Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Janitra Suardian
"Laboratorium teknik gigi merupakan fasilitas pendukung pelayanan kesehatan gigi, yang bertugas mengerjakan pembuatan gigi tiruan. Di laboratorium teknik gigi, pekerja teknik gigi bekerja dengan berbagai macam material pembuat gigi tiruan dan berpotensi terpapar dengan material tersebut. Material yang paling umum digunakan yaitu resin metil metakrilat (MMA) atau yang lebih umum dikenal sebagai akrilik. Dalam beberapa penelitian diketahui paparan langsung MMA dapat meyebabkan asma akut, dermatitis kontak alergi, gejala subyektif respirasi, dan penurunan fungsi paru. Teknologi sistem ventilasi merupakan metode yang digunakan untuk menurunkan konsentrasi kontaminan di udara tempat kerja yang salah satunya pada laboratorium teknik gigi hingga batas yang tidak membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem ventilasi terpasang pada laboratorium teknik gigi X, akibat ditemukannya gejala subyektif respirasi pada pekerja dan permasalahan pada sistem ventilasi terpasang.
Penelitian ini menggunakan metode gabungan, yaitu metode kualitatif yang digunakan untuk mengkaji gejala subyektif yang timbul dan metode kuantitatif yang digunakan untuk mengkaji konsentarasi uap metil metakrilat (MMA) dan mengevaluasi sistem ventilasi terpasang pada laboratorium teknik gigi X menggunakan SNI 03-6572:2001 dan ACGIH. Jenis data yang digunakan adalah data primer hasil wawancara mendalam, pengukuran konsentrasi uap MMA, pengukuran kecepatan udara, serta pengukuran dimensi dari alat penunjang ventilasi dan ruang laboratorium X.
Konsentrasi uap metil metakrilat (MMA) di laboratorium teknik gigi X berada jauh dibawah NAB ACGIH (50 ppm) dan diatas nilai odor threshold (0,014 ppm). Sebanyak dua orang pekerja yang terpapar uap MMA, memiliki latar belakang alergi dan riwayat penyakit pernapasan mengalami gejala subyektif respirasi kronis, yakni asma dan berdahak. Hasil evaluasi dari sistem ventilasi terpasang pada laboratorium X diketahui tidak memenuhi kriteria yang baik berdasarkan SNI 03-6572:2001 dan ACGIH. Desain ulang sistem ventilasi laboratorium X dilakukan berdasarkan kriteria SNI 03-6572:2001 dan ACGIH untuk menunjang keefektifan dalam mengendalikan kontaminan di udara laboratorium teknik gigi X."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliyanthi
"ABSTRAK Telah dilakukan modifikasi pati dengan menggunakan metil metakrilat yang dicangkokkan pada pati tapioka dengan menggunakan larutan kalium permanganat sebagai inisiator, dan dilakukan dalam atmosfer gas nitrogen, menghasilkan kopolimer pati-g-metil metakrilat yang lebih hidrofobik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi pencangkokan metil metakrilat pada pati tapioka, supaya diperoleh persamaan laju reaksinya. Penentuan nilai orde reaksi terhadap konsentrasi kalium permanganat, metil metakrilat dan pati, dilakukan dengan metoda laju awal. Variasi terhadap konsentrasi larutan kalium permanganat, monomer, pati, waktu perendaman, temperatur pencangkokan, dan waktu pencangkokan dilakukan untuk mempelajari pengaruhnya terhadap proses pencangkokan. Hasil kopolimerisasi cangkok diperiksa dengan spektrofotometer FTIR untuk mengetahui gugus-gugus fungsi yang terdapat di dalamnya, perubahan hidrofilisitasnya dengan menggunakan alat pengukur sudut kontak, dan perubahan sifat termalnya diuji dengan Differential Scanning Calorimeter 7 (DSC 7). Kopolimerisasi cangkok metil metakrilat pada pati tapioka berhasil dilakukan dengan kondisi optimum pada konsentrasi larutan KMnO4 0.1 N, konsentrasi monomer 25 %, konsentrasi pati 6.70 x10-05 N, waktu perendaman 30 menit, temperatur pencangkokan 50oC, dan waktu pencangkokan 2 jam, menghasilkan pencangkokan sebesar 119,87 % w/w. Nilai orde reaksi terhadap konsentrasi kalium permanganat, metil metakrilat, dan pati diperoleh dari penelitian adalah ~1, ~1, dan ~2. Kopolimerisasi cangkok metil metakrilat pada pati tapioka ditunjukkan dengan munculnya serapan pada 1728.9 cm-1 yang merupakan serapan vibrasi ulur gugus karbonil senyawa ester metil metakrilat. Kopolimer pati-g-metil metakrilat lebih hidrofobik dari pada pati tapioka. Kopolimer pati-g-metil metakrilat memiliki temperatur transisi gelas yang lebih rendah dari pada pati tapioka. Kata kunci: pati tapioka; metil metakrilat; pati-g-metil metakrilat; hidrofobik, orde reaksi"
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiarto
"Telah dilakukan kopolimerisasi tempel radiasi metil metakrilat dengan konsentrasi 50 psk ke dalam lateks karet alam dalam bentuk emulsi yang di-iradiasi dengan sinar gamma radio - isotop cobalt-60 dengan teknik simultan. Pengamatan pengaruh suhu iradiasi (-160°C, 0°C, 3°C dan 55°C ) dengan laju dosis 6,780 kGy/jam dan 0,678 kGy/jam serta dosis iradiasi 5 kGy dilakukan terhadap derajat kekristalan, derajat kopolimer, homopolimer MMA, temperatur endotermik dievaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mendapatkan kandungan polimer maksimum, suhu optimum adalah 0°C, dan laju dosis 0,678 kGy/jam, tetapi dengan naiknya suhu, persen homopolimer meningkat. Sementara itu derajat kekristalan maksimum diperoleh pada suhu 55°C, dengan laju dosis 6,780 kGy/jam.Ada indikasi, bahwa puncak difraksi Bragg tidak tergantung pada suhu dan laju dosis, dengan nilai pada sudut 2θ pada 140 dan 210, mempunyai dua puncak endotermik pada 1670 C dan 400°C untuk kopolimer LKA-MMA sebelum homopolimer iekstrakksi dengan aseton dan satu puncak endotermik pada 400°C sesudah ekstraksi. Pada laju dosis tinggi (6,780 kGy/jam) dan dosis iradiasi yang lama (SkGy} menghasilkan grafting lebih kecil dari pada laju dosis rendah (0,678 kGy/jam). "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Syah Putri
"Variasi konsentrasi monomer metil metakrilat (MMA), surfaktan natrium lauril sulfat (SLS) dan inisiator ammonium persulfat (APS) dilakukan untuk mengetahui pengaruh terhadap ukuran pertikel, persen konversi dan indeks polidispersitas dan menghasilkan ukuran pertikel polimer 100-200 nm. Terjadinya polimer MMA dibuktikan dengan spektrum IR dan nilai Tg. Nilai Tg homopolimer yang diperoleh sebesar 100,070C. Kenaikan monomer, insiator APS dan surfaktan akan menaikkan persen konversi dan indeks polidispersitas.
Konsentrasi surfaktan yang kecil dengan kenaikan konsentrasi inisiator APS dan MMA maka akan memperbesar ukuran pertikel. Pengaruh kenaikan konsentrasi monomer dan inisator pada konsentrasi maksimum, maka ukuran partikel yang diperoleh sebesar 100,2 nm, PDI 0,717 dan persen konversi 89,5%. Variasi surfaktan SLS terkecil sampai 1 CMC diperoleh ukuran pertikel 96,27 nm, PDI 0,074 serta persen konversi sebesar 96,27%. Ukuran pertikel terbesar yang dihasilkan berukuran 116,8 nm dengan PDI 0,153 dan persen konversi 95,08%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30372
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Anggraini
"Lateks Karet Alam yang merupakan poliisoprena diharapkan mampu untuk digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan aditif minyak lumas mengganti poliisoprena sintesis yang selama ini digunakan pada skala industri, terlebih karena Indonesia adalah negara penghasil karet terbesar di dunia. Lateks Karet Alam dicangkok dengan metil metakrilat (100: 50 massa) dengan menggunakan irradiasi sinar y dari Co-60 dengan dosis 10 kGy sehingga terbentuk Kopolimer LKA-g-MMA 50, KOLAM 50. Untuk membuat aditif peningkat viskositas indeks KOLAM 50 ini sebanyak 10% dilarutkan kedalam base oil HVI 60, waktu pelarutan 12 jam. Untuk memperkecil waktu pelarutan, KOLAM 50 diekstraksi menggunakan aseton dan kloroform baru kemudian dilarutkan dalam HVI 60. Selain itu dengan menggunakan campuran xilena dan HVI 60 sebagai pelarut. Aditif ini selanjutnya ditambahkan ke dalam base oil HVI 60 dan base oil HVI 95 dengan variasi konsentrasi 2% - 7%, lalu dilakukan pengukuran viskositas indeks, titik nyala, dan ketahanan stabilitas shear. Pada penelitian ini didapatkan, bahwa KOLAM 50 mampu meningkatkan viskositas indeks minyak lumas, mempunyai stabilitas shear yang sama baiknya dengan aditif lain dipasaran serta mempunyai titik nyala yang memenuhi standar. Campuran xi lena dan HVI 60 dapat digunakan sebagai pelarut yang baik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saeful Yusuf
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wulan Gayatri
"Dalam penelitian ini telah dilakukan sintesis poli(metil metakrilat)/PMMA dengan metode polimerisasi radikal bebas terkontrol yaitu metode Atom Transfer Radical Polymerization (ATRP). Variasi yang dilakukan yaitu variasi waktu, suhu, katalis, ligan, dan inisiator untuk memperoleh kondisi optimum dengan persen konversi yang tinggi dan distribusi berat molekul sempit atau indeks polidispersitas yang mendekati 1. Dari hasil penelitian diperoleh semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu maka semakin besar pula persen konversi yang dihasilkan. Dari variasi komposisi yang dilakukan, komposisi optimum sintesis poli(metil metakrilat) yang diperoleh yaitu dengan perbandingan monomer: katalis : ligan : inisiator (100 : 2 : 4 : 1) dan dihasilkan persen konversi sebanyak 64,6%. Terbentuknya poli(metil metakrilat) ditunjukkan dengan karakterisasi menggunakan FTIR yaitu dengan hilangnya puncak C=C pada bilangan gelombang 1636 cm-1. Hasil polimerisasi dengan komposisi optimum dikarakterisasi menggunakan GPC untuk mengetahui distribusi berat molekul dan dikarakterisasi menggunakan DSC untuk mengetahui suhu transisi gelas (Tg). Tg PMMA yang diperoleh yaitu 80,7oC. Indeks polidispersitas PMMA yang diperoleh dari komposisi optimum yaitu 2,6 dengan rata-rata berat-berat molekul (Mw) 9026 g/mol.

In this research the synthesis of poly methyl methacrylate PMMA has been done by the method of controlled radical polymerization Atom Transfer Radical Polymerization ATRP Variations that has been done in this study were variation of time variation of temperature variation of catalyst ligand and initiator concentration to get the optimum condition with the high conversion and the narrow molecular weight distribution or polidispersity index close to one The conclusion resulted from this research is that the higher temperature and time the higher conversion obtained From variations of composition that has be done the optimum composition of synthesis poly methyl methacrylate is obtained when the comparison of monomer catalyst ligand initiator is 100 2 4 1 produced conversion 64 6 The formation of poly methyl methacrylate is shown by the result of characterization with FTIR peak of C C disappeared in wavenumber 1636 cm 1 The result of polymerization with optimum composition charactherized by Gel Permeation Chromatography GPC to know the molecule weight distribution and characterized by Differential Scanning Calorimetry DSC to know the temperature of glass transition Tg Tg PMMA is known 80 7oC Polidispersity index PMMA with optimum composition in this research is 2 6 with weight average molecular weight Mw is 9026 g mol.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shifa Anindya Hartono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan komposisi dan teknik yang tepat dalam proses sintesis kopolimer dari stirena dan metil metakrilat (MMA) untuk menghasilkan produk cat yang paling layak untuk pelapisan material. Fokus dari penelitian ini adalah sintesis kopolimerisasi emulsi antara monomer stirena dan monomer metil metakrilat (MMA) dengan teknik semi kontinu yang komposisinya divariasikan untuk membuat aplikasi cat dengan penambahan APS dan SDS. Pada variasi penelitian ini surfaktan juga divariasikan sehingga terdapat satu variasi yang tidak menggunakan surfaktan. Sintesis dilakukan dengan teknik semi kontinu pada temperatur sekitar 70॰C - 78॰C dan kecepatan agitator 300 rpm dalam waktu 4 jam. Setelah cat terbentuk dari proses sintesis kopolimerisasi emulsi tersebut, dilakukan beberapa karakterisasi antara lain temperatur, pH, kandungan padatan, densitas, dan viskositas. Dari karakterisasi tersebut didapatkan hasil antara lain temperatur antara 70॰C - 72॰C, pH antara 6 - 1, densitas antara 1,08 - 1,163 g/mL, kandungan padatan antara 0,0595 - 15,7895% dan viskositas antara 0,904 - 1,408 mPa.s. Produk yang dihasilkan pada penelitian ini diuji dengan menggunakan sinar UV untuk melihat perubahan warna guna membuktikan kualitas untuk menahan kerusakan dari sinar UV dari tiap produk untuk aplikasi cat. Dari pengujian tersebut didapatkan hasil bahwa produk sampel ketiga adalah produk paling layak karena dapat menahan kerusakan akibat sinar UV dan nilai densitas, viskositas serta solid content-nya paling tinggi.

This study aims to determine the composition and the right technique in the copolymer synthesis process from styrene and methyl methacrylate (MMA) to produce the most suitable paint product for coating materials. The focus of this research is the synthesis of emulsion copolymerization between styrene monomer and methyl methacrylate (MMA) monomer using a semi-continuous technique whose composition is varied to make paint applications with the addition of APS and SDS. In this variation, the surfactants are also varied so that there is one variation that does not use surfactants. The synthesis was carried out using a semi-continuous technique at a temperature of around 70°C - 78°C and an agitator speed of 300 rpm within 4 hours. After the paint was formed from the emulsion copolymerization synthesis process, several characterizations were carried out including temperature, pH, solids content, density, and viscosity. From this characterization, the results obtained included temperature between 70॰C - 72॰C, pH between 6 - 1, density between 1.08 - 1.163 g/mL, solids content between 0.0595 - 15.7895% and viscosity between 0.904 - 1.408 mPa.s. The products produced in this study were tested using UV light to see color changes in order to prove the quality to resist damage from UV rays of each product for paint applications. From these tests, it was found that the third sample product was the most feasible product because it could withstand UV damage and had the highest density, viscosity and solid content values."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Wardhana
"Pendahuluan : Pekerja laboratorium teknik gigi memiliki risiko mengalami gangguan sistem respirasi yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru akibat pajanan metil metakrilat (MMA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar MMA di lingkungan laboratorium teknik gigi di DKI Jakarta dan Kotamadya Tangerang, risiko pajanannya terhadap keluhan respirasi dan gangguan fungsi paru, serta hubungannya dengan faktor individu dan pekerjaan.
Metode : Desain penelitian cross sectional melibatkan 69 pekerja laboratorium teknik gigi dari 4 laboratorium. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan, pengukuran kadar MMA lingkungan dan pemeriksaan spirometri.
Hasil : Kadar MMA pada 4 laboratorium teknik gigi adalah 0,26 ? 5,72 ppm, jauh di bawah Nilai Ambang Batas. Ditemukan hubungan bermakna ketersediaan ventilasi personal dengan kadar MMA (p <0,05). Prevalensi keluhan subyektif respirasi 39,1 %, dengan faktor yang berhubungan adalah kadar MMA >0,5 ppm (OR = 4,90, 95% CI: 1,49 ? 16,14) dan masa kerja >10 tahun (OR = 0,14, 95% CI: 0,03 ? 0,61). Prevalensi gangguan fungsi paru 44,9 %, seluruhnya restriktif. Faktor yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru adalah kebiasaan merokok (OR = 3,94, 95% CI: 1,22 ? 12,76) dan kadar MMA >0,5 ppm (OR = 3,29, 95% CI: 1,01 ? 10,80).
Kesimpulan : Kadar MMA >0,5 ppm memberikan risiko 4,9 kali lebih besar timbulnya keluhan subyektif respirasi pada pekerja. Kadar tersebut juga memberikan risiko 3,29 kali lebih besar timbulnya gangguan fungsi paru pada pekerja. Pekerja yang sudah bekerja >10 tahun menurunkan kemungkinan timbulnya keluhan subyektif respirasi sebesar 86 %. Efek ini diperkirakan akibat timbulnya toleransi pekerja terhadap keluhan subyektif seiring dengan waktu. Pekerja yang merokok memiliki risiko 3,94 kali lebih besar mengalami gangguan fungsi paru.

Background : Dental laboratory workers are at risk of respiratory symptom and pulmonary function disorder,due to exposure to methyl methacrylate (MMA). The objective of this study is to know the level of MMA at dental laboratories at DKI Jakarta and Kotamadya Tangerang, the risk of its exposure toward respiratory symptom and pulmonary function disorder among dental laboratory worker, and its association with individual and occupational factors.
Method : This is a cross sectional study involving 69 dental laboratory workers from 4 laboratories. Data were collected through interview, observation, environmental MMA measurement and lung function examination by spirometer.
Result : MMA levels in 4 dental laboratories were 0.26 ? 5.72 ppm, well below Treshold Limit Value. The prevalence of respiratory symptom was 39.1 %, with associated factors are MMA level >0.5 ppm (OR = 4.90, 95% CI: 1.49 ? 16.14) and working period of >10 years (OR = 0.14, 95% CI: 0.03 ? 0.61). The prevalence of pulmonary function disorder was 44.9 %, all of them restrictive. Factors associated with pulmonary function disorder were smoking habit (OR = 3.94, 95% CI: 1.22 ? 12.76) and MMA level >0.5 ppm (OR = 3.29, 95% CI: 1.01 ? 10.80).
Conclusion : MMA level of >0.5 ppm pose a 4.9 times greater risk of respiratory symptom among workers. That level also poses a risk 3.29 times greater of pulmonary function disorder among workers. Workers with >10 years length of service decreased their possibility of respiratory symptom by 86%. This effect is probably due to tolerance the workers develop towards the subjective symptoms. Smoking workers have a risk 3.94 times greater for pulmonary function disorder."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisha Az Zahra
"Ketahanan warna merupakan parameter penting pada aplikasi cat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses kinetika degradasi warna akibat paparan sinar UV serta agar mengetahui lamanya ketahanan warna cat dan besar nilai perubahan warna yang dihasilkan dari Kopolimer Stirena MMA. Kopolimer Stirena MMA sebagai aplikasi cat diuji dengan variasi temperatur, waktu, dan pigmen. Data diperoleh menunjukkan bahwa Kopolimer Stirena MMA sebagai aplikasi cat dengan penambahan pigmen 3% dan 10% lebih tahan dalam menahan sinar UV dengan perubahan warna yang tidak terlalu besar ΔE ≤ 3 sedangkan Kopolimer Stirena MMA tanpa pigmen dan pigmen 5% mengalami perubahan warna yang signifikan setelah penyinaran UV selama 50 jam dan pada temperatur 50℃. Berdasarkan hasil pengukuran, kinetika degradasi warna mengikuti persamaan Avrami yang menunjukkan bahwa semakin tinggi kenaikan temperatur maka semakin cepat laju degradasi. Energi aktivasi rendah mempengaruhi laju degradasi pigmen 3% dan pigmen 5% menjadi lebih cepat dibandingkan dengan penelitian tanpa pigmen dan pigmen 10%.

Color durability is an important parameter in paint application. This research aims to study the kinetics of color degradation due to exposure to UV light and to determine the length of color retention and the magnitude of the color change resulting from Styrene MMA Copolymer. Styrene MMA copolymer as a paint application was tested with variations in temperature, time and pigment. The data obtained shows that MMA Styrene Copolymer as a paint application with the addition of 3% and 10% pigment is more resistant to UV rays with color changes that are not too large ΔE ≤ 3 while MMA Styrene Copolymer without pigment and 5% pigment experience significant color changes after that UV copying for 50 hours and at a temperature of 50℃. Based on the measurement results, the color degradation kinetics follow the Avrami equation which shows that the higher the temperature rise, the faster the degradation rate. Low activation energy influences the degradation rate of 3% pigment and 5% pigment to be faster compared to studies without pigment and 10% pigment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library