Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini Widiarti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk terjemahan metafora bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia dan mengungkapkan perpadanan metafora bahasa sumber dengan unsur bahasa sasaran melalui prosedur penerjemahan berupa pergeseran baik berupa transposisi maupun modulasi. Analisis penerjemahan metafora dalam Tsu ke dalam Tsa dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap awal telah dikumpulkan data dari sumber data yang berupa novel dan terjemahannya. Data seluruhnya dikumpulkan dari Novel Yukiguni karya Kawabata Yasunari dan terjemahannya Daerah Salju oleh Ajip Rosidi.
Data tersebut diperoleh dengan mengenali unsur kebahasaan yang tak berterima secara harfiah dan dengan menggunakan teori pembandingan. Ditemukan unsur kebahasaan yang diidentifikasi sebagai metafora. Setelah itu, metafora dalam Tsu dikelompokkan berdasarkan tipe pembandingan yang membentuknya. Sebagian besar metafora bahasa sumber dan terjemahannya memiliki tipe pembandingan tak penuh dan citra yang sama. Jumlah terjemahan dalam bentuk metafora tipe pembandingan penuh dengan citra yang sama adalah 10 (19,23%), tipe pembandingan tak penuh dengan citra sama adalah 35 (67,31%) serta tipe pembandingan tak penuh dengan citra yang berbeda sejumlah 7 (13,46%). Jumlah terjemahan dalam bentuk simile dengan pembandingan tak penuh sebanyak 6 (40%), dalam bentuk non figuratif dengan pembandingan penuh sebanyak 1 (6,67%) dan pembandingan tak penuh sebanyak 8 (53,33%).
Berdasarkan analisis terhadap penerjemahan metafora Tsu ke dalam Tsa, disimpulkan bahwa prosedur penerjemahan yang sangat berpengaruh pada pencapaian kesepadanan dinamis dalam penerjemahan sebuah metafora adalah prosedur modulasi dan transposisi. Pergeseran sudut pandang terjadi pada citra metafora tersebut, sedangkan eksplisitasi terjadi pada titik kemiripannya. Pergeseran bentuk diperlukan untuk menghasilkan terjemahan yang wajar dalam bahasa sasaran.
Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar metafora Jepang dan terjemahannya berbentuk tipe pembandingan tak penuh. Hal ini sesuai dengan hipotesis Quintilian yang menyatakan tipe pembandingan tak penuh adalah versi yang paling baik dari teori pembandingan. Dan segi terjemahan telah tercapai kesepadanan dinamis dalam penerjemahan metafora Jepang ke dalam bahasa Indonesia. Amanat yang terdapat dalam metafora bahasa Jepang dapat tersampaikan dalam bahasa sasaran."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rohmah Fauziah
"Karena nilai budayanya, metafora disetujui sebagai salah satu masalah penerjemahan, terutama dalam penerjemahan sastra. Dengan demikian, makalah ini menggabungkan teori prosedur penerjemahan yang dikemukakan oleh Peter Newmark (1988) dan Gideon Toury's (1995) serta teori foreingnisasi dan domestikasi yang dikemukakan oleh Venuti (1995). Makalah ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana prosedur penerjemahan metafora, serta strategi penerjemahan foreignisasi dan domestikasi, diterapkan dalam dua terjemahan bahasa Indonesia dari novel berjudul Frankenstein yang ditulis oleh Mary Shelley. Penelitian ini menggunakan dua hasil terjemahan yang berbeda untuk mengumpulkan data. Terjemahan pertama (TT1) diterbitkan oleh Gramedia Publisher, dan terjemahan kedua (TT2) diterbitkan oleh Qanita Publisher. Penelitian menunjukkan bahwa dari tujuh prosedur yang digunakan, hanya satu yang tidak diterapkan. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa kedua terjemahan tersebut menggunakan strategi foreignisasi dan domestikasi. Namun, TT1 condong ke arah foreignisasi dan TT2 cenderung lebih menggunakan strategi domestikasi.

Because of its cultural value, metaphor is agreed as one of the translation problems, especially in literary translation. Thus, this paper combines theories of translation procedures proposed by Peter Newmark (1988) and Gideon Toury’s (1995) and foreignization and domestication theories proposed by Venuti (1995). This paper aims to analyze how the procedure of metaphor translation, as well as the translation strategies of foreignization and domestication, are applied in two Indonesian translations of a novel titled Frankenstein by Mary Shelley. This research uses two different translations of the novel to collect the data. The first translation (TT1) is published by Gramedia Publisher, and the second translation (TT2) is published by Qanita Publisher. The research shows that out of the seven procedures that are utilized, only one that is not applied. Also, this research reveals that the two translations use both of foreignization and domestication strategy. However, TT1 leans towards foreignization and TT2 tends to involve domestication moreBecause of its cultural value, metaphor is agreed as one of the translation problems, especially in literary translation. Thus, this paper combines theories of translation procedures proposed by Peter Newmark (1988) and Gideon Toury’s (1995) and foreignization and domestication theories proposed by Venuti (1995). This paper aims to analyze how the procedure of metaphor translation, as well as the translation strategies of foreignization and domestication, are applied in two Indonesian translations of a novel titled Frankenstein by Mary Shelley. This research uses two different translations of the novel to collect the data. The first translation (TT1) is published by Gramedia Publisher, and the second translation (TT2) is published by Qanita Publisher. The research shows that out of the seven procedures that are utilized, only one that is not applied. Also, this research reveals that the two translations use both of foreignization and domestication strategy. However, TT1 leans towards foreignization and TT2 tends to involve domestication more."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Jaya
"A literary text typically contains many cultural elements often presented in a very concise manner to enhance its readability and aesthetic quality. Its translation can be challenging when there is a gap between source culture and target culture. Thus, a translator has to make an ideological choice: either to foreignize or to domesticize. This paper aims to identify and examine the ideology applied by a literary translator when translating culturally-divergent translation units. Bram Stoker’s Dracula and its Indonesian translation by Suwarni were selected as data source due to the novel’s significant number of cultural references unfamiliar to modern Indonesians. Forty units were selected for this paper and classified into several groups. Results show that the translator used various strategies, both foreignizing and domesticizing ones, to translate even similar units, indicating her considerable freedom. Furthermore, the results also show that translation ideology is a flexible concept which can shift throughout a translation project and be represented as a multipoint continuum. Moreover, both foreignization and domestication may take place at different levels, depending on various factors such as presence of information, extent of modification, and relevance of information."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
909 UI-WACANA 21:3 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library