Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masyta Intan Yulianti
Abstrak :
ABSTRAK
Keberadaan masyarakat Betawi di DKI Jakarta mulai termarginalkan dari sisi budaya maupun keruangan akibat perkembangan Kota Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses marginalisasi masyarakat Betawi dari segi budaya dan keruangan. Metode penelitian ialah deskriptif kualitatif dan analisis keruangan dengan melakukan wawancara kepada masyarakat Betawi di pesisir, tengah dan pinggir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa marginalisasi masyarakat Betawi dari segi budaya adalah bergesernya mata pencaharian, upacara pernikahan, bahasa panggilan orang tua, dan makanan khas. Pergeseran budaya tersebut diakibatkan oleh himpitan ekonomi, pencemaran, dan perkembangan zaman. Marginalisasi masyarakat Betawi dari segi ruang mengakibatkan berpindahnya masyarakat Betawi ke pinggir bahkan keluar kota Jakarta, disebabkan penggusuran dan menjual tanah karena desakan ekonomi
ABSTRACT
The existence of the Betawi in Jakarta began marginalized in terms of culture and space as a result of the development of the city of Jakarta. This study aims to determine the process of marginalization of the Betawi people in terms of culture and space. The research method is descriptive qualitative and spatial analysis to do an interview to the Betawi people in coastal, central and edge. The results showed that the marginalization of the Betawi people in terms of culture, the shift in livelihood, wedding ceremonies, language call the parents, and the food is typical. The cultural shift caused by economic pressure, pollution, and the times. Betawi community marginalization in terms of space resulted in the migration of the Betawi people to even out the edge of the city, due to evictions and sell the land due to economic pressures.
2016
S65675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfrida Riani Rachmawaty
Abstrak :
Pembangunan kota yang dilakukan pemerintah Jakarta pada masa awal pertumbuhan kota ini, telah memberikan dampak untuk lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Etnis Betawi menjadi salah satu kelompok masyarakat yang paling terdampak oleh pembangunan tersebut. Keadaan ini menarik perhatian salah satu pengarang Indonesia berdarah Betawi, Zen Hae. Kumpulan cerpen Rumah Kawin menjadi salah satu karya sastra yang mengangkat tema kehidupan masyarakat Betawi di Jakarta dan sekitarnya. Melalui kumpulan cerpen tersebut, penulis kemudian mengkaji gambaran atas kondisi masyarakat Betawi yang termarginalkan di tanahnya sendiri serta bagaimana gambaran keresahan pengarang terkait kondisi lingkungan hidup dan sosial masyarakat Betawi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran kondisi masyarakat Betawi yang termarginalkan di tanahnya sendiri serta mendeskripsikan keresahan pengarang terhadap kondisi lingkungan hidup dan sosial masyarakat Betawi yang tergambar di dalam Rumah Kawin. Untuk mencapai tujuan yang telah disebutkan di atas, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif serta pendekatan sosiologi sastra. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan kota tersebut telah mengakibatkan marginalisasi masyarakat Betawi serta kerusakan lingkungan yang tergambar di dalam cerpen. Selain itu, penelitian ini juga dapat membuka jalan dan memperluas kajian susastra Indonesia tentang kehidupan masyarakat Betawi. ......Jakarta development by the government has been impacted on the environment and the surrounding community. The Betawinese community is one of the most impacted community. This situation attract one of Betawinese writer, Zen Hae. His book, titled Rumah Kawin became one of literature work that brings up Betawinese life in Jakarta and its surroundings. The aim of this study is to describe the Betawinese community’s condition that is marginalized on their own land. Beside that, this study also shows Zen Hae’s concern regarding to the environment condition and social life of the Betawinese community based on Rumah Kawin book. This research uses descriptive qualitative method and sociology of literature approach. The result of this study shows that the city development causes marginalizations of the Betawinese community and environmental damage that has been described in Rumah Kawin. Beside that, this study enrich Indonesian literature study about the Betawinese community‘s life.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yorita L.S. Bernadetta
Abstrak :

ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk melihat upaya Benyamin untuk menyebarluaskan kesenian Betawi, khususnva gambang kromong hingga keluar dari daerah asalnya yaitu Betawi menjadi musik yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia ia juga berusaha untuk mengangkat budaya Betawi menjadi budaya tandingan bagi budaya yang datang budava yang dari luar negeri Benyamin menjadikan Budaya Betawi lebih popular.

Penelitian dan pengumpulan bahan dilakukan melalui studi kepustakaan pada beberapa perpustakaan dan juga menggunakan media pandang dengar sebagai sumber primer yang diperoleh di Perpustakaan Sinematek Pusat Perfilman H. Usmar Ismail Kuningan. Jakarta dan ,juga menggunakan media dengar yang diperoleh dari Bens Radio, Ciputat.
1998
S12230
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bustami
Abstrak :
Skripsi ini mencakup empat bab pembahasan. Pembahasan pokok terdapat dalam Bab III yakni mengenai penga_ruh Tarekat Sammaniyah pada masyarakat Betawi, yang meliputi upacara pembacaan Hikayat Samman serta upacara pembacaan Ratih Samman; yaitu pengaruh mela1ui mubalig, pesantren serta kitab-kitab tertentu. Pribadi Syeikh Muhammad Samman sebagai pendiri Tarekat Sammaniyah dibahas dalam Bab II, yang meliputi rangkaian silsilahnya, zikir-zikirnya serta karya-karya tulisnya. Dalam bab I, dibahas mengenai arti tarekat, dasar hukumnya, tujuan mengamalkannya, serta hubungannya dengan tasawuf. Pembahasan dalam bab ini dimaksudkan sebagai langkah pengenalan terhadap tarekat. Pembahasan tentang prospek kegiatan upacara pembacaan hikayat Samman serta prospek kegiatan upacara pembacaan Ratib Samman terdapat dalam pembahasan Bab IV sebagai bab kesimpulan dan sekaligus sebagai penutup skripsi ini.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatchuri
Abstrak :
ABSTRAK
Modernisasi yang berlangsung di Jakarta memberikan dampak perubahan terhadap kehidupan masyarakat Betawi sebagai penduduk asli Jakarta. Arus urbanisasi yang kemudian berlangsung membuat populasi penduduk di Jakarta terus bertambah. Muncullah kemudian masalah-masalah sosial yang menimpa kota Jakarta seperti kepadatan penduduk, pemukiman, kesempatan kerja, dan masalah-masalah lain yang biasa terdapat di kota besar. Perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi kondisi psikologis individu- individu dalam masyarakat Betawi. Berkembangnya Jakarta menjadi kota metropolitan mengubah kehidupan kota Jakarta menjadi kota yang masyarakatnya saling tak mengenal, acuh tak acuh terhadap orang lain, individualis, dan berorientasi kepada materi. Hal ini dapat berdampak kepada kehidupan masyarakat Betawi yang biasa hidup dalam lingkungan sosial yangbaik, saling menolong, dan memiliki ikatan sosial yang kuat.

Untuk mengetahui Iebih jauh tentang bagaimana kondisi psikologis masyarakat Betawi saat ini, dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan konsep psychological well-being (PWB) yang dikemukakan Carol D. Ryff (1989). PWB mengukur bagairnana penilaian subjektif individu terhadap pencapaian- pencapaian potensi-potensi dirinya. Konsep ini mempunyai kelebihan dibandingkan teori-teori tentang well-being sebelumnya karena memperhatikan faktor-faktor kesehatan mental positif yang digunakan dalam teori-teori humanistik seperti pertumbuhan dan perkembangan pribadi. PWB seseorang menurut Ryff (1989) dapat dilihat dari 6 dimensi yaitu dimensi penerimaan diri, otonomi, penguasaan lingkungan, hubungan positif dengan orang Iain, tujuan hidup, dan partumbuhan pribadi. Dalam konteks masyarakat Betawi, dapat diketahui dimensi mana yang dianggap penting oleh mereka saat ini.

Mengingat bahwa masyarakat Betawi merupakan masyarakat yang religius, maka penilaian subjektifnya terhadap pancapaian potensi-potensi dirinya dapat dipengaruhi oleh pandangan-pandangan mereka yang dibentuk oleh agama, dalam hal ini Islam. Maka, penelitian ini ingin melihat Iebih jauh hubungan antara PWB dengan keberagamaan. Penelitian-penelitian selama ini telah membuktikan adanya hubungan antara keberagamaan dengan well-being.

Dari beberapa konsep keberagamaan yang sering digunakan untuk mengukur religiusitas, peneliti menggunakan teori komitmen beragama yang dikemukakan oleh Charles Glock (1962). Dipilihnya teorl ini untuk mengetahui keberagamaan masyarakat Betawi adalah karena konsep ini dapat melihat keberagamaan dari berbagai dimensi sehingga dapat menghasilkan gambaran keberagamaan secara Iebih luas. Aspek-aspek keberagamaan yang penting dalam Islam seperti aqidah, pemahaman agama, ibadah dan penghayatannya, serta muammalah (kehidupan sosial) dapat lebih tergali dengan manggunakan konsep ini.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan. Dalam memproses data yang telah masuk, dilakukan analisa statistik dengan perhitungan mean, korelasi model Pearson product moment, dan analisa varians.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi pertumbuhan pribadi dan tujuan hidup merupakan 2 dimensi yang dianggap penting oleh masyarakat Betawi; sementara dimensi otonomi manempati urutan terakhir dalam pandangan mereka. Pentingnya dimensi pertumbuhan pribadi dalam pandangan masyarakat Betawi menggambarkan bahwa nilai-nilai budaya barat yang mengutamakan pertumbuhan pribadi warganya sudah terserap dalam kehidupan masyarakat Betawi. Meskipun demlkian, dalam hal tujuan hidup, masyarakat Betawi masih dapat mempertahankannya dibandingkan masyarakat Hindu di Denpasar Bali seperti yang ditemukan Mardhianto (1997). Rendahnya dimensi otonomi juga menunjukkan bahwa ikatan sosial di kalangan masyarakat Betawi masih kuat.

Dalam hal komitmen beragama, dimensi ideologis memiliki nilai tertinggi dan dimensi ritual berada pada urutan terakhir. Hal ini berarti bahwa masyarakat Betawi memiliki keyakinan yang kuat terhadap kebenaran ajaran-ajaran agama islam tetapi di sisi Iain keyakinan tersebut tidak selalu terefleksi dalam pelaksanaan ibadah sehari-hari. Hasil ini juga memperlihatkan adanya pergeseran dalam kehidupan beragama mengingat dalam budaya keagamaan masyarakat Betawi dahulu, langgar dan masjid tak bisa dilepaskan dalam kehidupan mereka. lndividu yang jarang ke langgar dan masjid untuk beribadah dapat dikucilkan oleh masyarakat (Junaidi dalam Melalatoa, 1997).

Perhitungan korelasi antara dimensi-dimensi PWB dengan dimensi-dimensi komitmen beragama menunjukkan bahwa di antara dimensi-dimensi kedua variabel terdapat korelasi yang signifikan. Dimensi penerimaan diri berhubungan dengan komitmen beragama pada dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Hubungan positif dengan orang Iain berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Otonomi berhubungan dengan dimensi konsekuensial dan ideologis. Penguasaan Iingkungan berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Tujuan hidup berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, konsekuensial, dan ideologis. Dimensi pertumbuhan pribadi berhubungan dengan dimensi ritual, konsekuensial, ideologis dan intelektual.

Karakteristik subjek juga mempunyai hubungan dengan beberapa dimensi PWB maupun komitmen beragama. Pria terbukti lebih otonom dibandingkan wanita. Tapi dalam komitmen beragama, wanita lebih baik pada dimensi ritual, eksperiensial. dan intelektual. Subjek yang sudah menikah lebih baik dalam dimensi ritual, eksperiensial, dan ideologis tetapi Iebih rendah pada dimensi tujuan hidup dan hubungan positif dengan orang Iain dibandingkan mereka yang belum menikah. Tingkat pendidikan subjek berhubungan dengan dimensi ideologis dan konsekuensial. Jenis pekerjaan juga berhubungan dengan penerimaan diri, otonomi, dan tujuan hidup. Penerimaan diri yang paling baik adalah kelompok wiraswasta; kelompok ini juga memiliki tujuan hidup yang paling jelas. Dimensi otonomi tertinggi ada pada kelompok pegawai negeri. Kelompok subjek yang masih menganggur memiliki nilai paling rendah pada hampir semua dimensi PWB dan juga pada hampir semua dimensi komitmen beragama.
2000
S2959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belarmina Krisdiana Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Desa Budaya Betawi Setu Babakan (PBB Setu Babakan) merupakan destinasi wisata budaya Betawi yang dikelola oleh Unit Pengelola Wilayah PBB (UPK) Setu Babakan. Masyarakat berpotensi menjadi daya tarik daerah karena nuansa Betawi-nya. UPK PBB Setu Babakan dalam hal ini bertugas mengembangkan potensi masyarakat sekitar bersama organisasi berbasis masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan masyarakat yang ada dengan mengelaborasi teori proses pembangunan masyarakat dengan aspek pengembangan masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivis dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, studi pustaka, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengembangan masyarakat yang terdiri dari empat tahapan yaitu pengorganisasian masyarakat, visioning, perencanaan, serta pelaksanaan dan evaluasi sudah mulai dilaksanakan. Pengorganisasian masyarakat merupakan tahapan yang pelaksanaannya didominasi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Jakarta sebagai regulator. Visi, perencanaan, serta pelaksanaan dan evaluasi merupakan tahapan pelaksanaan yang diambil alih oleh UPK PBB Setu Babakan sebagai pelaksana teknis di lapangan.
ABSTRACT
Betawi Cultural Village Setu Babakan (PBB Setu Babakan) is a Betawi cultural tourism destination managed by the Setu Babakan UN Regional Management Unit (UPK). The community has the potential to become a regional attraction because of its Betawi nuances. UPK PBB Setu Babakan in this case is tasked with developing the potential of the surrounding community with community-based organizations. This study aims to examine the development of the existing society by elaborating the theory of the community development process with aspects of community development. This study uses a post-positivist approach with data collection through in-depth interviews, literature study, and observation. The results showed that the community development process which consisted of four stages, namely community organizing, visioning, planning, and implementation and evaluation had begun. Community organizing is a stage whose implementation is dominated by the Jakarta City Culture and Tourism Office as the regulator. Vision, planning, implementation and evaluation are the implementation stages taken over by UPK PBB Setu Babakan as the technical implementer in the field.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Noval Prakarsa
Abstrak :
Persoalan hidup yang dialami oleh orang Betawi berkaitan dengan sosial budaya yang terjadi di dalam masyarakat Betawi. Perilaku, sikap, dan sifat orang Betawi merupakan dampak dari perkembangan yang terjadi di lingkungan orang Betawi. Salah satu karya sastra yang dominan membahas seputar kehidupan masyarakat Betawi adalah kumpulan cerpen Terang Bulan Terang di Kali karya S.M. Ardan. Dalam kumpulan cerpen tersebut, sembilan cerpen penulis gunakan sebagai data. Dengan memeriksa cerpen-cerpen tersebut, penulis memaparkan bagaimana gambaran masyarakat Betawi yang meliputi sosial budaya Betawi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan fakta-fakta serta kutipan sebagai bukti. Pendekatan unsur instrinsik, seperti tema, tokoh, penokohan, alur, dan latar dapat menunjukkan gambaran mengenai masyarakat Betawi. Setelah itu, tinjauan sosiologi sastra dapat mengungkapkan sosial budaya Betawi yang terjadi dalam cerpen-cerpen tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persoalan hidup yang dialami masyarakat Betawi sangat dominan. Secara keseluruhan, kumpulan cerpen ini menggambarkan kehidupan orang Betawi yang menderita. Penderitaan tersebut dilalui orang Betawi dengan sifatnya yang humoris dan tetap hidup dengan nilai-nilai agama Islam.
The problems faced by the Betawi people are related to the socio-culture that occurs in the Betawi community. The behavior, attitude, and nature of the Betawi people are the impact of developments taking place in the Betawi environment.  One of the dominant literary works on the life of the Betawi is a collection of short stories, Terang Bulan Terang di Kali by S.M. Ardan.  In that collection of short stories, nine short stories  are used as author data. In assessing this short stories, the author describes how the description of the Betawi community is included in the Betawi socioculture. This research uses a descriptive analysis method, which presents facts and citations as evidence. Choices by intrinsic elements, such as themes, character, characterizations, plot and settings can show a picture of the Betawi community. After that, the sociology of the literature discussed can reveal the Betawi social culture that occurs in this short stories. The results showed that the life problems experienced by the Betawi community were very dominant.  Overall, this collection of short stories illustrates the lives of people suffering from Betawi. The suffering is transmitted by the Betawi with funny characters and still lives with Islamic values.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siswantari
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang birokrasi pemerintahan Hindia Belanda pada tingkat wijkmeester untuk periode abad XIX; yang dikenal oleh masyarakat Betawi (dengan sebutan Bekmeester atau Bek. Kedudukan Wijkmeesters/bek dalam birokrasi pemerintahan menduduki posisi yang paling bawah, yang mempunyai tugas untuk menarik pajak, menjaga keamanan dan ketertiban serta- kebersihan wilayahnya. Dalam posisi demikian Wijkmeesters/bek berperan sebagai perantara yang menjembatani antara pemerintah dengan masyarakat. Seluruh kebijakan pemerintah harus diterjemahkan oleh pejabat ini agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakatnya. Dalam hal wewenang wijkmeesters boleh dikatakan tidak berhak memutuskan suatu kebijakan dari persoalan yang ada di masyarakatnya, setiap persoalan yang ada harus dilaporkan pada pejabat yang berada diatasnya yaitu Ajudan dan Komandan. Mereka inilah yang menentukan keputusan yang harus dilaksanakan oleh Wijkmeesters. Jabatan wijkmeesters/bek meskipun tidak mendapatkan gaji melainkan hanya mendapatkan 8% dari pajak yang dapat ditarik dari masyarakatnya, cukup banyak diminati oleh masyarakat di Batavia, terbukti dari banyaknya surat lamaran yang diajukan untuk diangkat menjadi wijkmeester oleh pemerintah Hindia Belanda- Posisi jabatan wijkmeester di masyarakat cukup dihormati. umumnya para wijkmeester merupakan orang yang mampu/kaya, hal itu tercermin dari gaya hidup dan rumah tinggalnya. Dalam menjalankan perannya sebagai wijkmeester ada tindakan-tindakan yang menyimpang yang membuat wijkmeester tersebut dilepaskan dui jabatannya. Penyimpangan itu biasanya karena rnengelapkan uang pajaka yang diterimanya, dui tidak mampu mengatur ronda atau menjaga keamanan wilayahnya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library