Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reading, MA: Addison-Wesley, 1966
620.11 MEC (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kaufman, J. Gilbert
Materials Park, Ohio: ASM International, 2001
e20442499
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Dondokambey, Nathaniel Viandy
Abstrak :
Titanium sudah lama digunakan untuk menyembuhkan trauma, terutama fraktur, pada tulang kranial. Titanium sudah lama terkenal dengan kekuatan mekanisnya, juga biokompatibilitasnya yang mumpuni, di dunia biomedis. Meski terkenal sangat kuat, timbul pertanyaan apakah kita dapat menambah kekuatan dari titanium? Pada instalasinya / pemasangannya, titanium dihadapkan dengan bending, yang juga dapat menyebabkan pre-straining pada benda metalik. Pre-straining ini juga yang dapat memberikan tambahan kekuatan pada titanium, melalui efek strain hardening. Riset ini lalu berfokus pada efek pre-strain terhadap dua varian titanium, CP-Ti grade 4 (ASTM F67) dan Ti-6Al-4V (ASTM B265). Riset ini akan melihat apa yang akan terjadi kepada mechanical properties dari kedua varian titanium apabila diberikan pre-strain. Uji tarik akan dilakukan sesuai panduan ASTM E8, dengan parameter pre-strain 6%, 11%, 15% untuk CP-Ti grade 4 dan 6%, 9%, 12% untuk Ti-6Al-4V. Hasilnya nanti juga akan dibandingkan dengan simulasi bending yang dilakukan di AutoDesk Inventor, guna melihat efek bending pada instalasi implan. Apa yang dihasilkan menunjukkan sifat inkonsistensi sehingga sulit untuk menarik kesimpulan yang konkrit. Namun, dapat dikatan bahwa pada umumnya pre-strain pada titanium tidak memberikan penambahan kekuatan yang signifikan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pranata Jaya
Abstrak :
Organoclay adalah lempung yang disintesis dengan bahan organik ODTMABr tanpa mengubah struktur kimianya. Pergeseran puncak (001) difaktogram menunjukkan bahwa ODTMABr berhasil masuk ke dalam lapisan lempung. Basal spacing pada organoclay lebih besar dibandingkan dengan basal spacing bentonit. Uji FTIR menunjukkan bahwa organoclay Tapanuli (OCT-C18) terinterkalasi oleh surfaktan ODTMABr. Sintesis antara Polyvinyl Alcohol (PVA) dan OCT dalam jumlah sedikit yaitu PVA/OCT-C18 5% atau kurang menghasilkan nanokomposit berstruktur eksfoliasi. Penambahan OCT-C18 memberi peningkatan kekuatan mekanik dan modulus elastisitas PVA/OCT-C18, tetapi memberi penurunan regangan pada PVA/OCT-C18 7%. Hasil SEM pada permukaan patahan menunjukkan peningkatan kekuatan mekanik dan teramatinya peningkatan kekasaran permukaan patahan. Banyak dan besar rongga pada PVA/OCT-C18 mempengaruhi kekuatan mekanik PVA/OCT-C18. ......Organoclay was synthesized using ODTMABr surfactant without changing its chemical structure. The diffractogram showed that the (001) peak shifted and this indicated that the organoclay layers were intercalacted. The basal spacing of organoclay which was higher than of bentonite. The FTIR results indicated the ODTMABr surfactant intercalated the clay layers. Synthesis of Polyvinyl Alcohol (PVA) and small amounts of OCT-C18 less than 5% wt, produced exfoliated nanocomposite structure. The addition of OCT-C18 improved mechanical strength and modulus of elasticity, but it decreased the value of strain of PVA/OCT-C18 composites. SEM observation results on the fracture surface showed that the enchanted of mechanical strength of PVA/OCT-C18 followed by the roughness of fracture surface. The number of voids or cavities on PVA/OCTC18 affected the mechanical strength of PVA/OCT-C18.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrur Rozi
Abstrak :
ABSTRAK Baja tahan karat dua fasa SAF 2205 pipa kelas 65 diberikan perlakuan cold pilgering menyebabkan kelasnya meningkat menjadi kelas 140 dan kekuatan luluhnya juga meningkat. Meningkatnya kekuatan luluh ternyata menurunkan ketangguhan material. Diberikan perlakuan panas untuk meningkatkan ketangguhan tersebut dan diharapkan sifat mekanisnya mendekati kelas 125 atau 110. Diberikan perlakuan panas dengan suhu 350 ̊C, 450 ̊C dan 550 ̊C dengan waktu tahan 30 dan 40 menit. Setelah diberikan perlakuan, diperiksa sifat mekanisnya dengan pengujian tarik, impak, keras dan metalografi. Didapatkan parameter optimum untuk mendapatkan ketangguhan yang optimum pada suhu 550 ̊C dengan waktu tahan 30 menit.
ABSTRACT Duplex stainless steel SAF 2205 grade 65 given cold pilgering treatment that increase their grade to grade 140 and increase the yield strength. Increasing yield strength, lowering the toughness of material. Heat treatment given to material to increase the toughness and make the mechanical properties closer to grade 125 or 110. Heat treatment parameter that been used are 350 ̊C, 450 ̊C, and 550 ̊C with holding time 30 and 40 minutes. After heat treatment, the mechanical properties checked with tensile test, impact test, hardness test and metallography. The optimum parameter for the optimum toughness is reached in temperature 550 ̊C with holding time 30 minute.
2014
S65713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hairul Abral, Author
Abstrak :
In the present study, natural fibers located in thick outer woody rinds of the metroxylon sago (MS) tree were investigated. The investigation focused on measuring the mechanical properties and observing the microstructures of MS fibers before and after treatment with 5% sodium hydroxide. A scanning electron microscope was used to observe the microstructure of MS fiber, and the results showed that there was a decrease in fiber diameter after mercerization. A porous structure in the cross-section area of untreated fibers was clearly seen, and it was highly compressed after mercerization. The strength of MS fiber increased significantly after it was treated by 5% NaOH solution for two hours. The average ultimate strength of untreated MS fiber was recorded as 46 MPa; treatment with sodium hydroxide resulted in a significant increase in average ultimate strength to 163 MPa. Additionally, the elastic modulus of treated fiber was greater than that of untreated fiber.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2012
UI-IJTECH 3:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Baiquni
Abstrak :
Untuk mendapatkan material komposit dengan sifat penahan panas maka perlu ditambahkan filler yang memiliki titik leleh atau ketahanan termal yang tinggi. Rockwool dikenal sebagai material penahan panas yang baik dan clay dengan bentuk nano mampu menjadi penguat komposit yang baik dengan sedikit penambahan. Komposit epoksi-rockwool-clay E-R-C dibuat dengan metode hand lay-up dengan memvariasikan penambahan rockwool 10 phr dan clay 1;3;5 phr sebagai material filler dalam matriks polimer epoksi. Komposit dikarakterisasi dengan Thermogravimetic Analysis TGA dan Konduktometer untuk mengetahui perubahan pada sifat termal komposit. Ultimate Tensile Machine UTM , Impact Test Charpy dan Optical Microscope OM digunakan untuk mengetahui perubahan pada sifat mekanik komposit. Hasil TGA menunjukkan penambahan rockwool dan clay mampu menaikkan ketahanan panas komposit. Konduktivitas panas secara umum naik dengan penambahan filler, namun terjadi penurunan pada komposit E-R10-C1 dan E-R1-C5 phr. Hasil UTM menunjukkan penurunan untuk komposit E-R-C dengan penurunan paling kecil pada sampel clay 3 phr. Sedangkan Hasil Uji Impak menunjukkan komposit E-R10-C1 memiliki kuat impak paling besar. Uji OM menunjukkan perubahan morfologi pada komposit E-R-C.
To obtain composite material with heat resistant properties it is necessary to add filler which has high melting point or high thermal resistance. Rockwool is known as a good heat retaining material and clay with nano shapes can be a good composite reinforcement with a slight addition. The epoxy rockwool clay E R C composite is made by hand lay up method by varying the addition of rockwool 10 phr and clay 1 3 5 phr as filler material in epoxy polymer matrix. The composites were characterized by Thermogravimetic Analysis TGA and Conductometer to determine changes in the thermal properties of composites. Ultimate Tensile Machine UTM , Impact Test Charpy and Optical Microscope OM are used to determine changes in the mechanical properties of composites. TGA results showed the addition of rockwool and clay able to increase the composite heat resistance. The thermal conductivity generally increases with the addition of filler, but there is a decrease in the composite E R10 C1 and E R10 C5. UTM results show a decrease for E R C composites with the smallest decrease in clay 3 phr samples. While the Impact Test Result shows the composite E R10 C1 has the largest impact strength. The OM test shows morphological changes in the E R C composite.
2018
T51471
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Yuhandri
Abstrak :
Dewasa ini penggunaan baja berkekuatan tinggi semakin meningkat terutama dalam sektor konstruksi dan infrastruktur. Baja berkekuatan tinggi yang diproduksi melalui thermo-mechanical control process memiliki kombinasi kekuatan dan ketangguhan yang sangat baik. Namun proses pengelasan yang dilakukan untuk menyambung baja mengakibatkan terjadinya perubahan sifat mekanik pada sambungan las. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variasi komposisi nikel pada kawat las dan masukan panas terhadap struktur mikro dan sifat mekanik baja kekuatan tinggi yang dilas dengan metode pengelasan busur rendam (SAW). Material yang digunakan pada penelitian ini adalah pelat baja struktural berkekuatan tinggi, SM570-TMC, yang memiliki kekuatan luluh 460 MPa, kekuatan tarik 570 MPa dan ketebalan 12 mm. Disain sambungan dari pelat baja ini adalah butt joint dengan single v-groove sebesar 30 derajat, root gap sebesar 5 mm. Pelat baja ini dilas dengan variabel masukan panas berbeda (2,2 kJ dan 3 kJ), dengan menggunakan tiga jenis kawat las yang masing-masing memiliki kandungan nikel 0%, 1%, dan 2,1%. Pengamatan struktur mikro dilakukan menggunakan mikroskop optik dan scanning electron microcopy (SEM). Struktur mikro area kampuh las untuk semua sambungan terdiri dari polygonal ferrite (PF), side plate ferrite (SPF), grain boundary ferrite (GBF) dan acicular ferrite (AF). Area HAZ mengalami pertumbuhan butir yang ditandai dengan ukuran butir yang lebih besar dari kampuh las dan logam dasar. Pada pengelasan dengan masukan panas tinggi, ukuran butir HAZ lebih besar dari ukuran butir dengan masukan panas rendah. Uji tarik, ketangguhan impak dan kekerasan mikro dilakukan untuk menentukan sifat mekanik hasil pengelasan. Pengujian ketangguhan impak dilakukan pada temperatur 25oC, 0oC dan - 20oC. ......Nowadays the demand for high strength low alloy steel (HSLA) utilization is increasing. HSLA steel produced by thermo-mechanical controlled process (TMCP) has a good combination of strength and toughness. However, thermal cycles during welding lead to deterioration of mechanical properties of welded joint. This research aims to determine the effect of nickel content difference in welding wire and heat input on microstructure and mechanical properties of HSLA steel welded by submerged arc welding method (SAW). Material used in this research is HSLA steel plate SM570-TMC, which has yield strength 460 MPa, tensile strentgh 570 MPa and thickness 12 mm. Joint design is butt joint with 30-degree single v-groove and 5 mm root gap. The plates are welded with the heat input variable (2,2 kJ dan 3 kJ), using three different electrodes which have different nickel content (0%, 1%, dan 2.1%). Microstructures were observed using optical microscope and scanning electron microcopy (SEM). Microstructure in weld metal consist of polygonal ferrite (PF), side plate ferrite (SPF), grain boundary ferrite (GBF) and acicular ferrite (AF). HAZ microstructure is coarser than weld metal and base metal due to grain growth. In high heat input welding, HAZ grain size is higher than HAZ in low heat input joint. Tensile test, Impak test and hardness test were utilized to measure the mechanical properties of welded joint. Impact tests were done in weld metal and HAZ area at temperature of 25oC, 0oC and -20oC.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prayoga Bintang Perdana, autho
Abstrak :
Periodontitis adalah penyakit inflamasi kronis yang mempengaruhi jaringan pendukung gigi dan memerlukan penanganan yang efektif untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Salah satu metode yang potensial adalah penggunaan local drug delivery film kitosan dengan penambahan glutaraldehid sebagai agen crosslinking untuk meningkatkan sifat mekaniknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh durasi perlakuan uap glutaraldehid terhadap sifat mekanik dan perilaku swelling film kitosan. Film kitosan diproduksi menggunakan metode solvent casting dengan komposisi 1% propolis dan gliserin sebagai plasticizer, kemudian dilakukan crosslinking dengan larutan glutaraldehid 0,5% pada suhu 37°C dengan variasi waktu perlakuan 12 jam, 24 jam, dan 48 jam. Karakterisasi film dilakukan menggunakan Fourier Transform InfraRed (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM), analisis swelling, dan uji tarik. Interaksi kimia antara kitosan dan glutaraldehid ditunjukkan dengan puncak dan shoulder peak pada 1651 cm-1 dalam FTIR, mengindikasikan pembentukan ikatan imina (Schiff base) yang mempengaruhi sifat mekanik dan stabilitas film serta menandakan proses crosslinking berhasil dilakukan. Hasil penelitian swelling menunjukkan peningkatan waktu crosslinking mengurangi derajat swelling film hingga 80,27%, dengan film yang diberi perlakuan glutaraldehid menunjukkan derajat swelling lebih rendah (17,50-12,12%) dibandingkan film tanpa perlakuan. Waktu crosslinking juga meningkatkan sifat mekanik film, dengan kekuatan dan kekakuan meningkat hingga 662,3% (566,7 MPa) pada 12 jam, 725,1% (620,3 MPa) pada 24 jam, dan 1061,2% (907,9 MPa) pada 48 jam, dibandingkan film tanpa glutaraldehid (85,6 MPa). Dengan demikian, durasi perlakuan glutaraldehid optimal untuk film kitosan dalam aplikasi penyembuhan periodontitis adalah 12 jam. Durasi ini menghasilkan film kitosan dengan derajat crosslinking yang optimal, derajat swelling terkontrol, dan peningkatan sifat mekanik yang signifikan, memungkinkan film mudah disisipkan ke dalam kantong periodontal dan memberikan penghantaran obat yang efektif tanpa menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan akibat pembengkakan. ......Periodontitis is a chronic inflammatory disease affecting the supporting tissues of teeth, requiring effective intervention to prevent further damage. One potential method is the use of local drug delivery chitosan films with the addition of glutaraldehyde as a crosslinking agent to enhance their mechanical properties. This study aims to evaluate the influence of glutaraldehyde vapor treatment duration on the mechanical properties and swelling behaviour of chitosan films. Chitosan films were produced using the solvent casting method with a composition of 1% propolis and glycerine as a plasticizer, followed by crosslinking with 0.5% glutaraldehyde solution at 37°C with treatment durations of 12 hours, 24 hours, and 48 hours. The characterization of the films was conducted using Fourier Transform Infrared (FTIR) spectroscopy, Scanning Electron Microscope (SEM), swelling analysis, and tensile testing. Chemical interactions between chitosan and glutaraldehyde were indicated by peaks and shoulder peaks at 1651 cm-1 in the FTIR analysis, suggesting the formation of imine bonds (Schiff base), which affect the mechanical properties and stability of the film, indicating successful crosslinking. The swelling results showed that increasing the crosslinking duration reduced the swelling degree of the film by up to 80.27%, with glutaraldehyde-treated films showing a lower swelling degree (17.50-12.12%) compared to untreated films. Crosslinking time also enhanced the mechanical properties of the film, with strength and stiffness increasing up to 662.3% (566.7 MPa) at 12 hours, 725.1% (620.3 MPa) at 24 hours, and 1061.2% (907.9 MPa) at 48 hours, compared to untreated chitosan films (85.6 MPa). Thus, the optimal glutaraldehyde treatment duration for chitosan films in periodontitis treatment applications is 12 hours. This duration produces chitosan films with optimal crosslinking, controlled swelling, and significant improvements in mechanical properties, allowing the film to be easily inserted into periodontal pockets and provid.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Larasati
Abstrak :
ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan zaman non-plastik, kebutuhan akan teknologi ramah lingkungan menjadi perhatian penting. Inovasi berkelanjutan terus mengalami perkembangan, khususnya dengan meningkatnya pemanfaatan nanoselulosa yang berasal dari serat alami. Shorgum adalah tanaman yang secara fisiologis menarik karena ketahanannya terhadap lingkungan yang panas dan kering. Meskipun demikian, belum ada penelitian mengenai isolasi nanoselulosa dari biomasanya dalam literatur. Hal inilah yang mendorong penelitian nanoselulosa yang berasal dari shorgum kali ini melalui metode perlakuan kimia, fibrilasi mekanik, dan pembuatan nanopaper biomasa sorgum. Penelitian ini telah dilakukan dengan penekanan terhadap sifat mekanik nanopaper sorgum yang dihasilkan dari berbagai bagian (daun, selubung, batang) dan tahap pematangan (vegetative, mid-grain, late-grain), serta pengaruh berbagai perlakuan mekanis (ball milling, homeginisation). Hasil uji menunjukan bahwa pada daun cenderung lebih kaku sedangkan pada batangnya memiliki nilai tarik lebih besar. Namun, tidak ada perbedaan signifikan pada sifat mekanis pada bagian tanaman dengan perbedaan tahap pematangan. Selain itu, milling menyebabkan nanopaper menjadi lebih kaku dibandingkan dengan homogenisation. Penelitian dengan jenis shorgum bervariasi dan perlakuan kimia ramah lingkungan disarankan untuk diteliti lebih lanjut.
ABSTRACT
As the anti-plastic era evolves, the imperative for environmentally friendly technology continues to grow. The development of sustainable innovations has been steadily progressing, especially with the rising utilisation of nanocellulose derived from natural fibres. Sorghum is a cereal crop that is physiologically appealing for its resistance to hot and arid environmental conditions, yet there are no widely known reported cases involving the isolation of nanocellulose from its biomass within literature. This has prompted the investigation of sorghum-derived nanocellulose in this project, produced by chemical pre-treatment, mechanical fibrillation and nanopaper fabrication of sorghum biomass. Studies were performed with an emphasis on the mechanical properties of sorghum nanopaper produced from different sections (leaf, sheath, stem) and maturation stages (vegetative, mid-grain, late-grain), as well as the influence of different mechanical treatments (ball milling, homogenisation). Overall, the results revealed that the leaf tends to be stiffer while the stem has a slightly greater tensile index. On the other hand, there are no significant discrepancies in mechanical properties between the different maturation stages. Moreover, milling seems to cause the nanopaper to become stiffer compared to homogenisation. Performing studies on different sorghum varieties and exploring sustainable chemical pre-treatments are suggested to further the research.
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>