Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Moechherdiyantiningsih
Abstrak :
Berdasarkan indikator klinis, kekurangan vitamin A di Indonesia sudah bukan masalah kesehatan masyarakat lagi karena prevalensi xeroftalmia telah berhasil diturunkan hingga 0,34%. Namun penurunan prevalensi xeroftalmia tersebut tidak dibarengi dengan penurunan angka KVA marginal pada kelompok rawan, termasuk pada kelompok bayi. Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat dampak yang diakibatkan menyangkut kelulushidupan anak. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap status vitamin A. Pada kelompok bayi menyusu, status gizi anak dipengaruhi oleh status gizi ibunya. Penelitian ini merupakan studi dasar dari penelitian intervensi, yang bersifat cross-sectional yang dilakukan di dua desa Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor tahun 1997. Penulisan yang menggunakan data sekunder ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai gambaran status vitamin A ibu dan status vitamin A bayi serta informasi mengenai hubungan antara status vitamin A ibu menyusui maupun faktor lain terhadap status vitamin A bayi. Sampel penelitian adalah bayi menyusu usia 2-10 bulan tanpa disertai penyakit kronis dan tidak mengalami kelainan bawaan maupun KEP berat serta bukan bayi kembar. Besar sampel 183 anak. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen digunakan uji Chi-kuadrat dan prevalence odds ratio (POR) dengan selang kepercayaan 95%. Sedangkan regresi logistik ganda digunakan untuk melihat hubungan variabel independen utama terhadap variabel dependen setelah variabel independen lain yang berpengaruh dikontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18,7% ibu menyusui menderita KVA dan pada bayi sebesar 54,1%. Secara bivariat, terdapat dua variabel independen yang menunjukkan hubungan yang signifikan dengan variabel dependen yaitu variabel status vitamin A ibu (POR=2,85; 95% CI:1,25-6,53) dan status infeksi bayi (POR=3,90; 95% CI:I,25-12,1S). Besarnya prevalence odds ratio dari empat variabel independen lainnya adalah POR=0,56; 95% CI: 031-1,01 untuk variabel pemberian ASI dan POR=1,29; 95%Cl: 0,63-2,64 untuk variabel pemberian MP-ASI, sedangkan untuk variabel umur bayi dan status gizi bayi (BBIU) besarnya POR masing-masing POR=2,07; 95% CI: 0,96-4,46 dan POR=2,37; 95% CI: 0,61-9,25. Stratifikasi menurut umur menunjukkan adanya interaksi antara pemberian MP-ASI dengan umur, sedangkan pemberian ASI tidak menunjukkan interaksi dengan umur. Analisis regresi logistik ganda menunjukkan besarnya POR yang menggambarkan hubungan status vitamin A ibu dengan status vitamin A bayi setelah pengontrolan variabel lain yang signifikan, adalah POR=3,18; 95% CI: 1,36-7,44. Dari penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa KVA marginal pada bayi menyusu usia 2-10 bulan di daerah penelitian, merupakan masalah kesehatan masyarakat tingkat berat. Status vitamin A ibu mempunyai hubungan yang kuat dengan status vitamin A bayi setelah variabel independen lain yang berpengaruh yakni status infeksi bayi dan frekuensi pemberian ASI, dikontrol. Disarankan, pelaksanaan program pemberian kapsul vitamin A bagi bayi hendaknya mempertimbangkan kapan puncak kejadian penyakit infeksi yang berhubungan dengan KVA terjadi. Disarankan pula, sebagai upaya pencegahan KVA pada bayi dan ibunya, perlu peningkatan konsumsi bahan makanan setempat yang kaya vitamin A bagi ibu, yang lebih mudah dilakukan dibandingkan pada bayi.
Relationships between Maternal Vitamin A Status and Other Factors with Infant Vitamin A Status in Bogor 1997Based on clinical indicators, vitamin A deficiency in Indonesia is no longer considered a public health problem because the prevalence of xerophthalmia has been decreased to 0,34%. But this decrease has not been followed by a decrease of marginal deviancy of vitamin A in vulnerable groups, especially infants. This is important considering the impact on child survival. There are many factors related to vitamin A status. Also, the nutritional status of the breastfed infant has a strong relationship with the maternal nutrition status. This is the cross-sectional baseline study of an intervention study that was conducted at two villages of Cibungbulang District of Bogor Regency in 1997. The aim of this secondary data study was to get information about maternal vitamin A status and the vitamin A status of the breastfed infant, and to look at the relationships between maternal vitamin A status and other factors, with infant vitamin A status. The study sample included 183 breastfed infants 2-10 months without chronic disease, congenital disease, severe PEM nor twins. The Chi-square and the Prevalence Odds Ratio (POR) at the 95% confidence interval were used to measure the association between independent variables with dependent variable. Multiple logistic regressions were used to measure the association between the independent variable and the dependent variable by controlling for other significant independent variables. Results of this study showed that 18,7% of mothers and 54,1% of their breastfed infants were at risk of vitamin A deficiency. By bivariate analysis, there are two significant independent variables related to the dependent variable, namely maternal vitamin A status (POR 2,85; 95% CI:1,25-6,53) and infant infection status (POR- 3,90; 95%CI:1,25-12,18). The prevalence odds ratio of the other independent variables are POR 0,55; 95% CI: 0,30-1,02 for breastfeeding and POR=1,29; 95% CI; 0,63-2,64 for supplementary feeding, POR=2,07; 95% CI 0,96-4,46 and POR=2,37; 95% Cl: 0,61-9,25 for infant age and nutrition status (weight for age) respectively. Stratification by age showed an interaction between supplementary feeding with age, but no interaction between age and breastfeeding. Multiple logistic regression analysis showed that the POR adjusted for maternal vitamin A status was 3,18 with 95% CI: 1,36-7,44. Conclusions of this study are: i. Marginal vitamin A deficiency in infants 2-10 months is still a public health problem in the research area; ii. Maternal vitamin A status is strongly related with infant vitamin A status after controlling for other significant variables e.g. infant infection status and breast feeding frequency. It is suggested to consider the peak season of infection in infants, as there is a relationship with vitamin A deficiency when implementing programs of the vitamin A capsule distribution for infants. It is also suggested, in order to prevent vitamin A deficiency in infants and their mothers, it is easier to increase consumption of vitamin A rich local food by mothers than by the infants.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T 4638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdi Wijaya
Abstrak :
Latar Belakang: Sepsis neonatarum awitan dini (SNAD) mempunyai gejala klinis dan hasil laboratorium yang tidak spesifik sehingga diagnosisnya sulit ditegakkan, perlunya penelitian tentang faktor-faktor risiko ibu dan bayi yang mempengaruhi kejadian SNAD untuk diterapkan di fasilitas-fasilitas kesehatan terbatas. Tujuan: Mengetahui insiden pada sepsis neonatarum awitan dini,dan faktor-faktor risiko ibu dan bayi yang berpengaruh terhadap kejadian sepsis neonatarum awitan dini. Metode: Penelitian ini merupakan studi prognostik dengan desain kohort prospektif menggunakan data primer dari observasi dan data sekunder dari rekam medik pada bulan Juli-Oktober 2019 di Unit Perinatologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo Jakarta, Indonesia. Bayi dengan gejala klinis, disertai faktor risiko ibu (suhu ibu, leukosit darah ibu, ketuban pecah dini, karakteristik ketuban, dan antibiotik intrapartum), dan faktor risiko bayi (skor APGAR, usia gestasi, berat badan lahir) dengan hasil positif SNAD (Proven: kultur darah +, Probable: >2 septic marker + dan kultur darah-). Sebanyak 120 subyek tersangka SNAD yang dilakukan analisis. Hasil: Hasil analisis multivariat faktor risiko ibu dan bayi dengan regresi logistik ganda adalah ketuban berwarna hijau, kental dan berbau (P=0,009, RR=839,9, IK 95% 0,000-1094,9), skor APGAR <7 (P=<0,001, RR=13,06, IK 95% 3,837-44,486), usia gestasi <37 minggu (P=0,002, RR=9,47, IK 95% 2,29-39,06), serta leukosit darah ibu >15000/µL (P=0,010, RR=4,44, IK 95% 1,420-13,915). Insidens SNAD pada penelitian ini adalah 87 dari 495 kelahiran (probable sepsis 86 per 495 dan proven sepsis 1 per 495). Kesimpulan: Faktor risiko ibu dan bayi terhadap kejadian sepsis neonatarum awitan dini berdasarkan hasil analisis multivariat adalah ketuban berwarna hijau, kental dan berbau, skor APGAR <7, usia gestasi <37 minggu, serta leukosit darah ibu >15.000/µL. ...... Background: Early-onset neonatal sepsis (EONS) has non-specific clinical symptoms and laboratory results, thus the diagnosis is difficult to establish. It is important to evaluate maternal and infant risk factors for EONS, for prediction of sepsis in limited healthcare facilities. Objective: To evaluate the incidence of early-onset neonatal sepsis, and maternal and infants risk factor of early-onset neonatal sepsis. Method: This is a prognostic study with prospective cohort design using primary data obtained from observations and secondary data from the Perinatology Division medical record in July-October 2019, Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta, Indonesia. Data of infants with clinical symptoms, accompanied by maternal risk factors (maternal temperature, maternal leukocytes, premature rupture of the membranes, amniotic characteristics, and intrapartum antibiotics), and infant risk factors (APGAR score, gestational age, birth weight,) with positive EONS results (Proven: blood culture +, Probable: >2 septic marker + and blood culture -) were taken. A total of 120 subjects with EONS events were analyzed. Results: Multivariate analysis with multiple logistic regression, significant maternal and infant risk factors were green, thick and foul odor of amniotic fluid (P=0.009, RR=839.90, CI 95% 0.000-1094.9), APGAR score <7 (P=<0.001, RR=13.06, CI 95% 3.83-44.486), gestational age <37 weeks (P=0.002, RR=9.47, CI 95% 2.29-39.06), and maternal leukocytes >15000/µL (P=0.010, RR=4.44, CI 95% 1.420-13.915). The incidence of SNAD in this study was 87 of 495 births (probable sepsis 86 per 495 and proven sepsis 1 per 495). Conclusion: Significant maternal and infant risk factors for the occurrence of early-onset neonatal sepsis are gestational age <37 weeks, APGAR score <7, green, thick and foul odor of amniotic fluid, and maternal leukocytes>15,000/µL.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wariyah
Abstrak :
Angaka kematian ibu di Indonesia saat ini masih tinggi, pada tahun 1997 sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup, padahal pemerintah dalam hal ini Depkes ingin menurunkan angka kematian ibu. Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) pemerintah telah menempatkan petugas kesehatan (Bidan di desa) dan fasilitas pelayanan kesehatan sampai kedaerah terpencil untuk ikut menjaga kesehatan ibu dan bayi selama masa kehamilan, persalinana, dan masa sesudah persalinan. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui gambaran tingkat kepatuhan. bidan di desa terhadap standar pelayanan antenatal care (ANC) di Kabupaten Karawang, serta faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kepatuhan bidan di desa terhadap standar pelayanan antenatal. Rancangan penelitian adalah cross sectional (potong lintang), populasi penelitian ini bidan di desa yang ada di Kabupaten Karawang, sebanyak 277 orang dengan jumlah sampel sebanyak 162 orang. Data di analisis secara univariat. bivariat, dan multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda. Perangkat lunak yang dipakai ialah program komputer di laboratorium Program Studi llmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (PS-IKM). Hasil penelitian yang didapat adalah dari 162 responden, yang patuh terhadap standar pelayanan antenatal care (ANC) sebanyak 115 responden (71,0%), dan yang tidak patuh sebanyak 47 responden (29,0%). Faktor yang memiliki hubungan dengan kepatuhan bidan di desa terhadap standar pelayanan antenatal care (ANC) adalah.umur, pengalaman kerja, pengetahuan, sedangkan perkawinan, pelatihan, supervisi dan sarana tidak memiliki hubungan bermakna. Sedangkan hasil multivariat faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan bidan di desa pada standar pelayanan antenatal adalah status perkawinan. Mempertimbangkan hasil penelitian ini, maka disarankan kepada semua pihak yang terkait (Dinas Kesehatan, Puskesmas) perlu pembinaan khusus terhadap bidan di desa terutama bidan di desa yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, sedangkan untuk bidan perlu meningkatkan pengetahuannya melalui pelatihan dan banyak membaca. ......The Factors that Related to Village Midwife Compliance on Antenatal Service Standard at Karawang District, 2002The Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still high, it was 373 per 1000 live births, 1997, even the government, and MOH would like to reduce it. To reduce the MMR, the government has been placed Village Midwife and facility of health service up to Remote Areas to participate maintain the maternal health and infant during pregnancy, delivery, and post-natal. The objective this study is to determine the description of Village Midwife compliance rate to ANC standard at Karawang District, and also on what factors that influence to Village Midwife compliance to ANC standard. The study design used cross-sectional, the population of this study is Village-Midwife that available at Karawang District, and the number is 277 people, with the sample as 162 people. The data was analyzed by univariate, bivariate, and multivariate used logistic regression. The software is computer program at the Laboratory of the Faculty of Public Health, University of Indonesia (PS-IKM-UT). The result of this study obtained that out of 162 respondents who's having compliance to ANC standard as 115 respondents (71.0%), and was not compliance 47 respondents (29.0%). Result of bivariate prove have significant relationship to Village Midwife compliance to ANC standard are age, work experience, knowledge, while marital, training, supervision and facility is not having significant relationship. The specially vector to related wich compliance to ANC standard as married status. Considering to the result of this study, it is recommended to all related parties (Local Health Service, Health Center) need special guidance to Village Midwife, especially Village Midwife that having lower compliance, while for Midwife should increase her knowledge through training and a lot of reading.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hoppenbrouwers, Toke
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
909 UI-WACANA 18:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library