Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Jakarta: FSUI, 1992
499.221 UNI s (1);499.221 UNI s (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Agustini
"Menurut Alisyahbana (1957: 55-61) bahasa Melayu Tionghoa adalah bahasa melayu rendah yang dicampuri istilah-istilah Tionghoa dan dipergunakan oleh babah-babah di jawa dalam surat-surat kabar dan karya mereka dan berbahasa Melayu-Tionghoa dinamakan karya sastra Melayu-Tionghoa. Menurut Kio Joe Lan (1962:13) karya sastra Melayu-Tionghoa berlangsung dari tahun-tahun pecahnya perang Pasifik. Hal yang diteliti penulis bukanlah karya sas_tranya, melainkan bahasanya, khususnya pola frase yang khas dalam bahasa Melayu-Tionghoa. Ini disebabkan menurut pengetahuan penulis, selama ini belum ada yang meneliti bahasa ini secara mendalam, yang ada adalah penelitian sepintas, yang diteliti secara mendalam adalah tentang karya sastranya. Sementara di lain pihak, penulis melihat bahwa bahasa Melayu-Tionghoa menpunyai sifat-sifat yang khas (berbeda) dari bahasa Indonesia. Jadi, tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kekhasan pola frase bahasa Melayu-Tionghoa, serta sejauh mana perbedaanya dengan bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini penulis memakai konsep Ha_rimurti Kridalaksana yang terdapat dalam buku beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia (1988). Data dikumpulkan dengan memakai metode sampel. Penulis mengambil 10% frase Yang khas dari tiap bab ketiga buah novel asli yang berasal dari ketiga zaman karya sastra Melayu-Tionghoa menurut Nio Joe Lan (1962 : 32). Data yang telah dikunpulkan kemudian dikelompokkan berdasarkan kategorisasinya, dan setelah itu dikelompokkan berdasarkan persamaan pola frasenya. Baru setelah itu penulis mulai menganalisis kekhasannya. Kesimpulan yang didapatkan antara lain: (1) Urutan kata berpola M-D ternyata persentasinya kecil sekali dibandingkan frase berpola D-M, yaitu pola urutan kata di dalam bahasa Indonesia. (2) Hal yang sangat menonjol di dalam pola frase BHT ada_lah ketidak konsistenan pemakaian kata, partikel, im_buhan, tidak dapat diramalkan kapan biasanya muncul. Di dalam bahasa melayu-tionghoa tidak ada patokan pasti, bersifat mana suka, tata bahasan kacau. Hal ini berbeda sekali dengan bahasa lndonesia. (3) Oleh karena inilah,penulis dalam menentukan makna dan melihat padanannya dalam polo frase bahasa Indone_sia harus melihat dulu pada koteksnya."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Thomas Rieger
"Kwee Tek Hoay (untuk selanjutnya disingkatkan 'KTH') lahir pada tahun 1886 di Bogor dan meninggal pada tahun 1951 di Cicurug/Jawa Barat. Antara tahun 1919 dan 1937 ia menciptakan sebelas buah drama. disamping berbagai karya fiksi dan non-fiksi lainnya. Dengan demikian KTH merupakan pengarang drama yang paling produktif dalam sastra Me1ayu--Tionghoa. Karya drama perdananya, Allah jang palsoe (Kwee Tek Hoay, 1919) juga merupakan salahsatu drama modern paling awal yang diciptakan dalam bahasa Melayu, mendahului karya pengarang pelopor lainnya seperti Ang Jan Goan dan Lauw Giok Lan di bidang sastra Melayu-Tionghoa secara khususnya dan Roestam Effendi, Muhammad Yamin dan Sanusi Pane di bidang sastra Indonesia secara umumnya untuk beberapa tahun. Sesuai dengan judul penelitian ini, Kwee Tek Hoay sebagai Dramawan, pembahasan tidak akan terbatas pada karya drama KTH saja, melainkan akan juga mencakup novel dan karya non-fiksi_nya yang dapat menjelaskan sosok pengarang itu. Perluasan 'korpus' itu perlu, mengingat bahwa bukan hanya beberapa novel KTH mempunyai judul yang mengandung kata 'drama' mengambil dunia teater sebagai latar atau disisipi dengan ulasan KTH mengenai 'Drama Melayu', melainkan justru sebuah novelnya, Boenga Roos dari Tjikembang, menjadi 'drama' KTH yang paling sering dipentaskan dan bahkan difilmkan (Salmon, 1981: 211)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11082
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2002
899.221 KES
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2003
899.221 KES
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Oscar Mulyadhi Nurfalah
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas novel Bunga Roos Dari Cikembang karya Kwee Tek Hoay yang mengisahkan jalan hidup seorang keturunan Tionghoa, Ay Tjeng. Kehidupan Ay Tjeng selalu bersinggungan dengan para perempuan yang memiliki keterkaitan dengan budaya pernyaian; Martini, Gwat Nio, dan Roosminah. Para perempuan ini tidak digambarkan sebagai objek yang memiliki derajat lebih rendah, melainkan digambarkan bersifat baik, berbudi pekerti dan pandai. Penulis ingin mengungkap adanya pergeseran citra perempuan sebagai nyai melalui ketiga tokoh perempuan tersebut serta memperlihatkan gambaran budaya pernyaian pada zaman kolonial, khususnya di Jawa Barat, yang terlukis dalam cerpen Bunga Roos Dari Cikembang. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitis serta pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk mengetahui hubungan novel Bunga Roos Dari Cikembang dengan konteks dunia nyata. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pergeseran citraan perempuan sebagai nyai dan juga keturunannya dalam novel ini, berbeda dengan novel-novel Melayu Tionghoa sejenis yang mengandung unsur pernyaian.

ABSTRACT
This study discusses the novel Bunga Roos Dari Cikembang by Kwee Tek Hoay which tells the life of Chinese descent, Ay Tjeng. Ay Tjeng rsquo s life are always in contact with women who have cultural links with a nyai Martini, Gwat Nio, and Roosminah. These women are not portrayed as objects that have a lesser degree, but portrayed as a decent woman, well mannered and also smart. The author would like to reveal a shift in the image of women as a nyai and their offspring through the three female figures and showed a picture of a concubinage in colonial times, especially in West Java, which is illustrated in this story. This research was conducted with descriptive analytical method and approach of sociology of literature. Literary sociological approach is used to determine the relationship of the novel Bunga Roos Dari Cikembang with real world context. The research proves that there is a shift of images of women as a nyai and their offspring in this novel, in contrast to the other Malay Chinese novels with a similar content."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Sahara
"Berlatar belakang belum adanya kajian linguistik tentang kata sapaan dari karya sastra Indonesia-Tionghoa, maka disusunlah beberapa masalah. Pertama, variasi kata sapaan apa saja yang terdapat dalam novel Indonesia-Tionghoa dan apakah pemakaian kata sapaan tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial. Kedua, apakah ada kata sapaan khusus yang mewakili pembauran antarbangsa, terutama melalui hubungan kekasih dan apakah pelapisan sosial pada masa kolonial berpengaruh dalam pemakaian kata sapaan tadi. Dengan menggunakan enam novel sebagai bahan kajian, maka penganalisisan korpus dilakukan berdasar hubungan antar patisipan dan latar masyarakat pada masa itu. Faktor bahasa yang digunakan oleh para tokoh yang bermain dalam novel juga tidak luput dari penganalisisan. Setelah penganalisisan dilakukan, diperoleh beberapa hasil yang patut dicatat. Pertama, kata sapaan yang digunakan bervariasi jenisnya, pemakainya, dan bahasa yang dipakai. Kedua, faktor-faktor seperti status, kedudukan, kekayaan, dan usia yang dimiliki oleh partisipan kedua menjadi hal yang patut diperhitungkan pada saat pemakaian kata sapaan. Ketiga, sistem pelapisan sosial pada masa kolonial berperan dalam pemilihan kata sapaan sehingga tidak ada sapaan khusus yang mewakili hubungan kekasih berlainan bangsa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S10916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas sistem kapitalisme pengusaha Tionghoa dalam kegiatan berdagang yang mendominasi sektor ekonomi di Indonesia. Berdasarkan penelitian, tokoh Hong Liang menjadi pemicu konflik karena dirinya tidak menerapkan asas-asas Siang Hwee dan Sariket Dagang Pertengahan sebagai perkumpulan dagang etnis Tionghoa. Hong Liang mengembangkan bisnis secara independen dan memanfaatkan berbagai cara untuk menguasai sektor ekonomi dan mengeruk laba sebesar-besarnya. Liem Khing Hoo sebagai pengarang cerita Masyarakat mencirikan minoritas Tionghoa melalui sebuah kisah yang merupakan cermin realitas kehidupan pada abad ke-20.

ABSTRACT
This thesis discusses capitalism system from a Chinese entrepreneur in trading activity that had dominated the economy aspect in Indonesia. According to the research, Hong Liang became the conflict trigger because he could not assign Siang Hwee and Sariket Dagang Pertengahan rsquo s principles to associate with Chinese commerce. Hong Liang developed a business independently and didsome ways to conquer economy aspect in Indonesia and get the highest profit. As the story teller, Liem Khing Hoo characterizes the minority of Chinese by a story that reflects the society in 20th century. "
2017
S69780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>