Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saint Natalino Purba
"Deposit utama litium di Australia dapat ditemukan dalam bentuk spodumene. Karena tingkat kekerasan yang cukup tinggi dan resistensi terhadap proses peluluhan konvensional, bijih litium perlu diaktifkan terlebih dahulu sebelum proses hidrometalurgi dapat dilakukan. Tugas akhir ini bertujuan untuk meninjau kelayakan proses mekanokimia sebagai proses awalan untuk mengekstraksi litium dari spodumene. Riset ini melibatkan proses mekanik dan mekanokimia menggunakan planetary ball mill dengan kondisi yang berbeda diikuti dengan peluluhan diagnostik untuk menentukan efektivitas setiap rangkaian variabel. Riset ini menemukan korelasi antara durasi pengaktifan dan rasio bola dengan media terhadap peluluhan spodumene. Namun, peningkatan signifikan terhadap performa peluluhan belum tercapai.

Spodumene is the primary form of lithium deposit found in Australia. Due to its hardness and resistance to conventional leaching processes, an activation process must be done before hydrometallurgical leaching can be done. This project is done to assess the viability of mechanochemical process as a pre-treatment method of spodumene to recover lithium. The research involves both mechanical and mechanochemical activation of spodumene using a planetary ball mill under different conditions and a subsequent diagnostic leaching experiment to determine the effectiveness of each experimental condition. The research found correlation between milling time and ball to medium ratio on the leachability of the mineral in the experiment. However, a significant increase in leachability is not achieved.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Setyosambodo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kirstie Imelda Majesty
"ABSTRAK
Tulang rawan merupakan limbah yang dihasilkan industri perikanan dan peternakan di Indonesia. Tulang rawan merupakan sumber glikosaminoglikan (GAG) yang baik. GAG yang terkandung dalam tulang ikan sebagian besar terdiri dari kondroitin-4-sulfat dan kondroitin-6-sulfat dalam bentuk proteoglikan (Garnjanagoonchorn, 2007). Kondroitin sulfat adalah polimer yang terjadi alami dalam tubuh manusia, terutama di bagian tulang rawan dan sendi, namun berkurang produksinya karena pertambahan usia (Lauder, 2009). Kondroitin sulfat juga banyak digunakan sebagai suplemen makanan karena sudah banyak diteliti manfaatnya untuk kesehatan tulang rawan dan pengobatan osteoartritis yang aman bagi tubuh, dengan mekanisme kerjanya yaitu meningkatkan konsentrasi GAG sendi dan meningkatkan viskositas cairan sendi dan membantu menjaga tulang rawan dengan menyerap cairan ke dalam jaringan ikat sehingga merangsang pertumbuhan tulang yang baru. Hingga saat ini masih banyak permasalahan mengenai ekstraksi kondroitin sulfat selain karena sumbernya menghasilkan yield yang beragam. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi mekanokemikal, yang dapat mengambil molekul kondroitin sulfat dari matriks tulang tanpa mengubah bentuk molekulnya karena adanya zat kimia sebagai solvennya. Cara ekstraksi secara mekanokemikal tidak menggunakan solven beracun yang dapat membahayakan tubuh manusia, sehingga dapat dikonsumsi dengan aman. Produk dari teknologi ekstraksi kondroitin sulfat secara mekanokemikal dari limbah ikan patin, ikan salmon, dan ikan kakap ini diharapkan dapat membantu mengatasi berbagai masalah tulang sendi yang dialami penderita dengan aman, mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah industri pengalengan dan pengeringan ikan, serta tersedia dalam jumlah banyak di pasaran bebas dan dapat diperoleh dengan harga yang jauh lebih ekonomis sehingga dapat menjangkau masyarakat luas.

ABSTRACT
Cartilage is the waste produced by the fisheries and farms in Indonesia. Cartilage is an excellent source of glycosaminoglycans (GAG). GAG that is contained in fish bone consists mostly of chondroitin-4- sulfate and chondroitin-6-sulfate in the form of proteoglycans (Garnjanagoonchorn, 2007). Chondroitin sulfate is a polymer that existed naturally in the human body, particularly in the cartilage and joints, but the production decreases due to aging (Lauder, 2009). Chondroitin sulfate is also widely used as a dietary supplement since some studies show that it has many health benefits for cartilage and osteoarthritis treatment which is safe for the body, with its mechanism of action that increases the concentration of GAG in joints, increase joint’s fluid viscosity, and helps keep cartilage to absorb fluid into the connective tissue, thus stimulating the growth of new cartilage. Until now there are still many problems concerning the extraction of chondroitin sulfate in addition to the source-yielding variety. Extraction methods used in this study is the mechanochemical extraction, which could extract chondroitin sulfate molecule from bone matrix without changing the structure of the target molecule for the minimal use of chemical substances as its solvent. Mechanochemical extraction does not use toxic solvents, which can be harmful for the human body, so it can be consumed safely. The mechanochemical extraction of chondroitin sulfate technology is performed on industrial waste of catfish, salmon, and snapper and the product is expected to safely help overcome various joint problems experienced by patients, reduce environmental pollution from fish canning and drying industrial waste, and is available in large quantities on the market and can be obtained at a much more economical price so as to reach the wider community. "
2015
S59244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alyamitha Nadiyah Syafitri Baud
"Milling and LFP synthesis section (node 400) is a mechanochemical process used to grind mainly feed from node 300 (from stream 303) and node 200 (from stream 203) into a fine powder. Subsequently, solid glucose is also added to the ball mill to carbon coated the surface of regenerated LFP crystals. The LFP crystals are made by mixing FePO4 and LiFePO4 solid mixture and LiOH and Li2CO3 solution mixture under argon atmosphere. Using electrical and thermal energy solids, the feed is being mixed for 4 h using ball milling to achieve a more uniform distribution of components within the materials. At 200o C decomposed glucose promotes the reduction conversion of Fe3+ to Fe2+. After heating, LiFePO4/C is synthesised under 200 ºC. Due to the involvement of organic matter glucose in the reaction, CO2 is inevitably generated in this process. In addition to carbon dioxide, the exhaust gas also contains water vapor and argon gas. They are all transferred to be treated in the next step instead of emitting. The output from this process is the crystals solids of the regenerated LFP that has been coated with carbon, this is where the final product of the whole process produced. The objective of the final process is to create a regenerated carbon coated LFP at a rate of 1001.59 tonnes/yr.

Bagian penggilingan dan sintesis LFP (node 400) adalah proses mekanokimia yang digunakan untuk menggiling terutama umpan dari node 300 (dari aliran 303) dan node 200 (dari aliran 203) menjadi bubuk halus. Selanjutnya, glukosa padat juga ditambahkan ke ball mill untuk melapisi permukaan kristal LFP yang diregenerasi dengan karbon. Kristal LFP dibuat dengan mencampurkan campuran padat FePO4 dan LiFePO4 serta campuran larutan LiOH dan Li2CO3 di bawah atmosfer argon. Menggunakan energi listrik dan termal, umpan dicampur selama 4 jam menggunakan ball milling untuk mencapai distribusi komponen yang lebih seragam di dalam bahan. Pada suhu 200°C, glukosa yang terdekomposisi mendorong konversi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Setelah pemanasan, LiFePO4/C disintesis di bawah suhu 200°C. Karena keterlibatan bahan organik glukosa dalam reaksi, CO2 tidak dapat dihindari dihasilkan dalam proses ini. Selain karbon dioksida, gas buang juga mengandung uap air dan gas argon. Semuanya dipindahkan untuk diproses pada langkah berikutnya daripada dilepaskan. Hasil dari proses ini adalah kristal padat dari LFP yang diregenerasi yang telah dilapisi dengan karbon, di sinilah produk akhir dari seluruh proses dihasilkan. Tujuan dari proses akhir ini adalah untuk menghasilkan LFP yang dilapisi karbon dengan laju 1001.59 ton/tahun."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuad Budidarma Pratama
"Logam berat dan beracun seperti timbal, arsenik, kadmium, kromium, tembaga, dan seng mencapai lingkungan tanah dengan dua proses, proses geogenik dan antropogenik. Di antara logam berat di dalam tanah, timbal adalah racun paling sistemik yang mempengaruhi beberapa organ dalam tubuh manusia Tchounwou et al., 2012. Timbal dapat mencemari udara, air, dan tanah, namun, sektor yang paling penting di lingkungan kita adalah tanah karena tanah memainkan peran penting dalam rantai makanan. Ini adalah alasan mengapa banyak jenis penelitian dan inovasi sedang dipelajari untuk mengembangkan teknik untuk meremediasi tanah, terutama dengan cara yang efisien. Perlakuan tanah yang terkontaminasi timbal secara umum diklasifikasikan menjadi dua prinsip utama; mobilisasi dan imobilisasi timbal pada tanah yang terkontaminasi timbal. Prinsip dasar mobilisasi melibatkan teknik mobilisasi yaitu melepaskan logam loid ke dalam larutan tanah. Namun, metode ini memiliki kerugian besar. Ini karena kecenderungan besar logam berat untuk meluruh. Selain itu, kerugian lain dari metode ini adalah proses yang rumit, biaya sangat tinggi dan tidak aman secara ekologis. Imobilisasi sebagai metode pengobatan untuk tanah yang terkontaminasi timah tampaknya menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan mobilisasi karena beberapa keuntungan. Salah satu manfaat utama metode imobilisasi adalah timbal Pb karena kontaminan tidak dapat dijangkau oleh makhluk hidup lain.

Heavy and toxic metals such as lead, arsenic, cadmium, chromium, copper, and zincreach the soil environment by two processes, geogenic and anthropogenic process. Among the heavy metals inside soil, lead is the most systemic toxicant that affects several organs in the human body Tchounwou et al., 2012 . Lead can contaminate the air, water, and soils, however, the most critical sector in our environment is soil because soil plays a vital role in the food chain. This is the reason why many types of research and innovation are being studied to develop techniques to remedy the soils, especially in an efficient way. The treatment of lead contaminated soils is generally classified into two main principles mobilization and immobilization of lead in lead contaminated soils. The basic principle of mobilization involves the mobilization technique which is to release the metal loid s into the soil solution. However, this method has a big disadvantage. This is because of the big tendency of heavy metals to leach. Besides that, other disadvantages of this method are a complex process, cost very high and not ecologically safe. Immobilization as a treatment method for lead contaminated soil seems to be a better option compared to mobilization due to several advantages. One of the major benefits of immobilization methods is thatlead Pb as the contaminants are unreachable by other creatures.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Diniati
"ABSTRAK
Karbon aktif dari batubara bituminus dengan ukuran submikrometer dan nanometer dikembangkan untuk material penyimpan hidrogen. Pada penelitian ini dilakukan peningkatan keefektifan proses mekanokimia pada sampel karbon aktif batubara dengan menggunakan penggilingan mekanik planetary ball mill dengan rasio karbon dan KOH sebesar 1:1 dan aktivasi termal tidak perlu dilakukan.
Karbon aktif hasil proses mekanokimia dibuat dalam bentuk pelet dengan penambahan pengikat yang mengandung fruktosa, sukrosa dan oligo dengan cara kompaksi. Hasil proses penggilingan mekanik didapatkan karbon aktif batubara dengan ukuran 414,7 nm dimana mengalami peningkatan sebesar 98,9%. Peningkatan keefektifan dari material penyimpan hidrogen dapat dilihat dari meningkatnya kapasitas adsorpsi hidrogen dimana pada suhu -5 oC terjadi peningkatan sebesar ±386,5 kali dan pada suhu 25 oC terjadi peningkatan sebesar ±398,6 kali dibandingkan dengan sampel sebelum dilakukan perlakuan mekanokimia.

ABSTRACT
Activated carbon from bituminous coal with submicrometer and nanometer size was developed for hydrogen storage materials. The purpose of this research is to increase the effectiveness of mechanochemical process on coal-based activated carbon sample used a planetary ball mill with ratio of carbon and KOH 1:1 and thermal activation process is not necessary. Activated carbon results from
mechanochemical process will be made in the form of pellets with the addition of binder which is containing fructose, sucrose and oligo of by compacting. After mechanical milling process coal activated carbon obtained by the size of 414.7 nm which increased by 98.9%. Increasing the effectiveness of the hydrogen storage material can be seen from the increased capacity of adsorption of hydrogen at antemperature of-5 oC where there was an increase of ± 386.48 times and at a
temperature of -25 oC there was an increase of ± 398.56 times compared with the nuntreated sample.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1370
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aghni Ulma Saudi
"Unsur Logam Tanah Jarang (LTJ) ditemukan pada bijih monasit yang merupakan produk sampingan dari pengolahan bijih timah di Pulau Bangka, yang kadarnya dapat ditingkatkan melalui proses mekanokimia dan pemanggangan. Proses mekanokimia dilakukan dengan menambahkan NaOH padat dengan variasi penambahan 0%, 33% dan 50% pada umpan bijih monasit. Bijih kemudian dipanggang pada temperatur 400, 500, 600 dan 1000o C. Hasil kemudian dicuci, dikeringkan, lalu diamati morfologi dan nilai grade serta recovery-nya.
Hasil akhir menunjukkan morfologi bijih setelah diberikan perlakuan menjadi lebih halus dalam hal struktur permukaan maupun ukuran butir. Sedangkan nilai recovery paling baik didapatkan pada variasi penambahan NaOH 33% dan temperatur pemanggangan 400o C, yaitu mencapai 91,3%. Proses mekanokimia dan pemanggangan dinilai efektif dalam meningkatkan kadar LTJ pada bijih monasit.

Rare earth elements (REE) is found in monazite ore that is the by-product from tin ore extraction in Bangka Island, which the grade can be upgraded through mechanochemical and roasting process. Solid NaOH was added to monazite ore in mechanochemical process with addition that variates from 0%, 33% and 50%. The ore was roasted in 400, 500, 600 and 1000o C afterwards, to examine the most optimal temperature for roasting. And the results were washed, dried and then characterized by its morphology, grade and recovery value.
The final results showed that the ore morphology became finer by its surface structure as well as the grain size that reduced. The best recovery value is obtained by the sample with 33% NaOH addition and 400o C roasting temperature which was 91,3%. Mechanocehemical dan roasting process was successfully upgrading REE content in monazite ore.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61913
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tryatmaja Matari
"Studi terhadap perlakuan mekanokimia kering pada arang batok untuk mengembangkan material penyimpan karbon dengan adsorpsi hidrogen yang lebih tinggi. Karbon aktif yang telah digiling selama 30 jam, dicampur dengan activating agent KOH dengan rasio 1:1 lalu dicuci dengan HCL 5M dan dibilas dengan akuades selanjutnya dibentuk menjadi pelet ( 5 mm) dengan pengikat gula cair. Karbon aktif yang telah dibentuk pelet diuji kemampuan adsorbsinya pada temperatur -5°C dan 25°C dengan metode volumetrik. Tekanan yang diberikan berupa 250, 500, 1000, 1500, 2000, 3000, dan 4000 kPa masing-masing selama 1 jam. Hasil pengujian dibandingkan dengan sampel awal terjadi peningkatan kapasitas adsorbsi 1,20 %wt untuk suhu -5°C dan 1,13 %wt untuk suhu 25°C pada tekanan 4000kPa.

Study about dry mechanochemical treatment on coconut charcoal to develop a better material for hydrogen storage. After being milled for 30 hours, activated carbon was milled using KOH as activating agent with ration of 1:1. After that, the sample was washed by HCl 5M and cleaned using aquades. After that, the sample was ( 5 mm) with a commercial liquid sugar binder. Adsorpstion test is performed to charcterize the sample adsorption capability with volumetric method. The pressuress were set at 250, 500, 1000, 1500, 2000, 3000, and 4000 kPa for 1 hour of adsorption period respectively. Reactivated sample compared to granular has a larger adsorption capability 1,20 %wt at 5°C and 1,13 #wt at 25°C on 4000 kPa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1856
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanno Widy Yunior
"ABSTRAK
Penyimpanan hidrogen pada media padat adalah yang teraman dan termurah dibanding metode penyimpanan dengan hidrogen cair atau hidrogen bertekanan tinggi pada tabung. Karbon aktif merupakan media padat penyimpanan hidrogen yang murah, mudah didapatkan, dan memiliki kemampuan penyerapan yang baik karena adanya pori-pori pada permukaannya. Pada penelitian ini diuji efek dari proses mekanokimia dan peletisasi terhadap kemampuan penyerapan H2 pada karbon aktif arang batok kelapa. Proses penggilingan menggunakan planetary ball mill (PBM) selama 30 jam, proses mekanokimia menggunakan activating agent KOH dengan rasio karbon dan KOH sebesar 1:1 kemudian diperlakukan mekanik pada PBM selama 1 jam, lalu proses peletisasi dilakukan dengan binder. Sampel mengalami penurunan luas permukaan setelah proses mekanokimia dan peletisasi, dari 393,5 m2/g menjadi 126,2 m2/g dan diameter rata-rata pori naik dari 2,5 nm menjadi 2,7 nm. Kemampuan adsorpsi H2 pada sampel juga mengalami penurunan setelah perlakuan mekanokimia, dan peletisasi. Kapasitas adsorpsi H2 pada sampel awal yaitu 0.204 wt% (4000 kPa | -5oC) dan 0.197 wt% (4000 kPa | 25oC), sedangkan kapasitas adsorpsi H2 pada sampel setelah 3 perlakuan (penggilingan, mekanokimia, dan peletisasi) yaitu 0.194 wt% (4000 kPa | -5oC) dan 0.179 wt% (4000 kPa | 25oC).

ABSTRACT
Hydrogen storage at solid media is more secure and cheaper than hydrogen storage in a tank (liquid phase or hydrogen compression). Activated carbon can be the best for the solid media because of cheap, good availability, and good adsorption capacity because of many pores on its surface. In this research, it was examined the effect from mechanochemical process and pelletizing to H2 volume adsorption of coconut charcoal-based activated carbon. Planetary ball mill (PBM) was used in 30 hours, with addition of KOH as activating agent with ratio of carbon:KOH was 1:1, then treated mechanically by PBM in 1 hour, further more pelletizing was done by added binder. Sample‟s surface area decreased after mechanochemical process and pelletizing process, from 393,5 m2/g to 126,2 m2/g, with average pore diameter increase from 2,5 nm to 2,7 nm. Adsorption capacity H2 decreased after mechanochemical and pelletizing. H2 Adsorption capacity for sample before treatment (granule sample) was 0.204 wt% (4000 kPa | -5oC) and 0.197 wt% (4000 kPa | 25oC), while H2 adsorption capacity for sample after mechanochemical, and pelletizing was 0.194 wt% (4000 kPa | -5oC) and 0. 179 wt% (4000 kPa | 25oC)."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42192
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library