Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Schizophernia disorder is a servere mental disorder that is expected having a great relapsing risk. ....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Nurhalizah Atjo
Abstrak :
Mahasiswa kedokteran rentan mengalami isu Kesehatan mental dalam masa perkuliahan dikarenakan paparan beban akademis, tingginya ekspektasi serta dukungan dari sekitar yang kurang menunjang. Transisi dari masa pre-klinik ke klinik juga dapat menambah beban stress terhadap mahasiswa kedokteran. Walaupun telah memiliki pengetahuan mengenai kesehatan mental, menghubungkan kebutuhan psikologis mahasiswa kedokteran kepada tenaga ahli kesehatan mental saat menghadapi beban stress yang cukup signifikan masih menjadi tantangan dikarenakan kemungkinan adanya stigma. Promosi Kesehatan mental diadakan sebagai bentuk edukasi kesehatan mental untuk mempersiapkan mahasiswa memasuki rotasi klnik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek promosi Kesehatan mental terhadap sikap mencari bantuan mahasiswa kedokteran. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan data sekunder pre-test and post-test kuesioner MHSIS (Mental Health Seeking Intention Scale) yang diambil dari webinar promosi kesehatan mental pada kegiatan pengabdian masyarakat untuk mahasiswa tingkat tiga di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Terdapat dua kelompok pada penelitian ini, terdiri dari kelompok yang mendapatkan webinar dan kelompok yang tidak mendapatkan webinar sebagai kelompok pembanding. Sampel yang berjumlah 66 dari setiap kelompok akan dianalisis dengan menggunakan tes Kolmogorov, Mann-Whitney, dan Wilcoxon pada program SPSS. Hasil: Tidak terdapat hasil yang berbeda signifikan pada pre-test dan post-test di setiap kelompok (p>0.005) yang mengindikasikan tingkat sikap mencari bantuan yang relatif setara. Setiap kelompok mengalami peningkatan skor MHSIS dari pre-test ke post-test dan kelompok yang menerima webinar memiliki rata-rata peningkatan skor yang sedikit lebih tinggi (p<0.005). Kesimpulan: Mahasiswa tingkat tiga Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia telah memiliki tingkat sikap mencari bantuan yang baik, dan kelompok yang mendapatkan webinar memiliki peningkatkan sikap mencari bantuan yang sedikit lebih tinggi. ......Medical students are prone towards psychological distress throughout their studies as exposed to pressure from studying, heavy workload, high level of expectation and inadequate supportive resources. The transition from pre-clinical to clinical years will add an increasing demand in medical school which are prone to giving more stressors to student. Although has already equipped with mental health knowledge, connecting medical students' psychological needs to professionals when encountered with significant stressors remain an ongoing challenge. Mental health promotion is given as psychoeducation to third year medical student prior to the rotation clinic. This study analyzes the effect of mental health promotion as psychoeducation towards the help-seeking behavior in third-year medical students in the Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. Methods: The research is a quasi experimental study using secondary data consisting of pre-test and post-test of MHSIS (Mental Health Seeking Intention Scale) questionnaire taken from a mental health promotion webinar community outreach activity for the third year medical student, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. There are two groups of students comprising group who received webinar and those who did as the comparison group. The 66 samples from each group are analyzed statisticaly using Kolmogorov test, Mann-Whitney and Wilcoxon test through the SPSS programme. Results: This research found that there is no significant gap in the pre-test and post-test result between webinar and non-webinar group (p > 0.05), indicating a similar help-seeking behavior level. Each group has improvement in pre-test and post-test, however the group receiving webinar as psychoeducation has slightly higher result of MHSIS score (p < 0.05). Conclusion: This study demonstrates that the average of third year medical students in Faculty of Medicine, Universitas Indonesia has already equipped with good help-seeking behavior towards and those who are exposed with an additional single day psychoeducation has slightly better improvement in the help-seeking behavior.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Fadhilah
Abstrak :
Stres dan burnout yang dapat berujung pada depresi banyak terjadi padamahasiswa kedokteran karena tuntutan lingkungan akademik dan non-akademik. Meskipun idealnya kejadian depresi akan berkurang saat mahasiswa mendekati akhir tahun praklinis karena mekanisme koping yang lebih baik, prevalensi gejala depresi akan meningkat saat mereka berada di rotasi klinik. Stres yang menumpuk dan tidak teratasi dari tahun praklinis dapat bertahan sampai memasuki rotasi klinik, dan nantinya akan mempengaruhi kinerja mereka terhadap pasien mereka kelak. Psikoedukasi diperlukan untuk mempersiapkan mahasiswa kedokteran untuk mengatasi dan membantu mengatasistres mereka yang tersisa dan yang akan datang dalam rotasi kepaniteraan mereka. Metode: Studi potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui dampak dan kemanjuran webinar promosi kesehatan mental dalam mengurangi gejala depresi yang ditemukan pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga di Universitas Indonesia dengan menganalisis data sekunder skor PHQ-9 peserta, baik dari mereka yang datang ke webinar, maupun yang tidak sebagai pembanding. Skor PHQ-9 diisi oleh peserta sebelum dan sesudah sesiwebinar yang hanya diadakan sekali sebagai pre-test dan post-test. Hasil: Pada data penialian dasar yang diambil dari skor pretes PHQ-9, kelompok yang mengikuti dan tidakmengikuti webinar tidak menunjukkan adanya perbedaan skor (p=0,512). Pada hasil postes, kedua kelompok masih menunjukkan tidak ada perbedaan (p=0,435) dan perbaikan skor dari pre-test ke post-test juga tidak terlalu ditemukan (kelompok peserta webinar p=0,606; kelompok pembanding p=0,063). Kesimpulan: Webinar promosi kesehatan jiwa jika hanya diberikan satu kali tidak efektif dan berdampak dalam mengurangi gejala depresi pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga. ......Background: Stress and burnout, which can lead to depression, is prevalent amongst medical students due to demanding academic and non-academic environment. Althoughideally the occurrence of depression will decrease as the students approach late preclinicalyear due to better coping mechanism, the prevalence of burning out and depressive symptoms will increase as they reach clerkship rotations. Piling up and unresolved stressfrom preclinical year can remain until entering clerkship rotations, and later will affect their performance towards their future patients. Psychoeducation is needed to prepare themedical students to cope and help solve their remaining stress and upcoming stress in their clerkship rotations. Methods: This cross-sectional study wants to find out the impactand efficacy of mental health promotion webinar in reducing depressive symptoms foundin third-year medical students of Universitas Indonesia by analysing secondary data of PHQ-9 score of the participants both from those who came to the webinar and those whodid not as the comparison. PHQ-9 score was filled by the participants before and after a one-time webinar session as pre-test and post-test. Results: At the baseline data, taken from PHQ-9 pre-test score, groups that attended webinar and did not shows no score discrepancy (p=0.512). Derived from post-test result, both groups still indicates no difference (p=0.435) and the score improvements from pre-test to post-test also not remarkably found (webinar attendee group p=0.606; comparison group p=0.063). Conclusion: Mental health promotion webinar if only given once is not effective and impactful in reducing depressive symptoms in third-year medical students.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prameswari Zahra Adelaide
Abstrak :
Latar Belakang: Kesehatan mental merupakan salah satu isu kesehatan yang belum terpecahkan di Indonesia. Mahasiswa kedokteran adalah satu dari banyak populasi yang rentan terkena gangguan mental diakibatkan stresor yang tinggi. Stresor ini paling tinggi dialami oleh mahasiswa transisi dari sekolah menengah atas ke fakultas kedokteran, dan dari tahun preklinik ke klinik. Meskipun mereka menerima edukasi formal tentang kesehatan mental, tetapi sangat penting untuk mengetahui dan meningkatkan beberapa parameter kesehatan mental, seperti pengetahuan dan perilaku. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan pengetahuan dan perilaku pada mahasiswa tingkat tiga preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sesudah webinar kesehatan mental. Metode: Studi potong lintang ini menggunakan data sekunder berupa nilai pretest dan posttest pada kelompok webinar dan yang tidak menghadiri webinar (kontrol). Kuesioner yang digunakan adalah MAKS (pengetahuan) dan CAMI (perilaku). Total subjek sebanyak 132, di mana 66 masing-masing terdapat di kelompok webinar dan kontrol. Analisis data menggunakan Wilcoxon dan Mann-Whitney, di mana Mann-Whitney untuk membandingkan nilai posttest kelompok webinar dan kontrol. Hasil: Tidak ada kenaikan yang signifikan dalam perilaku pada kelompok webinar dan kontrol (p>0.05), namun terlihat dalam aspek pengetahuan. Tidak ada perbedaan yang berarti juga terlihat pada posttest perilaku antara dua kelompok tersebut, namun terlihat signifikan pada pengetahuan (P<0.05). Kesimpulan: Promosi kesehatan mental dalam bentuk webinar dapat meningkatkan pengetahuan, namun tidak dalam perilaku, terhadap kesehatan mental pada mahasiswa tingkat tiga preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. ......Introduction: Mental health issues is one of health concerns that has not yet been overcome in Indonesia. Medical students are among those with high risk of developing mental disorder due to higher exposure to stress. The stressors are higher in medical students transitioning from high schools to first-year medical schools, and from preclinical to clinical years. Despite the formal education about mental health, it is important to identify and improve some specific parameters of mental health, such as knowledge and attitude. This study was conducted to identify whether there is an improvement in knowledge and attitude about mental disorder in third-year preclinical students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia before and after webinar of mental health promotion. Methods: This cross-sectional study uses secondary data in the form of pretest and posttest score of webinar participants and non-webinar (control group). MAKS and CAMI questionnaire are used to assess the knowledge and attitude, respectively. There are a total of 132 subjects, which are equally divided into webinar and control group. The analysis uses Wilcoxon and Mann-Whitney, with the latter being used to compare only between posttest score of webinar and control group. Results: There is no significant improvement of attitude in both webinar and control groups (p>0.05), as opposite to knowledge (p<0.05). No notable difference is also seen in the attitude using Mann-Whitney, however the outcome (posttest) of knowledge is notably higher in webinar group (p<0.05). Conclusion: The mental health promotion in the form of a webinar improves knowledge, but does not increase attitude towards mental disorder in third-year preclinical students of Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Tri Anggraeni
Abstrak :
Pendahuluan: Stigmatisasi terhadap orang dengan gangguan jiwa cukup tinggi di kalangan penyedia layanan kesehatan, termasuk mahasiswa kedokteran. Penelitian ini menganalisis dampak promosi kesehatan jiwa terhadap stigma kesehatan jiwa pada mahasiswa kedokteran tahun ketiga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan menggunakan data dari mahasiswa kedokteran tahun ketiga (N=132), dibagi menjadi kelompok intervensi (n=66) dan kontrol (n=66). Kelompok intervensi menerima satu kali webinar tentang kesehatan mental. Tingkat stigma dinilai menggunakan kuesioner MICA-4. Hasil: Prevalensi stigma kesehatan jiwa dari kuesioner pre-test sebesar 18,94%, dengan cutoff-point 48. Tingkat stigma tertinggi pada post-test terdapat pada pertanyaan 6, faktor 2, dan faktor 3. Pada kelompok intervensi, skor MICA menurun dari median 42 menjadi 39 dengan perbedaan yang signifikan secara statistik (p=0,001), sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,951) pada kelompok kontrol. Kesimpulan: Stigma yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah terkait pengetahuan tentang penyakit jiwa, kesediaan untuk mengungkapkan penyakit jiwa sendiri, dan stigma terhadap anggota keluarga atau teman pasien psikiatri. Studi ini menunjukkan bahwa promosi kesehatan mental melalui webinar menunjukkan penurunan yang signifikan dalam stigma kesehatan mental di kalangan mahasiswa kedokteran tahun ketiga. ......Introduction: Stigmatization of people with mental illnesses is high among health care providers, including medical students. This study analyzes the impact of mental health promotion on mental health stigma in third-year medical students of the Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. Methods: The research is a quasi-experimental study using data from third-year medical students (N=132), divided into intervention (n=66) and control (n=66) groups. The intervention group received a one-time webinar about mental health. The stigma level was assessed using the MICA-4 questionnaire. Results: The prevalence of mental health stigma from the pre-test questionnaire is 18.94%, with a cutoff point of 48. The highest stigma level on post-test was found on question 6, factor 2, and factor 3. In the intervention group, the MICA score decreased from median 42 to 39 with a statistically significant difference (p=0.001), while there was no significant difference (p=0.951) in the control group. Conclusion: The most common stigma found in this study is related to knowledge of mental illness, willingness to disclose their own mental illness, and stigma towards family members or friends of psychiatric patients. This study demonstrates that mental health promotion using webinar shows a significant reduction in mental health stigma among third-year medical students.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library