Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ferry Joel Bolang
"ABSTRAK
Latar Belakang: Diagnosis dari fraktur mandibula diperlukan pemeriksaan klinis dan evaluasi radiologi yang akurat. Pemeriksaan radiolografis diperlukan untuk pemeriksaan ketebalan tulang dan evaluasi dari kondisi tulang tersebut, sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya kerusakan struktur anatomi tulang antara lain cedera akar gigi dan kanalis mandibula.CBCT merupakan radiografis teknologi digital tiga dimensi yang dapat digunakan untuk melihat kondisi tulang tersebut. Tujuan: Mengetahui ketebalan tulang kortikal bukal dan tulang bukal pada regio gigi C P1 P2, serta ketebalan tulang kortikal regio foramen mental yang diukur menggunakan CBCT pada pria jika dibandingkan dengan wanita. Metode Penelitian: 32 sampel penelitian terdiri dari 16 pria dan 16 wanita yang merupakan pasien di RSGM RE Martadinata Ladokgi. Hasil foto radiografis CBCT dilakukan pengukuran ketebalan tulang kortikal bukal, tulang bukal pada regio gigi C P1 P2, dan ketebalan tulang kortikal regio foramen mental. Hasil: Ketebalan tulang kortikal bukal dan tulang bukal regio gigi C P1 P2, serta ketebalan tulang kortikal regio foramen mental jika dibandingkan antara pria terhadap wanita terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) dimana pada pria menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan pada wanita. Kesimpulan: Ketebalan tulang kortikal bukal dan tulang bukal regio gigi C P1 P2, serta ketebalan tulang kortikal regio foramen mental yang diukur menggunakan CBCT menunjukkan hasil yang berbeda antara pria dan wanita.

ABSTRACT
Background: Accurate clinical examinations and radiographic evaluations are required to construct a proper diagnosis for mandibular fractures. To reduce risks of anatomical bone damages such as injuries to dental roots or mandibular canal, radiographic examinations are suggested to determine bone thickness and evaluate bone conditions. CBCT is a digital 3D radiographic technology used in such circumstances. Aim: To determine mandibular buccal cortical bone and buccal bone thickness in canine, first premolar and second premolar region and cortical bone thickness in mental foramen region under gender differentiation using CBCT. Research Method: 32 subjects comprised of 16 male and 16 female patients from RSGM RE Martadinata Ladokgi Hospital; with CBCT radiographs analyzed to determine mandibular buccal cortical bone and buccal bone thickness in canine, first premolar and second premolar region and cortical bone thickness in mental foramen region. Results: There is a significant differences (p<0.05) between females? and males? thickness of mandibular buccal cortical bone and buccal bone in canine, first premolar and second premolar region and the thickness of cortical bone in mental foramen region. Male subjects was found to have greater number of thickness compared to those of females?. Conclusion: Determination of mandibular buccal cortical bone and buccal bone thickness in canine, first premolar and second premolar region and cortical bone thickness in mental foramen region under different gender using CBCT, showed a different result."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fawnia Raissa Azzahra
"Latar belakang: Terdapat banyak tindakan Kedokteran Gigi yang dilakukan di daerah foramen mental serta adanya risiko komplikasi cedera neurovaskular. Foramen mental memiliki letak bervariasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ras dan jenis kelamin. Mengetahui normal range letak foramen mental merupakan hal yang penting diketahui klinisi untuk mengurangi resiko cedera saat perawatan. Tujuan: Mengetahui nilai rata-rata dan membandingkan jarak foramen mental terhadap puncak tulang alveolar pada kelompok laki-laki dan perempuan berusia 20-40 tahun di RSKGM FKG UI. Metode: Dilakukan pengukuran nilai jarak dengan membuat garis tegak lurus antara garis singgung pada batas superior foramen mental dan garis singgung pada puncak tulang alveolar, di mana garis-garis singgung tersebut sejajar dengan batas bawah mandibula pada 140 radiograf panoramik digital yang dibagi menjadi kelompok laki-laki dan perempuan berusia 20-40 di RSKGM FKG UI menggunakan software viewer Microdicom. Kemudian dilakukan uji reliabilitas intraobsever dan interobserver dengan uji ICC dan uji komparatif dengan uji T-test Independen. Hasil: Berdasarkan pengukuran diperoleh rata-rata dan standar deviasi pada kelompok laki-laki berusia 20-40 tahun adalah 15.60 ± 1.73 mm dan pada kelompok perempuan berusia 20-40 tahun adalah 15.12 ± 1.97 mm. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara nilai rata-rata jarak foramen mental terhadap puncak tulang alveolar pada kelompok laki-laki berusia 20-40 tahun dan kelompok perempuan berusia 20-40 tahun di RSKGM FKG UI.

Background: There are a lot of dental treatments involving mental foramen and a risk of neurovascular injuries as the complication from the treatments. Mental foramen varies in position based on several factors including race and gender. Knowing the position range of mental foramen is essential to prevent injuries during dental treatment. Objective: To elicit and compare the mean distance of mental foramen to alveolar crest in male and female aged 20-40 years old at RSKGM FKG UI. Method: This study is utilizing 140 digital panoramic radiographs divided into male group and female group aged 20-40 years old in RSKGM FKG UI. Samples were measured by making a perpendicular line to tangent line of mental foramen’s superior border and tangent line of alveolar crest which both tangent lines are parallel to inferior border of the mandible. Samples were measured directly on the digital panoramic viewer software (Microdicom). Then, carry on with the reliability test for both intraobserver and interobserver with ICC test and comparative test with Independent T-test. Results: Average and standard deviation for mean distance of mental foramen to alveolar crest in male group aged 20-40 years is 15.60 ± 1.73 mm and in female group aged 20-40 years is 15.12 ± 1.97 mm. Conclusion: There is no significant difference between the mean distance of mental foramen to alveolar crest in male aged 20-40 years and in female aged 20-40 years at RSKGM FKG UI"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki
"ABSTRAK
Mandibula merupakan salah satu tulang yang penting dalam Forensik Odontologi untuk estimasi jenis kelamin. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan sudut gonion, jarak inferior foramen mentalis, dan tinggi ramus mandibula pada pria dan wanita. Metode penelitian dilakukan analisis radiomorfometri pada 200 radiograf panoramik. Hasil penelitian menunjukkan besar sudut gonion pria 121.8 , wanita 125.5 , jarak inferior foramen mentalis pria 14.73 mm, wanita 13.35 mm, tinggi ramus mandibular pria 56.82 mm, wanita 51.37 mm. Tingkat akurasi persamaan regresi ketiga variabel sebesar 83.5 . Kesimpulan, adanya perbedaan signifikan besar sudut gonion, foramen mentalis, dan tinggi ramus mandibular pada pria dan wanita
ABSTRACT
Mandibular bone has important role for sex determination in Odontology Forensic investigations. The aim of this research is to analyze gonial angle, mental foramen, and mandibular ramus height. Radiomorphometric analysis was performed in this research on 200 panoramic radiographs. Result of this research demonstrate gonion angle in men are 121.8 whereas 125.5 in women, inferior distance of mental foramen in men are 14.73 mm and 13.35 mm in women, mandibular ramus height in men are 56.82 mm and women are 51.37 mm. Regression equation of three variables has 83.5 accuracy. Conclusion, there is significant difference between male and female for gonial angle, mental foramen, and mandibular ramus height. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library