Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mas Masyrifah
Abstrak :
Sepsis masih menjadi masalah kesehatan dunia dengan angka kematian yang cukup tinggi berkisar 20 – 50%. Penggunaan terapi antibiotik yang rasional dengan segera dapat menurunkan angka kematian. Sebaliknya, penggunaan terapi antibiotik tidak rasional akan meningkatkan terjadinya resistensi yang berdampak pada tingginya morbiditas, mortalitas dan biaya kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotik dengan metode gyssens pada pasien sepsis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross-sectional yang dilakukan di RSUP Fatmawati Jakarta. Subyek penelitian adalah 110 pasien sepsis pada periode Januari hingga Desember 2020 yang memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien usia > 18 tahun dan mendapatkan terapi antibiotik. Pasien sepsis umumnya berusia ≤ 65 tahun (66,4%) dengan rerata usia 60,60±13,88, berjenis kelamin perempuan (52,7%), termasuk dalam kategori sepsis (53,6%), memiliki > 1 penyakit penyerta (86,4%), mengalami infeksi paru (66,4%), dan lama rawat ≤ 14 hari (85,5%). Berdasarkan distribusi penggunaan antibiotik, sebagian besar (93,66%) pasien menggunakan antibiotik empiris. Antibiotik tunggal digunakan pada 46,37% pasien dengan presentase terbanyak adalah meropenem (14,55%). Sedangkan 53,63% pasien menggunakan antibiotik kombinasi dengan presentase terbanyak adalah kombinasi ceftriaxon+levofloxacin (19,09%). Sejumlah 92,73% pasien menggunakan antibiotik selama ≤ 14 hari. Berdasarkan evaluasi kualitas antibiotik menggunakan metode gyssens diperoleh hasil 49,09% pasien menggunakan antibiotik yang rasional dan 50,91% pasien menggunakan antibiotik yang tidak rasional dan tersebar dalam kategori VI (0,91%), V (17,28%), IV a (3,63%), IV b (0,91%), IV c (0,91%), III a (3,63%), III b (20%), II a (0,91%) dan II b (2,73%). ......Sepsis is still a global health problem with a fairly high mortality rate ranging from 20-50%. Rational use of antibiotic therapy immediately can reduce mortality. Conversely, irrational use of antibiotic therapy will increase the occurrence of resistance which has an impact on high morbidity, mortality and health costs. This study aims to evaluate the quality of antibiotics use with the Gyssens method in sepsis patients. This study was an observational study with a cross-sectional method conducted at Fatmawati Hospital, Jakarta. The subjects were 110 septic patients from January to December 2020 who met the inclusion criteria, namely aged > 18 years and received antibiotic therapy. Sepsis patients were generally aged 65 years (66.4%) with a mean age of 60.60 ± 13.88, female (52.7%), included in the category of sepsis (53.6%), had >1 comorbidities (86,4%), had lung infection (66.4%), and length of stay ≤ 14 days (85.5%). Based on the pattern of antibiotic use, most (93.66%) patients used empiric antibiotics. A single antibiotic used in 46.37% of patients with the highest percentage was meropenem (14.55%). Meanwhile, 53.63% of patients used combination antibiotics with the highest percentage were combination of ceftriaxone+levofloxacin (19.09%). A total of 92.73% of patients used antibiotics for ≤ 14 days. Based on the evaluation of the quality of antibiotics using the Gyssens method, the study found the result that 49.09% of patients using rational antibiotics and 50.91% of patients using irrational antibiotics and were spread in category VI (0.91%), V (17.28%), IV a (3.63%), IV b (0.91%), IV c (0.91%), III a (3.63%), III b (20%) , II a (0.91%) and II b (2.73%).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shahyawidya Ramadhanti
Abstrak :
Ventilator-associated pneumonia VAP adalah infeksi paru yang muncul setelah lebih dari 48 jam pemakaian ventilator mekanik atau pemasangan intubasi endotrakeal. Insidensi VAP bervariasi antara 8 hingga 28 dan memiliki angka mortalitas sampai 50 . Hal ini tentu saja berhubungan dengan peningkatan resiko infeksi lain, peningkatan biaya rawat inap biaya kesehatan dan peningkatan lama rawat di ICU. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotik untuk pengobatan VAP di ruang ICU RS Kanker Dharmais dengan metode Gyssens dan mengevaluasi perbedaan outcome pasien dengan antibiotik rasional dan antibiotik tidak rasional. Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan prospektif ini dilaksanakan dari Februari sampai Mei 2017. Peneliti mengambil sampel dengan metode total sampling, sehingga mengikutsertakan seluruh pasien yang berada di ruang ICU dengan memberikan beberapa kriteria inklusi dan eksklusi kemudian dianalisis dengan metode Gyssens. Dari 159 pasien yang menggunakan ventilator ada 29 pasien 18,24 yang memenuhi kriteria VAP dan menjadi subyek penelitian ini. Antibiotik yang paling sering digunakan adalah meropenem dan kemudian diikuti dengan levofloxacin. Faktor yang mempengaruhi kualitas penggunaan antibiotik antara lain adalah jenis terapi, jumlah antibiotik yang digunakan oleh pasien dan lama perawatan pasien P
Objectives This study aims to evaluate the quality of antibiotic use for VAP treatment in ICU Dharmais Cancer Hospital using Gyssens method, evaluate the different outcomes of antibiotic therapy that are rational and irrational according to the Gyssens method, and evaluating the distribution of rational category 0 and irrational category 1 5 antibiotic use. Methods This prospective study was carried out from February to May 2017 with descriptive analyses. Antibiotic uses were documented prospectively by a pharmacist and analyse by using Gyssens method. Pharmacist was used total sampling method, which is included all adult VAP patients in ICU. Results A total of 29 patients 18,24 were reviewed from 159 patients. The most dominant antibiotic use for VAP empiric treatment was meropenem and the most dominant antibiotic use for VAP definitive treatment was levofloxacin. Factors affecting the quality of antibiotic use include type of therapy, number of antibiotic used by patient and length of stay P
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49567
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatia Novianta Wulandari
Abstrak :
Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi. Akibat gejala klinis dari infeksi bakteri pada bayi yang beragam, maka bayi biasanya diberikan pengobatan berupa terapi antibiotik dengan diagnosis yang samar. Pemberian antibiotik tanpa justifikasi yang tepat menyebabkan tidak efektifnya kemampuan antibiotik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas penggunaan antibiotik pada pasien bayi di ruang perinatologi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati periode Oktober-Desember 2016. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional dan metode retrospektif yaitu mengumpulkan data sekunder berupa data rekam medis dan catatan peresepan antibiotik. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik total sampling. Penilaian kualitas penggunaan antibiotik dilakukan dengan menggunakan metode Gyssens. Berdasarkan hasil penilaian kualitas penggunaan antibiotik, didapatkan hasil yaitu 17 peresepan antibiotik 36,95 memenuhi kategori 0 penggunaan antibiotik tepat/bijak, 1 peresepan antibiotik 2,18 termasuk dalam kategori IIa penggunaan antibiotik tidak tepat dosis, 3 peresepan antibiotik 6,52 termasuk dalam kategori IIb penggunaan antibiotik tidak tepat interval, 9 peresepan antibiotik 19,57 termasuk dalam kategori IIIa penggunaan antibiotik terlalu lama, 4 peresepan antibiotik 8,70 termasuk dalam kategori IIIb penggunaan antibiotik terlalu singkat, 4 peresepan antibiotik 8,70 termasuk dalam kategori IVa ada antibiotik lain yang lebih efektif, dan 8 peresepan antibiotik 17,39 termasuk dalam kategori V tidak ada indikasi penggunaan antibiotik.
Bacterial infection is one of the leading causes of death in neonates. As a result of clinical symptoms of bacterial infection in neonates are diverse, neonates are usually given antibiotic therapy with a vague diagnosis. Prescribing of antibiotics without appropiate justification cause ineffective antibiotic ability. The aim of this study was to determine the quality usage of antibiotic on neonates in perinatology ward Fatmawati General Hospital October December 2016. The study was conducted by cross sectional design and retrospective method by collecting secondary data in the form of medical records and antibiotic prescription records. The sampling was done by total sampling technique. Assessment quality usage of antibiotic was done using Gyssens method. Based on the results of the assessment quality usage of antibiotic, from 46 antibiotic prescribing obtained 17 antibiotic prescribing 36.95 include in category 0 appropiate use of antibiotic ,1 antibiotic prescribing 2.18 include in category IIa inappropiate dosage, 3 antibiotic prescribing 6.52 include in category IIb inappropiate interval, 9 antibiotic prescribing 19.57 include in category IIIa the usage of antibiotic was too long, 4 antibiotic prescribing 8.70 include in category IIIb the usage of antibiotic was too short, 4 antibiotic prescribing 8.70 include in category IVa there were other more effective antibiotics, and 8 antibiotic prescribing 17.39 include in category V there was no indication of antibiotic usage.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Shabrina Agustia Rahmah
Abstrak :
Angka prevalensi penemuan pneumonia anak Indonesia pada tahun 2018 sebesar 56,51%. Pneumonia juga menduduki penyebab kematian anak tertinggi di Indonesia pada tahun 2018, yaitu lebih dari 19.000 anak. Bakteri merupakan salah satu penyebab pneumonia, maka dapat diberikan terapi kuratif dengan antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tatalaksana penggunaan antibiotik pasien pneumonia anak, yang kemudian dievaluasi secara kualitatif menggunakan metode Gyssens. Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan secara observasional dengan rancangan studi potong lintang (cross sectional). Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan catatan rekam medik selama periode Maret-September 2020. Sebanyak 81 pasien pneumonia anak di ruang rawat inap RSAB Harapan Kita digunakan sebagai sampel dan telah memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Data tersebut selanjutnya dianalisis dan dievaluasi menggunakan metode kriteria Gyssens. Pada penelitian ini, kelompok usia berusia 1 bulan hingga 1 tahun (68%). Pasien anak laki-laki (51,85%) lebih banyak dibandingkan pasien anak perempuan (48,15%), dan frekuensi lama rawat paling banyak 6-10 hari sebanyak 36 pasien (44,4%). Penggunaan antibiotik terbanyak di ruang rawat inap RSAB Harapan Kita untuk pneumonia secara beturut-turut adalah seftriakson (30,91%), lalu gentamisin (13,94%), dan azitromisin (12,73%). Total 165 regimen dari 81 pasien diperoleh hasil 109 regimen (66,06%) termasuk ke dalam kategori 0 dan 56 regimen (33,94%) termasuk ke dalam kategori I-VI. Hasil analisis menunjukkan adanya 33,94% ketidaktepatan penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia anak di RSAB Harapan Kita. ......Child mortality rate is due to pneumonia rather than other infectious diseases were the highest, with up to 56,51% cases in Indonesia or more than 19.000 children died in 2018. Since most of pneumonia is caused by bacteria, the therapy given for this infection is antibiotic. The objective of this research was described and evaluated the used of antibiotics qualitatively in pediatric pneumonia patients with Gyssens method. Method used in this study was cross-sectional, observational with descriptive data analysis. Data collection has been conducted retrospectively based on medical records during the period March-September 2020. 81 samples of pediatric pneumonia patients in RSAB Harapan Kita’s inpatient room who met the inclution criteria was taken used total sampling method. Then, data were analyzed and evaluated by Gyseens criteria method. In this research, there group age 1 – 12 months (68%) was being the highest population who used antibiotic due to 6-10 days length of stay (44,4%). It’s consists of male children (51,58%) and female children (48,15%). The most used antibiotic coherently ceftriaxone (30,91%), gentamycin (13,92%), and azithromycin (12,73%). The total 165 regimen, from 81 samples show that 109 regimens (66,06%) were categorized as Category 0 and 56 regimens (33,94%) as Category I-VI. Result show inaccuracy used of antibiotic up to 33,94% in RSAB Harapan kita.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fetri Kristiani
Abstrak :
Peresepan antibiotika yang tidak tepat akan meningkatkan kejadian resistensi. Resistensi antimikroba telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dengan dampak meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan biaya kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas penggunaan antibiotik pada pasien pediatri dan pengaruh rekomedasi apoteker dalam meningkatkan kualitas penggunaan antibiotik, menurunkan lama rawat, serta biaya pengobatan. Penelitian ini menggunakan studi pra eksperimen dengan pendekatan prospektif. Data penelitian dikumpulkan dari rekam medik pasien dan dianalis dengan uji chi square serta uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rekomendasi apoteker dapat menurunkan masalah ketidaktepatan dosis (29,73%) menjadi 0%), ketidaktepatan lama pemberian (51,35% menjadi 5,41%), dan ketidaktepatan pemilihan obat (18,92% menjadi 5,41%). Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) terhadap lama rawat kelompok rekomendasi (R) adalah Rp 2.481.456 lebih rendah dibandingkan kelompok non rekomendasi (NR) adalah Rp 2.640.703, sedangkan ACER terhadap hasil terapi (sembuh) kelompok rekomendasi (R) Rp 9.369.404 lebih rendah dibandingkan kelompok non rekomendasi (NR) Rp 17.985.054. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati tepat dan bijak, rekomendasi apoteker dapat meningkatkan kualitas penggunaan antibiotik, menurunkan lama rawat dan biaya pengobatan.
Inaccurate prescribing of antibiotic will increase the incidence of resitance. Antimicrobial resistance has became a worldwide health problem with the impact of increasing morbidity, mortality and health cost. This study aims to know the the quality of antibiotic use on pediatric and the influence of pharmacist recommendation in improving the quality of antibiotic use, reducing the length of stay and cost. This study used pra eksperiment with prospective approach. Data was collected from medical records, it was analyzed by chi square and correlation test. The results showed that pharmacist recommendation could reduce dosing inaccuracy problems (29,73% to 0%), inaccuracy of duration (51,35% to 5,41%), and drug selection (18,92% to 5,41%). Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) to length of stay in recommendation group (R) was IDR 2.481.456 lower than the non recommendation group (NR) was IDR 2.640.703, while ACER to therapeutic results in recommendation group (R) was IDR 9.369.404 lower than non recommendation group (NR) was IDR 17.985.054. Based on the results it can be conculded that antibiotic use at RSUP Fatmawati is accurate and wise, pharmacist recommendation can improve the quality of antibiotic use, to reduce length of stay, and cost of treatment.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T52351
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dzatir Rohmah
Abstrak :
Meningitis bakterial dianggap sebagai kasus kegawatdaruratan neurologik dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Mortalitas akibat meningitis bakterial dapat mencapai 34% terutama pada infeksi yang disebabkan oleh S. pneumoniae dan L. meningitidis. Sementara morbiditas pada pasien meningitis bakterial yaitu sekuele neurologis jangka panjang dapat mencapai 50% pada survivor meningitis. Terapi antibiotik dengan penggunaan yang rasional dapat menurunkan angka kematian. Sebaliknya, penggunaan terapi antibiotik yang tidak rasional akan meningkatkan terjadinya resistensi yang berdampak pada peningkatan morbiditas, mortalitas, dan biaya kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas penggunaan antibiotik pada pasien meningitis bakteri dengan metode Gyssens. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode retrospektif cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Fatmawati, Jakarta. Subyek penelitian adalah 27 pasien meningitis bakterial yang memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan evaluasi penggunaan antibiotik diagram alir Gyssen diperoleh hasil 11 (40,7%) subyek menggunakan antibiotik yang tepat dan 16 subyek (59,3%) menggunakan antibiotik yang tidak tepat. Penggunaan antibiotik yang belum tepat tersebar dalam beberapa kategori sebagai berikut yaitu kategori IVc sejumlah 2 subyek (7,4%), kategori IVd sejumlah 2 subyek (7,4%), kategori IIIA sejumlah 3 subyek (11,1%), kategori IIIB sejumlah 1 subyek (3,7%), kategori IIA sebanyak 13 subyek (48,1%), dan kategori IIB sebanyak 3 subyek (11,1%). Penggunaan antibiotik yang sesuai berdasarkan evaluasi menggunakan algoritma Gyssen pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap outcome pasien dengan nilai p=1,000 (nilai p>0.05). Variabel jenis kelamin merupakan variabel yang berpengaruh secara signifikan (p<00,5) terhadap kerasionalan antibiotik pada pasien meningitis bakterial. ......Bacterial meningitis is considered as neurologic emergency with high morbidity and mortality rates. Mortality can reach 34%, especially in infections caused by S. pneumoniae and L. meningitides, while morbidity in bacterial meningitis patients, namely long-term neurologic sequelae, can reach 50% amongst survivors. If antibiotics are used properly, they can lower mortality rates. On the other hand, the irrational use of antibiotic therapy will raise the likelihood of resistance, which raises morbidity, mortality, and costs for health care. This study aims to determine the quality of antibiotic use in bacterial meningitis patients using the Gyssens method. It is an observational study employing the retrospective crosssectional method conducted at Fatmawati General Hospital, Jakarta. The research subjects were 27 patients with bacterial meningitis who met the inclusion criteria. In this study, 40.7% of the subjects had been administered appropriate antibiotics and 59.3% inappropriate ones, which were spread across several categories, namely category IVc for two subjects (7.4%); category IVd for two subjects (7.4%); category IIIA for three subjects (11.1%); category IIIB for one subject (3.7%); category IIA for 13 subjects (48.1%); and category IIB for three subjects (11.1%). The use of appropriate antibiotics based on evaluation using the Gyssens algorithm did not significantly affect patient outcomes (p=1,000). Gender is a variable that has a significant effect (p<00.5) on the rationale for antibiotics in patients with bacterial meningitis.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryman Utama Suryadinata
Abstrak :
Penggunaan antibiotik yang salah atau irasional dapat menyebabkan terjadinya kasus Antibiotic Resistance (ABR). Salah satu proses dalam mengendalikan ABR yaitu dengan melakukan evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik dengan alur Gyssens. Rumah Sakit X saat ini berupaya untuk terus memenuhi standar pelayanan kesehatan yaitu tentang penggunaan antibiotik yang rasional. Metode untuk mengevaluasi rasionalitas yang digunakan adalah dengan metode Gyssens. Kemudian, beberapa hasil yang menarik akan diverifikasi dengan tim pada saat diskusi dilakukan. Sampel yang dikumpulkan sebanyak 307 kali penggunaan antibiotik. Terdapat 7,5% penggunaan antibiotik yang sesuai dengan pedoman dan penggunaan antibiotik terbanyak pada golongan Cephalosporin generasi 3 (Ceftriaxone) dan Beta Lactam (Ampisilin Sulbaktam). Penyebab terjadinya ketidaksesuaian dan dalam penggunaan antibiotik adalah belum adanya standar pedoman penggunaan antibiotik pada seluruh kelompok diagnosa penyakit, beberapa antibiotik tidak tersedia di rumah sakit, beberapa kebijakan dan program belum berjalan maksimal. Dampak tersebut dapat menyebabkan potensi terjadinya resistensi, penurunan efektivitas obat bahkan dapat meningkatkan biaya pengobatan. Beberapa solusi harus segera dilakukan yang bertujuan untuk meningkatkan cost saving dan hal ini dapat berpengaruh terhadap pembelian obat di rumah sakit termasuk pada mengurangi potensi risiko lainnya yang dapat muncul. Hal tersebut memiliki tujuan akhir yang sama yaitu kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya yang terkendali. ......Irational antibiotics usage could drive into Antibiotics Resistance (ABR) which could be control by doing the evaluation of antbiotic usage. Nowdays, Hospital X is very concern to improve their quality of services by pushing rational usage of antibiotics. This reasearch will evaluate the rationality of antibioic useage with Gyssens algorithm, and cntinue by some discussion with the team for verification the interesting results. The total sample is 307 cases of antibiotic used. There are 7,5% rational cases of antibiotics usage which Cephalosporin 3 generation (Ceftriaxone) and Beta Lactam (Ampicillin Sulbactam) were the most frequent delivered. Those irational antibiotic usage caused by there was no antibiotics used guideline for therapy especially for antibiotics therapy, some kind of antibiotics are not available in hospital and some internal regulations and programs were not working properly which could drive to antibiotics resistance, inefficient of the treatment and also increase the treatment cost. The hospital should do some improvement to prevent the resistance, which could give some benefits such as increase cost saving of the treatment, decrease the purchasing level and minimum risk of potential incident. All of those things just to reach the best quality with the controlled cost of healthy services.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library