Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luzi Adriyanti
Abstrak :
Latar belakang: Salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh mereka yang mengalami gangguan jiwa adalah masalah stigma. Berbagai upaya dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan stigma yang ada pada gangguan jiwa. Salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui pendidikan. Pengetahuan mengenai psikiatri diterima oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam tiga tahap selama mereka menjadi peserta didik. Tahap pertama adalah pada awal pendidikan yaitu tingkat I kemudian pada tingkat III selanjutnya pada tingkat IV dan V yaitu pada tahap akhir pendidikan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran peranan pendidikan psikiatri terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa FKUI terhadap psikiatri, gangguan jiwa dan profesi psikiater. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran yaitu kuantitatif dan kualitatif. Bentuk penelitian kuantitatif adalah studi observasional (non eksperimental), bersifat deskriptif, cross sectional. Sampel adalah semua mahasiswa FKUI tingkat I, III dan VI yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dengan memilih sepuluh mahasiswa tingkat I, sepuluh mahasiswa tingkat III dan sepuluh mahasiswa tingkat VI. Hasil: Terdapat peningkatan pengetahuan dan peningkatan sikap terhadap psikiatri, gangguan jiwa dan profesi psikiater sejalan dengan peningkatan paparan psikiatri yang diterima. Terdapat persepsi yang salah bahwa guna-guna sebagai penyebab gangguan jiwa, obat-obat psikiatri menyebabkan ketergantungan dan menurunkan kualitas hidup pasien. Ilmu psikiatri sulit, tidak jelas dan kurang ilmiah, pengertian yang kurang tepat mengenai psikoterapi dan pemahaman yang kurang sesuai mengenai profesi psikiater. Simpulan: Peningkatan pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap psikiatri cukup sesuai dengan paparan yang diterima pada tiap tingkat akademis. Terdapat persepsi yang salah mengenai etiologi dan penatalaksanaan di bidang psikiatri serta pemahaman profesi psikiater.
Background: One of the biggest problem faced by mentally disordered person is the problem of stigma. There venous attempts to erase or to minimize the stigma. One of the steps taken was through education. The knowledge of psychiatry is taught to die medical students of Faculty of Medicine of University of Indonesia (Fakullas Kedokteran Universitas Indonesia, FKUI) in three phases during their study. The first phase is at the beginning of the study, the second phase is at the third year and the final phase is at the end of their study, to enable have them to sufficient psychiatric exposure. Aims: This study is to know and to obtain the role of psychiatric education to the knowledge and attitude of the medical students in Faculty of Medicine of University of Indonesia towards psychiatry, mental disorder and psychiatric profession. Methods: Quantitative and qualitative methods were used in this study. The first method is observational (non experimental), cross sectional and descriptive study. Sample consisted of all the first, third and sixth year medical students who fulfilled the inclusion criteria. A qualitative study was done through deep interview technique to ten students ranging from the first, the third and sixth year students. Results: There was an increase of knowledge and increase of attitude to psychiatry, mental disorder and psychiatric profession in line with the increase of the psychiatric exposure being received. There was a wrong perception that "witch craft" was the etiology of mental disorder, psychiatric medicine cause addiction and decrease the quality of life of the patients. Psychiatry is a difficult science and not scientific enough, incorrect understanding about psychotherapy and insufficient understanding about psychiatric profession. Conclusion: The increase of the knowledge and attitude toward psychiatry fitted with the exposure received in each academic year. There were wrong perceptions concerning the issues of etiology and treatment in psychiatry, as well as the misunderstandings about the psychiatry profession.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Bunga Nafara
Abstrak :
Pendahuluan: Pembelajaran klinik pada pendidikan kedokteran harus mengalami perubahan yang drastis akibat terjadinya pandemi COVID-19, yaitu transisi dari sistem pendidikan tradisional menuju ke sistem daring yang mengakibatkan hilangnya dan berkurangnya pengalaman keterampilan klinis yang diperoleh mahasiswa. Transisi yang tiba-tiba mengakibatkan mahasiswa harus beradaptasi secara cepat tanpa tersedianya panduan dan sumber daya yang memadai. Proses adaptasi ini menjadi tantangan tersendiri dan memegang peran penting dalam keberhasilan pendidikan klinis. Tujuan: Mengeksplorasi adaptasi mahasiswa dalam pembelajaran bauran pada pendidikan kedokteran tahap klinis di masa pandemi COVID-19. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi kualitatif fenomenologi. Data dikumpulkan melalui focus group discussion (FGD) dengan 33 mahasiswa yang terbagi dalam empat sesi. Data diolah dengan metode analisis tematik. Untuk memastikan trustworthiness dilakukan triangulasi peneliti dan member checking. Analisis dilakukan berdasarkan tema yang muncul. Hasil: Terdapat 9 tema dalam 3 kategori. Kategori pertama yakni perubahan yang terjadi pada pembelajaran klinis di masa pandemi yang terdiri dari perasaan mahasiswa, perubahan pada sistem pembelajaran klinis dan kendala yang ditemui. Kategori kedua adalah persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran bauran pada pendidikan klinis di masa pandemi COVID-19 yang terdiri dari keunggulan dan kekurangan dari pembelajaran bauran. Kategori ketiga yaitu adalah adaptasi mahasiswa dalam pembelajaran bauran di masa pandemi COVID-19 yang terdiri dari tema adaptasi mahasiswa terhadap kondisi pandemi dan adaptasi mahasiswa terhadap pembelajaran bauran. Kesimpulan: Mahasiswa melakukan upaya penyesuaian diri baik terhadap kondisi pandemi dan terhadap pembelajaran bauran. Mahasiswa memiliki persepsi dari keunggulan dan kekurangan pembelajaran bauran. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilannya dalam pembelajaran bauran ynag terdiri dari faktor internal dan eksternal. ......Introduction: Clinical teaching in medical education experienced drastic changes due to the COVID-19 pandemic. Without any available guideline and appropriate sources, the adaptation process become challenge for students and it is crucial to determine the success in clinical education. Purpose: To explore student adaptation in blended learning in clinical stage medical education during COVID-19 pandemic. Methods: This study used qualitative phenomenology design. Data was collected through focus group discussions (FGD) with 33 students divided into 4 sessions. Data were analyzed using thematic analysis methods. Triangulation and member checking were used to ensure trustworthiness. Results: There are 9 themes in 3 categories found in the study. First category is changes in clinical learning during pandemic which consist of changes in education system, student's emotional reactions and obstacles. Second category is medical student perception about blended learning during pandemic consist of benefits and burdens. Third category is student adaptation consist of student adaptation towards pandemic situation, adaptation towards blended learning, factors influencing and student expectations. Conclusion: Students made efforts to adapt both toward pandemic conditions and blended learning. Students identified benefits and burdens using blended learning model. Some factors influence their success in blended learning which consists of internal and external factors.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prathama Wibisono
Abstrak :
ABSTRAK
Background Mental emotional disorder becomes one of among top five sources of premature death and disability in many countries around the globe. Several studies reveal that mental health problems are very common among the college student, resulting almost half of college students population having mental health problems. The aim of this study is to find out the prevalence of mental emotional disorder among the first year medical and also to identify whether or not the trend of mental emotional disorder is increase in medical student after 1 year of medical education.Methods The total population of this study is 44 people that consist of men and women aged range from 18 to 24 years from international class medical students in the third semester. This study used the pre post study design. In addition, this study rsquo s population is the international class medical students of Universitas Indonesia Batch 2015. They underwent SRQ 20 both in the beginning of medical education and after 1 year of medical education which is in 2015 and 2016 respectively. In addition, they also conducted Holme Rahes questionnaire and open questions in 2016 after 1 year of medical education.Results The prevalence of mental emotional disorder is 34.1 of total population after 1 year of medical education. Meanwhile, the frequency of mental emotional disorder in 2015 of this population is none. There are some changes comparing mental emotional disorders in 2015 and 2016 that the changes of differences in mean score of 5.909.
ABSTRAK
Gangguan mental-emosional menjadi salah satu dari 5 sumber penyebabnya kematian dini dan kecacatan di beberapa negara seluruh dunia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental sangat banyak ditemukan pada mahasiswa, yaitu hampir setengah dari setengah populasi mahasiswa mempunya masalah kesehatan mental. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan prevalensi gangguan mental-emotional pada mahasiswa kedokteran tahun pertama dan mengidentifikasi apakah kecenderungan gangguan mental-emosional akan bertambah pada mahasiswa kedokteran setelah menjalani satu tahun pembelajaran ilmu kedokteran.Metode: Total populasi dari penelitian ini adalah 44 mahasiswa yang terdiri atas pria dan wanita rentang umur mulai dari 18 sampai 24 tahun dari mahasiswa kedokteran kelas internasional semester tiga. Penelitian ini memakai pre dan post desain. Selanjutnya, populasi pada penelitian ini adalah mahasiwa kedokteran kelas internasional Universitas Indonesia angkatan 2015. Mereka telah melakukan pengisian kuisioner SRQ-20 saat mereka memulai pembelajaran kedokteran pada tahun 2015 dan setelah mereka melewati 1 tahun pertama pembelajaran kedokteran pada tahun 2016. Setelah itu, mereka juga telah mengisi kuisioner Holme-Rahes dan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada tahun 2016 setelah 1 tahun pertama pembelajaran kedokteran.Hasil: Prevalensi dari gangguan mental-emotional adalah 34.1 dari total populasi penelitian ini setelah menjalani 1 tahun pertama pembelajaran kedokteran. Selain itu, frekuensi gangguan mental-emosional pada populasi penelitian ini tahun 2015 tidak ada. Terdapat beberapa perubahan saat membandingkan gangguan mental-emosional pada tahun 2015 dan 2016, yaitu perubahan dari rata-rata nilai sebesar 5.909
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laureen Celcilia
Abstrak :
Latar belakang: Mahasiswa kedokteran tidak jarang mengalami tekanan selama pendidikannya yang dapat mengakibatkan depresi serta mengganggu kualitas tidur, terutama selama pandemi Covid-19. Depresi pada mahasiswa kedokteran dapat memberikan dampak buruk, seperti penurunan performa akademik, penurunan kemampuan bersosialisasi, dan penurunan kemampuan manajemen waktu belajar Kualitas tidur yang baik diperlukan untuk meningkatkan kinerja, prestasi, dan menghindari berbagai masalah kesehatan. Metode: Subjek penelitian ini adalah mahasiswa FKUI tahap klinik. Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) digunakan untuk menilai kualitas tidur dan The Center for Epidemiologic Studies Deppresion Scale Revised (CESD-R) untuk menilai gejala depresi. Data primer diolah menggunakan SPSS 26.0 dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji korelasi Spearman. Hasil: Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, didapatkan sebanyak 16,4% (n=24) subjek penelitian mengalami depresi. Selain itu, sebanyak 63,7% (n=93) subjek penelitian memiliki kualitas tidur yang buruk. Persebaran data skor depresi dan skor kualitas tidur didapatkan tidak normal (p=0,000). Kualitas tidur dan gejala depresi memiliki korelasi positif yang signifikan secara statistik pada mahasiswa FKUI tahap klinik (r=0,419; p=0,000). Simpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara gejala depresi dengan kualitas tidur pada mahasiswa FKUI tahap klinik dengan koefisien korelasi positif dan kekuatan sedang. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan mengembangkan program yang mendukung kualitas tidur untuk meningkatkan kesehatan mental mahasiswa. ......Introduction: Medical students often experience pressure during their education which can lead to depression and poor sleep quality, particularly during the Covid-19 pandemic. Depression can negatively impact medical students, such as decreased academic performance, decreased social skills, and decreased study time management skills. Good sleep quality is needed to improve performance, achievement, and avoid various health problems. Methods: The study was done in a cross-sectional manner with primary data taken from Faculty of Medicine Universitas Indonesia (FMUI) clinical students. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire was used to assess sleep quality and the Center for Epidemiological Studies Depression Scale Revised (CESD-R) questionnaire for depressive symptoms. Primary data were analyzed using SPSS 26.0 with Kolmogorov- Smirnov normality test and the Spearman correlation test. Results: Based on CESD-R, 16.4% (n=24) of the subjects were depressed. In addition, based on PSQI, 63.7% (n=93) study subjects had poor sleep quality. The data distribution on depression scores and sleep quality scores was found to be abnormal (p=0.000). Sleep quality and symptoms of depression had a statistically significant positive correlation in clinical FMUI students (r=0.419; p=0.000). Conclusion: This study concluded that there is a significant correlation between symptoms of depression and sleep quality in clinical FMUI students, with a positive and moderate strength correlation coefficient. Prevention can be done by developing programs that support sleep quality to improve students' mental health.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkiya Purwati Ariviani
Abstrak :
Pendahuluan: Mahasiswa kedokteran klinik mengalami banyak tantangan selama studinya yang membuat mereka rentan mengalami burnout. Burnout adalah keadaan kelelahan fisik, emosional dan mental karena keterlibatan jangka panjang dalam situasi yang menuntut. Di antara faktor-faktor yang dapat berkontribusi pada pengembangan burnout, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, tahun pendidikan klinik, dan kepribadian dengan burnout pada mahasiswa klinis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang pada 187 mahasiswa klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kepribadian akan dinilai oleh kuesioner Big Five Inventory (BFI) dan burnout akan dideteksi oleh kuesioner Copenhagen Burnout Inventory (CBI). Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 24. Hubungan antara jenis kelamin dan tahun pendidikan klinik dianalisis menggunakan Independent T-Test dan hubungan antara kepribadian dengan burnout dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil: Prevalensi burnout Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mencapai 30,5%, dengan skor lebih tinggi pada perempuan (44,08 ± 13,47) dibandingkan laki-laki (39,20 ± 15,55) dan lebih tinggi pada mahasiswa tahun pertama (44,11 ± 14,03) dibandingkan tahun kedua. mahasiswa klinis (39,90 ± 14,82). Terdapat korelasi positif yang tinggi antara neuroticism dengan burnout (r = 0,61, p = 0,00), korelasi negatif yang rendah antara conscientiousness dengan burnout (r = -0,358, p = 0,00), korelasi negatif yang rendah antara extraversion (r = - 0,223, p = 0,003), dan korelasi negatif yang sangat rendah antara agreeableness dengan burnout (r = -0,175, p = 0,017). Kesimpulan dan Rekomendasi: Pada penelitian ini ditemukan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, tahun pendidikan klinik, dan kepribadian (neuroticism, conscientiousness, extraversion, dan agreeableness). Oleh karena itu, kelompok rentan burnout pada mahasiswa kedokteran klinik dap ......Introduction: Clinical medical student experienced many challenges during their studies which made them prone to experience to burnout. Burnout is a state of physical, emotional and mental exhaustion due to long term involvement in demanding situations. Among the factors that may contribute to the burnout development, this study is aiming to know the association between gender, clinical year, and personality with burnout in clinical students of Faculty of Medicine University of Indonesia. Method: This is a cross-sectional study among 187 clinical student of Faculty of Medicine University of Indonesia. Personality will be assessed by Big Five Inventory (BFI) questionnaire and burnout will be detected by Copenhagen Burnout Inventory (CBI). The collected data will be analyzed using Statistical Package for Social Sciencess (SPSS) version 24. Association between gender and clinical year were analyzed using Independent T-Test and association between personality and burnout were analyzed using Spearman’s correlation test. Results: The burnout prevalence of Faculty of Medicine University of Indonesia reach 30.5%, with higher score in female (44.08 ± 13.47) compared to male (39.20 ± 15.55) and higher in first clinical year students (44.11 ± 14.03) compared to second year clinical student. (39.90 ± 14.82). There is a high positive correlation between neuroticism with burnout (r = 0.61, p = 0.00), a low negative correlation between conscientiousness with burnout(r = -0.358, p = 0.00), a low negative correlation between and extraversion with burnout (r = -0.223, p = 0.003), and a very low negative correlation between agreeableness with burnout (r = -0.175, p = 0.017). Conclusion and Recommendation: This study revealed a significant correlation between gender, clinical year, and personality (neuroticism, conscientiousness, extraversion, and agreeableness). Hence, vulnerable groups of clinical medical student can be detected and given more attention. Stress management and clinical year preparation materials could also be given to the students before entering clinical year, so they are more prepared mentally. Further research regarding job-related burnout in clinical year medical student can be established to explore the situational factors of burnout
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Rahmadika Akbar
Abstrak :
ABSTRAK
Lingkungan pembelajaran pada pendidikan kedokteran menentukan kesuksesan akademik mahasiswa. Akan tetapi, pendidikan kedokteran merupakan sumber terbesar yang menyebabkan mahasiswa stres, selain masalah pribadi, finansial ataupun masalah keluarga. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran dengan tingkat stres mahasiswa. Penelitian ini merupakan studi dengan desain potong lintang, dilaksanakan mulai dari Desember 2016 sampai Juni 2017, melibatkan mahasiswa tingkat I, II, III dan IV Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah (FK UNBRAH), Padang, dengan total jumlah mahasiswa 595 orang. Persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran dinilai menggunakan kuesioner Dundee Ready Educational Environment Measure (DREEM) dan tingkat stres mahasiswa dinilai dengan kuesioner Depresion Anxiety Stress Scale (DASS) 42. Kedua kuesioner telah tervalidasi dan tersedia dalam Bahasa Indonesia. Responden yang terlibat dalam penelitian ini sejumlah 477 (80,1%). Persepsi seluruh mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran didapatkan nilai median 132(92-200), yang bermakna "lebih banyak positif dibandingkan negatif". Terdapat perbedaan bermakna persepsi mahasiswa tingkat I terhadap lingkungan pembelajaran dengan tingkat lainnya. Tingkat stres mahasiswa FK UNBRAH termasuk kategori normal. Hubungan persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran dan tingkat akademik bermakna dengan korelasi negatif sangat lemah (p<0,05). Semakin baik persepsi mahasiswa terhadap lingkungan pembelajaran, semakin rendah tingkat stres mahasiswa.
ABSTRACT
Learning environment in medical education is one of several aspect determine students' academic success. The medical education itself has been the biggest source of depression or stress for students, besides personal, financial, or family problems. The purpose of this study is to assess the correlation between students' perception about their learning environment and their stress levels. This study was a cross sectional study, conducted from December 2016 to April 2017, involving the 1st, 2nd, 3rd, 4th year students of the Faculty of Medicine, Baiturrahmah University (FK UNBRAH), Padang, with a total of 595 students. Students' perceptions on their learning environment were assessed using the Dundee Ready Educational Environment Measure (DREEM) questionnaire and the student stress level was assessed by the questionnaire of Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). Both questionnaires have been validated and available in Bahasa. Respondents involved in the study were 477 (80.1%). The median of the students's perceptions on their learning environment was 132 (92-200), which means "more positive than negative". Students' perceptions on learning environment between 1st year students with other academic year differed significantly. The median value of student stress level was categorized as normal. There was no statistically significant difference in stress level based on academic level and gender. The correlation between students' perception toward learning environment and academic level was found to be significant with very weak negative correlation (p<0,05). The better students' perception of the students to the learning environment, the lower the stress level.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marco Raditya
Abstrak :
Introduksi: Burnout stress adalah sebuah masalah yang sedang berkembang di antara mahasiswa kedokteran, dengan prevalensi saat ini berjenjang dari 45-71%. Kondisi ini berpengaruh terhadap keadaan psikologis dan fisiologis, dan berdampak negatif pada kesehatan dan produktivitas. Studi terkini menunjukkan bahwa aktivitas fisik berpotensi mengurangi burnout. Dengaan begitu, studi ini dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat burnout dan tingkat aktivitas fisik, terutama pada mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia.  Metode: Sebuah studi potong lintang dilakukan kepada 318 mahasiswa yang dipilih secara stratified random sampling. Maslach Burnout Inventory General Survey (MBI-GS) digunakan untuk mengukur burnout, dan International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF) untuk aktivitas fisik. Tes korelasi dan regresi multipel dilaksanakan untuk menentukan hubungan antara seluruh variabel.  Hasil: Mayoritas mahasiswa memiliki burnout tingkat sedang secara keseluruhan dan aktivitas fisik tingkat sedang. Uji korelasi Spearman menunjukkan korelasi positif antara burnout aspek pencapaian individu dengan aktivitas fisik intensitas sedang (r=0.127, p=0.024), dan aktivitas fisik total (r=0.113, p=0.045). Namun, korelasi dengan depersonalisasi dan kelelahan emosional tidak dapat disimpulkan karena tidak signifikan secara statistik. Lalu, ditemukan asosiasi signfikan secara statistic antara aspek depersonalisasi dengan jenis kelamin (r=-2.411, p=0.016) dan program studi (r=1.007, p=0.001). Sementara itu, ditemukan bahwa minimal 40% mahasiswa mengalami burnout tingkat tinggi pada setidaknya satu aspek dan 25,7% memiliki tingkat aktivitas fisik rendah walaupun mayoritas mahasiswa memiliki tingkat sedang di keduanya. Selain itu, kondisi terberat dari kedua variabel dapat ditemukan pada mahasiswa tingkat 3. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara burnout stress bagian pencapaian individu dengan aktivitas fisik.
Introduction: Burnout stress is an emerging problem among medical students, with the current prevalence ranging from 45-71%. This condition affects both psychologically and physiologically, lowering health and productivity. Current studies suggest physical activity as a plausible mechanism to reduce burnout stress. Thus, this study is conducted to identify the relationship between burnout stress level and physical activity level, especially in preclinical medical students of Universitas Indonesia. Methods: A cross-sectional study is done on 318 students selected through stratified random sampling. The Maslach Burnout Inventory General Survey (MBI-GS) is used to measure burnout stress, along with the International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF) for physical activity. Correlation and multiple regression test are conducted to determine relationship between all variables. Results: Most students have an overall moderate burnout stress level and moderate physical activity level. Spearman correlation show statistically significant association between personal achievement with moderate-intensity (r=0.127, p=0.024), and total physical activity (r=0.113, p=0.045). Meanwhile, correlation on depersonalisation and emotional exhaustion are inconclusive due to statistically insignificance. On the other hand, statistically significant association between depersonalisation with both gender (r=-2.411, p=0.016) and study program (r=1.007, p=0.001) is present. Additionally, a minimum of 40% students have severe burnout on at least one aspect, while 25.7% have low physical activity level in spite of the moderate majority. In addition, both conditions are most severe among grade III students. Conclusion: In conclusion, association between burnout stress and physical activity is present on personal accomplishment aspect.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Rania S.
Abstrak :
Salah satu persyaratan yang harus dimiliki mahasiswa kedokteran adalah kebugaran fisik agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Power merupakan salah satu aspek dari kebugaran yang berperan penting dalam kehidupan manusia, misalnya untuk menggerakan tubuh, memindahkan benda, dan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan power pada mahasiswa kedokteran laki-laki dan perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi FKUI dengan menggunakan 167 mahasiswa angkatan 2011 sebagai subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dan data diolah menggunakan uji deskriptif crosstabulation serta chi-square. Dari 56 mahasiswa laki-laki yang mengikuti percobaan, sebagian besar subjek memiliki power pada kategori average, yaitu sebanyak 28 orang (50%). Rerata tinggi lompatan pada subjek laki-laki adalah 50.76 cm. Dari 111 mahasiswa perempuan yang mengikuti penelitian, subjek paling banyak memiliki power pada kategori average, yaitu sebanyak 45 orang (40.54%). Rerata tinggi lompatan pada subjek perempuan adalah 34.92 cm. Dari analisis data didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,582. Dapat disimpulkan bahwa power tidak memiliki hubungan dengan jenis kelamin mahasiswa. ...... One of the requirements faced by medical student is to have a strong physique so that they can perform their daily activity optimally. Power is one of the aspects in fitness that plays an important role in human life, for example for body movement, to transfer an object, and others. The aim of this study is to find out the difference of power in male and female medical students. The study was conducted in the Physiology Laboratory FKUI, the subject consisted of 167 students sample from batch 2011. This study is using a cross-sectional methodology, and the data will be processed using descriptive cross-tabulation and chi-square test. From 56 male students taking the test, most of them can be categorized in average category with 28 students (50%). The average vertical jump result for the male students is 50.76 cm. From 111 female students participating in the test, most of them also resulted in average category with 45 students (40.54%). The average vertical jump result for the female students is 34.92 cm. This data analysis produced a significance result of 0.582, which means that power does not have any relationship between gender (male and female) in medical student.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dary Alhady Nugraha
Abstrak :
Turunnya tingkat fleksibilitas merupakan hal yang fisiologis seiring bertambahnya umur seseorang. Range of Motion pada seseorang yang mengalami penurunan tingkat fleksibiltas juga akan menurun karena adanya keterbatasan ruang gerak sendi. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi FKUI dengan menggunakan metode cross sectional yang melihat perbedaan tingkat fleksibilitas antara laki-laki dan perempuan berdasarkan nilai yang didapat dari hasil percobaan. Total sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah 149 sampel. Data diuji menggunakan SPSS 21 for Mac dan dilakukan uji deskriptif cross tabulation. Didapatkan sebanyak 39.6% laki-laki yang memiliki tingkat fleksiblitas excellent dan sebanyak 45.8% perempuan yang memiliki tingkat fleksibilitas excellent dengan perbedaan tingkat fleksibilitas 6.2% antara laki-laki dan perempuan. Hasil uji deskriptif cross tabulation ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat fleksibilitas antara laki-laki dan perempuan, dan lebih banyak perempuan yang mempunyai tingkat fleksibilitas dengan kategori excellent. Kesimpulan pada penelitian ini adalah perempuan lebih banyak memiliki tingkat fleksibilitas excellent daripada laki-laki. ...... The decline in the level of flexibility is a physiological thing as it ages face. Range of motion of someone who reduces levels of flexibility will also decrease due to the limitations of the joint space. This study was conducted at the Laboratory of Physiology, Faculty of Medicine , using a cross-sectional view of the differences in the degree of flexibility between men and women based on the value obtained from the experimental results. Total sample used for this test is 149 samples. Data is tested using SPSS 21 for Mac and descriptive test cros-tabulated. Accumulated as 39.6% of the men who have high levels of flexiblity, and the 45.8% of women who have excellent flexibility, with excellent flexibility rate 6.2% difference between men and women. Descriptive cross-tabulated test results show that there are differences in the degree of flexibility between men and women. The findings in this study were more women have excellent levels of flexibility as compared to men.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Putri Moegandi
Abstrak :

Pendahuluan: Gangguan tidur merupakan salah satu gangguan kesehatan dengan prevalensi tinggi di dunia. Salah satu contoh gangguan tidur dengan prevalensi terbanyak adalah obstructive sleep apnea. OSA diketahui dapat menyebabkan kantuk pada siang hari, sementara konsentrasi diperlukan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh risiko sleep apnea berdasarkan kuesioner Berlin terhadap performa akademik mahasiswa fakultas kedokteran. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian potong lintang. Penelitian dilakukan pada 135 mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada periode November 2018-2019. Risiko sleep apnea diukur menggunakan kuesioner Berlin, sementara performa akademik diukur melalui indeks prestasi semester. Analisis data menggunakan chi-square dan regresi logistik. Hasil: Risiko tinggi sleep apnea didapatkan pada 26% responden, dengan rincian risiko tinggi pada laki-laki sebesar 14.81% dan pada perempuan sebesar 5.92%. Performa akademik kurang baik ditemukan pada 30.3% responden. Terdapat hubungan antara risiko sleep apnea dengan performa akademik (p=0.00), dimana sebanyak 13.3% responden dengan risiko tinggi sleep apnea memiliki performa akademik kurang baik. Pada analisis multivariat ditemukan bahwa risiko tinggi sleep apnea merupakan faktor risiko dari performa akademik kurang baik (OR=4.6; p= 0.002). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara risiko sleep apnea yang diukur dengan Kuesioner Berlin dengan performa akademik Mahasiswa Fakultas Kedokteran.     


Introduction: Sleep disorder is one of the most prevalent health problem in the world. Ironically, medical student is one of the most vulnerable group in society to acquire sleep disorder. One example of the most prevalent sleep disorder is obstructive sleep apnea. OSA is known to cause daytime sleepiness which can affect concentration; meanwhile concentration is needed in a learning process. Therefore, the aim of this study is to assess the association of sleep apnea risk based on Berlin’s questionnaire towards the academic performance of medical student. Method: This study is done by using cross-sectional method to assess 135 preclinic medical student from Universitas Indonesia over the period of November 2018-January 2019. The risk of sleep apnea is assessed using Berlin Questionnaire, meanwhile academic performance is assessed by indeks prestasi (IP). Data analysis is done by chi-square and logistic regression test. Result: High risk of sleep apnea is found on 26% of the subject, with the details of 14.81% male and 5.92% female. There are 30.3% respondent who had poor academic performance. There is an association between the risk of sleep apnea and academic performance (p=0.0), where 13.3% respondents who have high risk of sleep apnea also have poor academic performance. On multivariate analysis, high risk of sleep apnea is proven to be a risk factor of poor academic performance (OR=4.6; p=0.02). Conclusion: There is an association between the risk of sleep apnea according to Berlin’s questionnaire and academic performance of medical students.

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>