Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nidyaningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Optimasi aktivitas katalis hidrogenasi katalitik CO2 menjadi metanol pada tekanan dan suhu rendah masih menjadi kendala dalam penelitian, Oleh karena itu, penambahan suatu efek pada preparasi katalis hidrogenasi katalitik CO2 telah dilakukan dengan mencoba beberapa metode, salah satunya yaitu dengan menginjeksi gas sebagai precipitating agent. Teknik pengendapan dengan menggunakan injeksi gas ini diharapkan mendapatkan partikel inti aktif katalis sekecil mungkin sehingga dihasilkan dispersi inti aktif yang besar.

Pada penelitian ini katalis yang digunakan adalah CuO/ZnO/Al203 dengan perbandingan komposisi 50 % : 45 % : 5 % yang dibuat dengan metode kopresipitasi dengan injeksi gas NH3 pada T = 60 °C bersama dengan gas C02 atau dengan N2 sebagai gas carrier. Gas CO2 bersifat asam dan sulit larut dalam air, adanya gas NH3 dapat memberikan kondisi basa dalam larutan garam nitrat sehingga membantu kelarutan gas CO2 dalam air. Efek injeksi gas dalam larutan dapat memberi campuran yang lebih homogen dengan adanya gelembung udara dan sifat difusi dari gas itu sendiri. Terjadinya reaksi gas-larutan yaitu gas NH3 dan gas CO2 dalam larutan garam nitrat menyebabkan terbentuknya ion CO3²- atau OH- sebagai precipitating agent. Karakter katalis dianalisa dengan AAS untuk mengidentifikasi keberhasilan teknik pengendapan dengan injeksi gas dengan menggunakan metode kopresipitasi, FTIR untuk mengidentifikasikan senyawa-senyawa yang terbentuk dalam sampel katalis, dispersi inti aktif katalis dan BET untuk mengetahui luas permukaan katalis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gas NH3 sebagai precipitaring agent dengan gas CO2 ataupun carrier gas N2 mampu mengendapkan ion-ion logam pada temperatur dan tekanan normal. Dari analisa dengan FTIR diketahui bahwa injeksi gas CO2 dan NH3 menghasilkan campuran endapan CuCO3 dan Cu(0H)2 sedangkan injeksi gas NH3 dengan gas N2 sebagai carrier menghasilkan endapan Cu(OH)2. Metode injeksi gas menghasilkan dispersi inti aktif yang lebih besar yaitu berkisar 4,64 hingga 7,11 % dan Iuas permukaan yang lebih kecil yaitu berkisar 7,43 hingga 18,24 m²/g dibandingkan dengan teknik pengendapan dengan titrasi.
2001
S49145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tengku Afifah Alda
Abstrak :
Industri tekstil menghasilkan air limbah paling banyak, terhitung hampir setengah dari semua limbah pewarna diseluruh dunia. Sumber masalahnya pewarna yang digunakan adalah pewarna sintesis dimana dari senyawa azo sekitar 60-70%. Senyawa azo adalah senyawa organik dengan gugus -N=N- bersifat stabil sehingga sulit untuk degradasi dalam sistem akuatik. Hingga saat ini, adsorpsi dianggap sebagai salah satu teknik yang paling unggul untuk penghilangan zat warna dalam sistem akuatik. Pada penelitian ini, peniliti mensintesis komposit KGC-Fe3O4 sebagai adsorben zat warna Methylene Blue dan Rhodamine B. Hasil sintesis kemudian dikarakterisasi menggunakan beberapa intstrumentasi yaitu, FTIR, XRD, SEM-EDX, dan BET. Hasil sintesis diaplikasikan untuk melihat pH, waktu kontak, konsentrasi adsorbat, dan jumlah adsorben optimum. Selanjutnya, KGC-Fe3O4 diuji reusabilitas dan dilihat perbandingan selektivitasnya terhadap dua zat warna kationik. ......The textile industry generates the most amount of wastewater, accounting for nearly half of all dye waste worldwide. The source of the problem is the dyes used are synthetic dyes which contain about 60-70% of azo compounds. Azo compounds are organic compounds with -N=N- groups which are stable, making it difficult to degrade in aquatic systems. Until now, adsorption is considered as one of the most superior techniques for dye removal in aquatic systems. In this study, the researchers synthesized the KGC-Fe3O4 composite as an adsorbent for Methylene Blue and Rhodamine B dyes. The results of the synthesis were then characterized using several instruments, namely FTIR, XRD, SEM-EDX, and BET. The synthesis results were applied to see the optimum pH, contact time, adsorbate concentration, and amount of adsorbent. Next, KGC-Fe3O4 was tested for reusability and a comparison of its selectivity was observed for the two cationic dyes.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Putri Fadilah
Abstrak :
Keberadaan fosfat yang berlebihan pada lingkungan perairan dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi. Salah satu metode untuk mengurangi limbah fosfat adalah dengan menggunakan adsorben yang memiliki kapasitas adsorpsi tinggi. Sintesis Fe-Al Hidroksida dengan metode kopresipitasi dapat menghasilkan adsorben yang dapat menyerap fosfat dengan hasil baik. Fe-Al Hidroksida diharapkan dapat menyerap fosfat melalui gaya elektrostatik antara permukaan adsorben dan ion fosfat. Percobaan dilakukan untuk mempelajari pengaruh dari berbagai parameter eksperimen (pH, konsetrasi, waktu kontak, massa adsorben) pada adsorpsi fosfat. Efisiensi penghapusan fosfat berkurang dengan meningkatnya pH dan konsentrasi fosfat, sedangkan akan meningkat dengan meningkatnya waktu kontak dan massa adsorben yang digunakan. Persen adsorpsi fosfat pada pH asam (pH 2,7) sangat tinggi yaitu 99,11%. Adsorben Fe-Al Hidroksida mampu menyerap fosfat secara optimum sampai konsentrasi 20 ppm. Pada pengujian adsorpsi individu, model Isoterm Langmuir bisa lebih baik dalam menggambarkan adsorpsi fosfat dalam Fe-Al Hidroksida. Dalam percobaan adsorpsi kompetitif antara fosfat dengan ionion lain (bikarbonat dan klorida) diketahui bahwa ion bikarbonat hanya menurunkan persen adsorpsi fosfat sebanyak 4%, sedangkan untuk ion klorida hanya sekitar 1%. ...... The existence of excess phosphate in the aquatic system resulting eutrophication. One of the method to reduce phosphate waste is using adsorbent which has high adsorption capacity. Synthesis of Fe-Al Hydroxides with co-precipitation method can produce adsorbents that can adsorb phosphate with good results. Fe-Al Hydroxides is expected to adsorb phosphate through electrostatic forces between the adsorbent surface and phosphate ions. A series of experiment were performed to study the influence of various experimental parameters ( pH, phosphate concentration, contact time, and mass of adsorbent) on P adsorption. Removal efficiency of P decreased with increasing pH and phosphate concentration, while increased with increasing contact time and mass of adsorbent. Percent adsorption of phosphate at acidic pH (pH 2.7) is 99,11%. Adsorbent Fe-Al Hydroxides can adsorbs phosphate optimally at 20 ppm. In individual adsorption tests, Langmuir isotherm models could better describe P adsorption on Fe-Al Hydroxides. In competitive adsorption experiments between phosphate and other ions (bicarbonate and chloride) its known that bicarbonate ions decrease 4% from percent adsorption, while the chloride ions only about 1%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library