yang masih beranggapan bahwa kasim adalah manusia dengan status terendah. Selain itu kasus ini juga mendapat pengaruh yang besar dari keadaan ekonomi negara yang sangat rendah dan pemerintahan yang tidak stabil pada masa tersebut

"
1996
S12815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tang, Xianzu
Beijing: Foreign Teaching and Research Press, 2003
SIN 782.109 51 TAN h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hong, Yingming
Beijing: New World Press, 2003
SIN 181.11 HON t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Routledge, 2020
951.026 MIN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jovian Hansel
"Invansi Jepang ke wilayah Joseon pada tahun 1592-1598 menyebabkan perubahan gejolak sosio- politik yang kuat di kawasan Asia Timur. Invansi Jepang pada masa itu dikenal dalam sejarah Korea sebagai peristiwa Perang Imjin. Perang Imjin dilatarbelakangi dari keinginan Hideyoshi untuk menjadi penguasa di Asia Timur dan menggantikan posisi Tiongkok sebagai pusat tatanan dunia. Dalam Invansi ke wilayah Joseon, Hideyoshi menerjunkan sebesar ±300.000 pasukan prajurit dan Jepang dengan mudah berhasil menembus pertahanan Joseon sehingga berhasil mencapai ke ibu kota dalam jangka waktu 19 hari saja. Walaupun usaha Jepang untuk menyerang Joseon begitu kuat, pada akhirnya Jepang harus menerima kekalahan. Kemenangan Joseon dalam Perang Imjin dalam penulisan sejarah umumnya dikatakan sebagai keberhasilan Joseon dalam menggunakan seni perang. Namun, fakta memperlihatkan dalam Perang Imjin, Joseon mendapat bantuan 133.000 pasukan secaran bertahap dari Dinasti Ming Selain itu dikatakan Joseon mengadopsi seni perang dari Cina yang dikenal sebagai Sun Tzu. Adanya bantuan tersebut menjadi alasan dalam penelitian ini untuk menginterpretasikan kembali faktor yang mendukung kemenangan Joseon dalam Perang Imjin. Dengan menggunakan metode deskriptif analitis dan pendekatan historis, penelitian ini menyimpulkan bahwa kemenangan Joseon dalam Perang Imjin tidak murni disebabkan adanya bantuan dari Cina sehingga hal itu menjadi alasan penting mengapa Perang Imjin menjadi kebanggaan bersejarah bagi Korea. Terkait dengan seni perang Sun Tzu, terbukti bahwa Joseon secara adaptif mengadopsi Seni Perang Sun Tzu karena materi Seni Perang Sun Tzu diujikan dalam ujian kenegaraan bagi calon perwira Joseon. Seni perang menjadi sumbangan untuk membentuk pola pikir militer Joseon yang lebih efektif dalam menentukkan strategi perang.

The Japanese invasion of the Joseon region in 1592-1598 caused strong socio-political turmoil in the East Asia region. The Japanese invasion at that time is known in Korean history as an event of the Imjin War. The Imjin War was motivated by Hideyoshi's desire to become ruler in East Asia and replace China as the center of world order. During the invasion of the Joseon region, Hideyoshi fielded ± 300,000 soldiers and the Japanese easily managed to penetrate the Joseon defenses and reach the capital in just 19 days. Even though the Japanese attempt to attack Joseon was so strong, in the end Japan had to accept defeat. Joseon's victory in the Imjin Wars in writing history is generally said to be the success of Joseon in using the art of war. However, the facts show that in the Imjin War, Joseon received the help of 133,000 troops gradually from the Ming Dynasty. In addition, it is said that Joseon adopted the art of war from China known as Sun Tzu. The existence of this assistance becomes the reason in this study to reinterpret the factors that support the victory of Joseon in the Imjin War. By using descriptive analytical methods and historical approaches, this study concludes that the victory of Joseon in the Imjin War was not purely due to assistance from China so that it is an important reason why the Imjin War became a historical pride for Korea. Regarding Sun Tzu's art of warfare, it is evident that Joseon adaptively adopted Sun Tzu's Art of War because Sun Tzu's Art of War material was tested in state exams for prospective Joseon officers. The art of war has contributed to shaping the mindset of the Joseon military which is more effective in determining war strategies"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Elex media komputindo, 2011
895.14 KEP
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Elex media komputindo, 2011
895.14 KIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ru, Jinghua
"China enjoys a long and profound history of ancient architecture. Her verifiable artifacts could be dated back to 7,000 years ago from Hemudu ruins in Yuyao to Banpo ruins in Xi an. Of course, architecture underwent a long process from primitiveness to sophistication before the Warring States, while in the Qin and Han dynasties, it gained an apparent progress along with the development of production and unification of the country. Moreover, in over a thousand years of the prosperous Tang Dynasty to the Ming and Qing dynasties, it reached several unprecedented peaks which were embodied by diversified building forms and refined planning and exquisite construction."
Beijing: China Architecture & Building Press, 2012
e20511180
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Cheng, Liyao
New York: Springer, 1999.
728.095.1 CHE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Lauditta Hersanto
"[ABSTRAK
Jurnal ini akan memaparkan penyelenggaraan tradisi ritual Qing Ming yang dilaksanakan di Tangerang, Banten
yang jatuh pada tanggal 5 April tahun 2015. Qing Ming di Indonesia lebih dikenal dengan Ceng Beng (bahasa
Hokkian). Perayaan ini merupakan salah satu dari sekian banyak perayaan hari raya Tiongkok yang tetap
dilestarikan perayaannya di Indonesia. Dari makna harafiahnya Qing berarti jernih dan Ming berarti terang. Di
Tiongkok biasanya Qing Ming jatuh pada musim semi, di mana merupakan saat yang paling tepat untuk
mengunjungi makam para leluhur (ziarah). Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan apa yang dilaksanakan
oleh masyarakat peranakan Tionghoa di Tangerang pada perayaan Qing Ming dan makna dari pelaksanaan
perayaan Qing Ming itu sendiri.ABSTRACT This journal will explain about the traditional Qing Ming ceremony held in Tangerang, Banten, on April 5th
2015. In Indonesia, Qing Ming is better known as Ceng Beng (the name in Hokkian dialect). This festival is one
of many Chinese traditional festivals that are still celebrated in Indonesia these days. The word "Qing" itself
literally means clear while the word "Ming" means bright. In China, Qing Ming is usually held in the middle of
spring, which is the perfect time to visit family's graveyard. This research aims to explain what the Qing Ming
celebration entails in Tangerang?s Chinese-Indonesian community, and also the meaning of Qing Ming ceremony
in itself., This journal will explain about the traditional Qing Ming ceremony held in Tangerang, Banten, on April 5th
2015. In Indonesia, Qing Ming is better known as Ceng Beng (the name in Hokkian dialect). This festival is one
of many Chinese traditional festivals that are still celebrated in Indonesia these days. The word "Qing" itself
literally means clear while the word "Ming" means bright. In China, Qing Ming is usually held in the middle of
spring, which is the perfect time to visit family's graveyard. This research aims to explain what the Qing Ming
celebration entails in Tangerang’s Chinese-Indonesian community, and also the meaning of Qing Ming ceremony
in itself.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>