Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prihandriyo Sri Hijranti
Abstrak :
Mild Cognitive Impairment (MCI) adalah masa transisi antara masa menua normal dan masa demensia, namun tidak didapatkan gangguan kemampuan menjalankan aktivitas sehari-hari. MCI dapat diidentifikasi dengan deteksi dini di fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujan untuk mengetahui hubungan Hipertensi dengan kejadian MCI pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota Depok. Penelitian dilakukan dengan desain Cross Sectional menggunakan Instrumen MoCA-Ina tervalidasi. Responden dalam penelitian ini berusia 60 tahun keatas non-demensia dan non-depresi. Analisis data menggunakan stratifikasi dan analisis multivariat menggunakan cox regression. Hasil analisis data diperoleh prevalensi MCI sebesar 46,8% dan lansia dengan hipertensi sebesar 68,9%. Selain itu, hasil multivariat menunjukkan bahwa lansia dengan hipertensi kemungkinan berisiko 1,7 kali (PR= 1,70; 95% CI 1,077-2,699) mengalami kejadian MCI dibandingkan lansia normotensi setelah dikontrol variabel lain. Usaha untuk deteksi dini dengan skrining pada orang hipertensi dapat membantu dalam menjaring kasus MCI pada lansia. ......Mild cognitive impairment (MCI) described as a transition phase between healthy cognitive aging and dementia but that does not interfere with activities of daily life. MCI can be detected early in the health facility. The objective of this study was to identified the association between hypertension in elderly and MCI in Cipayung Health center, Depok City. This is a cross sectional study, utilized the primary data from the early detection using validated Montreal Cognitive test for Indonesia (MoCA-Ina). Participant of this study was non demented and non-depressed elderly people age more than 60 years old. The data analysis was performed with stratification and cox regression multivariate analysis. The results of study showed the prevalence of MCI is 46,8% and Elderly with hypertension is 68,9%. The result of multivariable analysis showed that elderly people with hypertension probably had 1,7 risk to get MCI with PR=1,705 (95% CI 1,077 - 2,699) than elderly with normotension after adjusted with other variable. For the purpose of early detection of dementia, screening should be taken seriously as a possible pre-stage of MCI in elderly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Karima
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Naila KarimaProgram Studi : Magister Epidemiologi Komunitas Judul : Hubungan Diabetes Mellitus dengan Kejadian Gangguan FungsiKognitif Ringan pada Lansia Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota Depok Tahun 2017Pembimbing : Dr.dr.Helda, MKesDiabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Mild Cognitive Impairment MCI . MCI adalah gangguan fungsi kognitif ringan yang mengacu pada keadaan transisipenuaan normal dan demensia dan tidak mengganggu aktivitas harian. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui hubungan diabetes mellitus dengan kejadian gangguan kognitif ringanpada lansia di wilayah kerja puskesmas kecamatan Cipayung kota Depok. desain studi yangdigunakan adalah cross sectional menggunakan data primer dengan instrument MoCa-Inatervalidasi. Sampel berjumlah 272 pasien lanjut usia. Analisis data dilakukan menggunakan coxregression. Hasil analisis data diperoleh prevalensi MCI sebesar 47,1 dan lansia dengan DMsebesar 17,3 . Pada analisis multivariat didapatkan MCI berisiko 2,4 kali lebih besar pada lansiayang memiliki DM dibandingkan dengan lansia yang tidak memiliki DM setelah dikontrolvariabel hipertensi dan variabel interaksi DM dengan hipertensi PR=2,436 95 CI: 1,191-4,983 .Skrining deteksi dini MCI pada lansia dengan DM merupakan intervensi awal untukmencegah terjadinya demensia.Kata kunci:Diabetes mellitus DM , Mild Cognitive Impairment MCI , Lansia
ABSTRACT
Name Naila KarimaStudy Program Magister of EpidemiologyTitle Association Between Diabetes Mellitus in Elderly with IncidentMild Cognitive Impairment in Cipayung Health, Center Depok City, 2017Counsellor Dr.dr.Helda,MKesDiabetes mellitus is a risk factors of Mild Cognitive Impairment MCI . MCI is a transition phasebetween healthy cognitive aging and dementia. The purpose of this study is to determaine theassociation between diabetes mellitus in elderly with the incidence of MCI in Cipayung HealthCenter, Depok city. Study design was cross sectional using primary data with validated Montrealcognitive test for Indonesia MoCa Ina . Total sample of 272 elderly people age more than 60years old. cox regression analysis were applied in the research. The result of study showed theprevalence of MCI is 47,1 and elderly with DM is 17,3 . The result of multivariate analysisshowed the elderly people with diabetes mellitus probably had 2,4 risk to get MCI PR 2,43695 CI 1,191 4,983 than elderly with no diabetes after adjusted with hypertention andinteraction diabetes with hypertention variable. Screaning early detection of MCI in elderlywith diabetes mellitus is early intervention to prevent to dementia.Key words Diabetes mellitus DM , Mild Cognitive Impairment MCI , Elderly
Depok: 2018
T51558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnama Sidih
Abstrak :
Latar belakang. Kognitif merupakan proses berpikir akibat aktivitas sejumlah fungsi kompleks dari berbagai sirkuit di otak. Adanya gangguan kognitif menunjukkan terjadinya gangguan fungsi otak. MCI ( Mild Cognitive Impairment ) merupakan gangguan kognitif ringan yang sudah terjadi pada kelompok lanjut usia nondemensia. Berbagai studi menunjukkan gambaran dan prevalensi MCI pada lanjut usia nondemensia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran fungsi kognitif dan prevalensi MCI pada kelompok lanjut usia nondemensia . Metode. Penelitian ini menggunakan cara potong lintang dengan populasi semua lanjut usia nondemensia di Puskesmas Tebet dan Pasar Minggu yang memenuhi kriteria inklusi. Semua subyek dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis , Dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif dengan menggunakan CERAD dan Trail Making Test - B. Diagnosis MCI menggunakan kriteria dari Petersen RC. Data diolah dengan menggunakan tes chi-square, Fisher's Exact dan memakai program SPSS versi 12 Hasil. Pada penelitian ini didapatkan 300 lanjut usia (> 60 tahun) nondemensia, rentang usia antara 60-76 tahun (rerata 63,5 ± 4,1 tahun) dengan kelompok usia terbesar 60 - 65 tahun (75,0%) , terdiri dari 177 (59%) wanita dan 123 (41%) pria. Sebanyak 269 subyek (89,6%) memenuhi kriteria MCI. Subkelas MCIa 22 kasus (7,3%), MClsdnm 81 kasus (27%) dan MCImd 166 kasus (55,3%). Gangguan kognitif terbanyak pada MCIa adalah Memori Rekognisi (81,8%) , pada MClsdnm adalah Fungsi Eksekutif (100%) dan pada MCImd adalah Fungsi Eksekutif (89,1%) beserta Memori Rekognisi (64,5%). Didapatkan hubungan bermakna antara MCIa dengan DM ( p = 0,038 ; OR 0,10 ; IK 95% 0,01;0,88 ) dan MCImd dengan pendidikan rendah ( SD dan SLP) (p = 0,000 ; OR 5,32 ; IK95% 2,12;13,31 ) dan DM (p = 0,008 ; OR 0,26 ; IK95% 0,10;0,70 ). Kesimpulan. Prevalensi MCI pada lanjut usia nondemensia ( > 60 tahun ) ditemukan sebesar 89,6% .Rana kognitif yang paling banyak terganggu adalah Memori Rekognisi dan Fungsi Eksekutif . Faktor risiko terbanyak adalah pendidikan rendah dan DM
Background. Cognitive function is the process of several complex functions of various circuits in the brain. Mild Cognitive Impairment (MCI) is a transition state between normal and probable dementia. The aim of this study was to describe the cognitive impairment profile and the prevalence of MCI in non demented elder Methods. This was an analytical cross sectional study which included all non demented elder patients who fulfilled the inclusion criteria. Medical history, physical and neurology examination were performed.. The patient's cognitive function was examined using neurophsycology test of CERAD and Trail Making Test-B. Diagnostic criteria of mild cognitive impairment were confirmed by using criteria from Petersen RC (< 1.5 SD below normative value ). The data were analyzed using chi-square, Fisher' exact and using SPSS for Windows ver. 12. Result. There were found 300 non demented elder ( age > 60 years old ), 177 (59%) subjects were female and 123 (41%) were male , range of age was 60-76 years old (mean 63,5 ± 4,1 years old ) with largest age group were 60-65 years old ( 75,0%). There were 269 (89,6%) subjects fulfilled the MCI criteria with MCIa 22 (7,3%) , MClsdnm 81 (27%) and MCImd 166 (55,3%) . The most affected cognitive domain in MCIa was Recognition Memory ( 81,8%) in MClsdnm was Executive Function (100%) and in MCImd were Recognition Memory (64,5%) together with Executive Function (89,1%) . In addition, a significant correlation was found between the MCIa and DM ( p=0.038;OR 0,10; CI95% 0,01;0,88) and between MCImd with poor education (p=0.000;OR 5,32; C195% 2,12;13,31) and DM (p=0.008;OR 0,26; CI95% 0,10;0,70. Conclusion. Prevalence of MCI in non demented elder (> 60 years old ) 89,6% . The most affective cognitive domains were Recognition and Executive Function . The most risk factors were poor education and DM
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnama Sidhi
Abstrak :
Latar belakang. Kognitif merupakan proses berpikir akibat aktivitas sejumlah fungsi kompleks dari berbagai sirkuit di otak. Adanya gangguan kognitif menunjukkan terjadinya gangguan fungsi otak. MCI (Mild Cognitive Impairment ) merupakan gangguan kognitif ringan yang sudah terjadi pada kelompok lanjut usia nondemensia. Berbagai studi menunjukkan gambaran dan prevalensi MCI pada lanjut usia nondemensia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran fungsi kognitif dan prevalensi MCI pada kelompok lanjut usia nondemensia. Metode. Penelitian ini menggunakan cara potong lintang dengan populasi semua lanjut usia nondemensia di Puskesmas Tebet dan Pasar Minggu yang memenuhi kriteria inklusi. Samua subyek dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis . Dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif dengan menggunakan CERAD dan Trail Making Test - B. Diagnosis MCI menggunakan kriteria dari Petersen RC. Data diolah dengan menggunakan tes chi-square , Fisher's Exact dan memakai program SPSS versi 12. Hasil. Pada penelitian ini didapatkan 300 lanjut usia (? 60 tahun) nondemensia, rentang usia antara 60-76 tahun (rerata 63,5 ± 4,1 tahun) dengan kelompok usia terbesar 60 - 65 tahun (75,0%) , terdiri dari 177 (59%) wanita dan 123 (41%) pria. Sebanyak 269 subyek (89,6%) memenuhi kriteria MCI. Subkelas MCIa 22 kasus (7,3%), MClsdnm 81 kasus (27%) dan MCImd 166 kasus (55,3%). Gangguan kognitif terbanyak pada MCIa adalah Memori Rekognisi (81,8%) , pada MClsdnm adalah Fungsi Eksekutif (100%) dan pada MCImd adalah Fungsi Eksekutif (89,1%) beserta Memori Rekognisi (64,5%). Didapatkan hubungan bermakna antara MCIa dengan DM ( p = 0,038 ; OR 0,10 ; IK 95% 0,01;0,88 ) dan MCImd dengan pendidikan rendah ( SD dan SLP) (p = 0,000 ; OR 5,32 ; IK95% 2,12;13,31 ) dan DM (p = 0,008 ; OR 0,26 ; 1K95% 0,10;0,70 ). Kesimpulan. Prevalensi MCI pada lanjut usia nondemensia (> 60 tahun ) ditemukan sebesar 89,6%. Rana kognitif yang paling banyak terganggu adalah Memori Rekognisi dan Fungsi Eksekutif . Faktor risiko terbanyak adalah pendidikan rendah dan DM.
Background. Cognitive function is the process of several complex functions of various circuits in the brain. Mild Cognitive Impairment (MCI) is a transition state between normal and probable dementia. The aim of this study was to describe the cognitive impairment profile and the prevalence of MCI in non demented elder. Methods. This was an analytical cross sectional study which included all non demented elder patients who fulfilled the inclusion criteria. Medical history, physical and neurology examination were performed.. The patient's cognitive function was examined using neurophysiology test of CERAD and Trail Making Test-B. Diagnostic criteria of mild cognitive impairment were confirmed by using criteria from Petersen RC (< 1.5 SD below normative value). The data were analyzed using chi-square, Fisher' exact and using SPSS for Windows ver. 12. Result. There were found 300 non demented elder ( age 60 years old ), 177 (59%) subjects were female and 123 (41%) were male , range of age was 60-76 years old (mean 63,5 ± 4,1 years old ) with largest age group were 60-65 years old ( 75,0%). There were 269 (89,6%) subjects fulfilled the MCI criteria with MCIa 22 (7,3%) , MClsdnm 81 (27%) and MCImd 166 (55,3%) . The most affected cognitive domain in MCIa was Recognition Memory ( 81,8%) in MClsdnm was Executive Function (100%) and in MCImd were Recognition Memory (64,5%) together with Executive Function (89,1%) . In addition, a significant correlation was found between the MCIa and DM (p=0.038;OR 0,10; CI95% 0,01;0,88) and between MCImd with poor education (p-0.000;OR 5,32; CI95% 2,12;13,31) and DM (p=0.008;OR 0,26; CI95% 0,10;0,70. Conclusion. Prevalence of MCI in non demented elder (_> 60 years old) 89,6% . The most affective cognitive domains were Recognition and Executive Function. The most risk factors were poor education and DM.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Theresia Caroline
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang : Usia lanjut berhubungan dengan terjadinya gangguan kognitif ringan. Pada umumnya usia lanjut memiliki keterbatasan mobilitas. Sebuah metode latihan yang dapat meningkatkan fungsi kognitif pada usia lanjut dengan keterbatasan mobilitas sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh latihan koordinasi terhadap peningkatan fungsi kognitif pada usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan Metode : Metode penelitian pra-eksperimental dengan jumlah sampel 35 orang usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan pada sebuah pusat kesehatan, Rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Program latihan koordinasi metode Jockey Club for Positive Aging (JCCPA) diberikan 3x seminggu selama 8 minggu. Penilaian fungsi kognitif menggunakan MoCA-Ina pada sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil : Latihan koordinasi selama 8 minggu menghasilkan nilai fungsi kognitif MoCA Ina yang meningkat secara statistik dengan uji T-test berpasangan ( mean 21,23 sebelum perlakuan menjadi 26,00 sesudah perlakuan; p<0,001). Uji Wilcoxon menunjukkan peningkatan yang signifikan pada ranah-ranah fungsi kognitif yaitu visuospatial/ fungsi eksekutif (p<0,001), atensi (p=0,005), bahasa (p=0,004), abstraksi (p=0,002), memori tunda (p<0,001), orientasi (p=0,0025) kecuali pada ranah penamaan (p=0,157) . Kesimpulan: Latihan koordinasi bermanfaat untuk meningkatkan fungsi kognitif pada usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan.
ABSTRACT
Background: Elderly is associated with the occurrence of mild cognitive impairment and limited mobility. An exercise method that can increase the cognitive function in elderly with limited mobility is therefore needed. This study aimed to measure the effect of coordination exercise in increasing the cognitive function in elderly with mild cognitive impairment.. Methods: A pre-experimental study with 35 participants from one health center (RSCM) were given 3 session per week for 8 weeks of JCCPA coordination exercise method. MOCA-Ina was used to measure the cognitive function of the subjects. This assessment is performed before and after the program. Results: Paired-t test using MoCA-Ina score increases significantly from mean score of 21.23 before intervention to mean score of 26.00 after intervention (p< 0.005). Wilcoxon test showed improved scores in the cognitive domains of visuospatial / executive function (p <0.001), attention (p = 0.005), language (p = 0.004), abstraction (p = 0.002), delayed memory (p <0.001), orientation (p = 0.0025) except naming (p = 0.157). Conclusion: Coordination exercise is beneficial to increase the cognitive function elderly with mild cognitive impairment.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wastuti
Abstrak :
Transisi demografi di Indonesia mengubah struktur umur penduduk yang menua. Meningkatnya jumlah penduduk lansia di Indonesia berpotensi besar terhadap permasalahan kesehatan mental, salah satunya Penyakit Demensia. Demensia merupakan stadium akhir dari kemunduran fungsi kognitif, yang sebelumnya diawali dari mudah lupa dan gangguan kognitif ringan MCI . Penelitian sebelumnya di negara lain menunjukkan bahwa salah satu faktor risiko penurunan fungsi kognitif yang dapat dimodifikasi adalah keterlibatan sosial. Namun, penelitian mengenai pengaruh keterlibatan sosial pada konteks negara berkembang khususnya di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini mengukur pengaruh keterlibatan sosial terhadap fungsi kognitif dari 228.216 orang lansia di Indonesia berdasarkan data SUPAS 2015. Keterlibatan sosial lansia diukur melalui kegiatan sosial kemasyarakatan, mengasuh cucu, dan pasangan hidup. Penelitian ini menggunakan metode regresi multinomial logit. Umur, jenis kelamin, pendidikan, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, aktivitas fisik, dan aktivitas kognitif digunakan sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keterlibatan sosial lansia berpengaruh terhadap fungsi kognitif pada lansia di Indonesia. Partisipasi lansia dalam aktivitas sosial kemasyarakatan, mengasuh cucu dan keberadaan pasangan hidup dapat mengurangi risiko gangguan fungsi kognitif MCI dan Demensia pada lansia di Indonesia. ......Demographic transition in Indonesia changes the age structure of ageing population. Increasing number of elderly population in Indonesia has big potential to mental health problem, one of them is Dementia Disease. Dementia is the final stage of cognitive decline, preceded by forgetfulness and mild cognitive impairment MCI . Evidence from previous studies in other countries suggests that one potential modifiable risk factor for cognitive decline may be social engagement. However, research that identifies the modifiable risk factors in the context of developing countries, especially in Indonesia is still scarce. This study analyses the influence of social engagement on cognitive function of 228.216 elderly people in Indonesia from SUPAS 2015. Social engagement is measured through social activities, looking after grandchildren, and the presence of a spouse. This study uses the multinomial logistic regression method. Age, sex, education, visual impairment, hearing loss, physical and cognitive activity are used as covariates. The results suggest that social engagement influences cognitive function of elderly in Indonesia. Participation in social activities, looking after grandchildren and the presence of spouses can reduce the risk of cognitive decline, both MCI and dementia, in the elderly in Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T48859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zenik Kusrini
Abstrak :
Latar belakang: Peningkatan populasi usia lanjut diikuti dengan meningkatnya masalah kesehatan terkait penurunan kapasitas fungsional. Gangguan kognitif ringan sering dijumpai pada usia lanjut, yang merupakan fase transisi sebelum berkembang menjadi demensia. Aktivitas fisik yang bersifat aerobik terbukti bermanfaat mempertahankan fungsi kognitif usia lanjut dan mencegah terjadinya demensia pada populasi ini, namun studi berjalan kaki terukur menggunakan pedometer belum diteliti di Indonesia. Metode: Studi ini bertujuan menilai efek aktivitas berjalan kaki terukur minimal 4000 langkah setiap hari selama 12 minggu terhadap fungsi kognitif usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan. Studi ini adalah studi intervensi mixed method, quantitative and qualitative research, dilakukan pada 12 subjek, berusia 60-74 tahun, di Poliklinik Rumah Sakit Ciptomangukusumo. Penilaian fungsi kognitif menggunakan kuesioner MoCa-Ina berbahasa Indonesia, yang dinilai sebelum dan setelah intervensi. Hasil: Rerata capaian jumlah langkah harian adalah 5689 ± 505,59 langkah. Terjadi peningkatan rerata nilai MoCa-Ina sebelum dan setelah intervensi (26,0 ± 3,16 dan 27,29 ± 1,49, p=0,175). Pada akhir intervensi, dilakukan wawancara kepada seluruh subjek yang berhasil menyelesaikan program, didapatkan bahwa seluruh subjek merasakan peningkatan kebugaran fisik dan tidak ada efek samping yang terjadi selama intervensi. Simpulan: Aktivitas berjalan kaki terukur minimal 4000 langkah setiap hari selama 12 minggu dapat mempertahankan fungsi kognitif usia lanjut dengan gangguan kognitif ringan. ......Background: The increasing of elderly population followed by increasing health problems due to decreased functional capacity. Mild cognitive impairment commonly found in the elderly, which is a transitional phase before developing into dementia. Aerobic physical activity has been shown to be beneficial in maintaining cognitive function in the elderly and preventing dementia in this population, however, studies of walking-based pedometer have not been studied in Indonesia. Methods: This study aims to assess the effect of 12 week of 4000-daily steps of the pedometer-home based walking activity on cognitive function in elderly with mild cognitive impairment. This study is a mixed method, quantitative and qualitative research intervention study, conducted on twelve subjects, aged 60-74 years, at the outpatient Ciptomangukusumo Hospital. Evaluation of cognitive function using the MoCa-Ina questionnaire Indonesian version, which was assessed before and after the intervention. Results: The average number of daily steps count was 5689 ± 505.59 steps. There was an increase in the mean value of MoCa-Ina before and after the intervention (26.0 ± 3.16 and 27.29 ± 1.49, p=0.175). Interviews were conducted with all subjects who successfully completed the program, it was found that all subjects felt an increase in physical fitness and no side effects occurred during the intervention. Conclusion: Twelve weeks of 4000 daily steps maintain cognitive function in the elderly with mild cognitive impairment.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library