Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shafrian Adi Rahmanto
Abstrak :
Baja SM570-TMC merupakan baja berkekuatan tinggi, kerap disambung dengan menggunakan pengelasan fusi yang memiliki pegaruh panas dan akan berdampak kepada sifat penyambungan sehingga akan mempengaruhi performa hasil pengelasan. Oleh karena itu, pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masukan panas terhadap kemampuan las baja berkekuatan tinggi. Proses pengelasan pada penelitian ini menggunakan material baja SM570-TMC dengan ukuran dimensi 370mm x 300mm x 16mm yang sebelumnya telah dilakukan pengujian komposisi kimia untuk memastikan baja SM570-TMC sesuai dengan standar. Desain sambungan yang digunakan adalah Butt Weld, dengan metode proses pengelasan Flux Cored Arc Welding (FCAW), pada posisi las 1G (datar) serta menggunakan gas pelindung 100% CO2 dan kawat las E81 T1-N1 MJH. Selanjutnya hasil pengelasan dilakukan pengujian mekanik dan pengamatan struktur mikro pada daerah HAZ yang akan berpengaruh pada sifat mekanik hasil pengelasan. Pengujian mekanik yang dilakukan diantaranya adalah pengujian impak dengan standard ASTM E23, pengujian kekerasan vickers dengan standar ASTM E92, pengujian tarik dengan standar ASTM E8. Pengamatan struktur mikro pada HAZ dan kampuh las menggunakan Mikroskop Optik standar ASTM E3-11, dan Scanning Electron Microscope (SEM) memberikan informasi berupa unsur dari fasa pada bagian kampuh las dalam material uji serta Optical Emission Spectroscopy (OES) untuk mengetahui penyebaran Ni sebagai pembentuk ferit asikular pada daerah kampuh las. Pengelasan baja SM570-TMC dengan menggunakan metode FCAW dan kawat las E81N1yang mengandung 1% Ni pada masukan panas 1 kj/mm dan 2 kj/mm cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian X-ray radiografi yang tidak menunjukan cacat las, hasil pengujian tarik yang menunjukan kekuatan pada kampuh las cukup baik sehingga terjadi perpatahan pada logam induk, hasil pengamatan struktur makro menunjukan logam pengisi dan logam fusi dengan baik. Terdapat ferit asikular akan meningkatkan kemampuan las pada baja SM570-TMC.
SM570-TMC is high strength steel, often connected using fusion welding which has a heat effect and will have an impact on the nature of the connection so that it will affect the performance of the welding results. Therefore, this study aims to determine the effect of heat input on high strength steel weld ability. The welding process in this study uses steel material SM570-TMC with dimensions of 370mm x 300mm x 16mm which have been tested for chemical composition to ensure the SM570-TMC steel is in accordance with the standards. The connection design used is Butt Weld, with the welding process method of Flux Cored Arc Welding (FCAW), in 1G (flat) welding position and using 100% CO2 shielding gas and MJH E81 T1-N1 welding wire. Furthermore, the welding results were subjected to mechanical testing and observation of microstructure in the HAZ region which would affect the mechanical properties of the welding results. Mechanical tests include the impact testing with the ASTM E23 standard, testing Vickers hardness with the ASTM E92 standard, tensile testing with the ASTM E8 standard. Microstructure observations on HAZ and weld metal using the ASTM E3-11 standard Optical Microscope, and scanning electron microscope (SEM) provide information in the form of phase elements in the Weld Metal section in the test material and optical emission spectroscopy (OES) to determine Ni propagation as forming Acicular Ferrite in the Weld Metal section. Welding steel SM570-TMC using the FCAW method and E81N1 welding wire containing 1% Ni in the 1kj / mm heat input and 2kj / mm is good enough. This is evidenced by the results of X-ray radiographic testing that does not show defects, the tensile test results that show strength in the weld metal are good enough so that fracture occurs on the base metal, observations of macro structures show fusion fillers and base metals well. The presence of acicular ferrite will increase the weldability of the SM570-TMC steel.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafrian Adi Rahmanto
Abstrak :
Baja SM570-TMC merupakan baja berkekuatan tinggi, kerap disambung dengan menggunakan pengelasan fusi yang memiliki pegaruh panas dan akan berdampak kepada sifat penyambungan sehingga akan mempengaruhi performa hasil pengelasan. Oleh karena itu, pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masukan panas terhadap kemampuan las baja berkekuatan tinggi. Proses pengelasan pada penelitian ini menggunakan material baja SM570-TMC dengan ukuran dimensi 370mm x 300mm x 16mm yang sebelumnya telah dilakukan pengujian komposisi kimia untuk memastikan baja SM570-TMC sesuai dengan standar. Desain sambungan yang digunakan adalah Butt Weld, dengan metode proses pengelasan Flux Cored Arc Welding (FCAW), pada posisi las 1G (datar) serta menggunakan gas pelindung 100% CO2 dan kawat las E81 T1-N1 MJH. Selanjutnya hasil pengelasan dilakukan pengujian mekanik dan pengamatan struktur mikro pada daerah HAZ yang akan berpengaruh pada sifat mekanik hasil pengelasan. Pengujian mekanik yang dilakukan diantaranya adalah pengujian impak dengan standard ASTM E23, pengujian kekerasan vickers dengan standar ASTM E92, pengujian tarik dengan standar ASTM E8. Pengamatan struktur mikro pada HAZ dan kampuh las menggunakan Mikroskop Optik standar ASTM E3-11, dan Scanning Electron Microscope (SEM) memberikan informasi berupa unsur dari fasa pada bagian kampuh las dalam material uji serta Optical Emission Spectroscopy (OES) untuk mengetahui penyebaran Ni sebagai pembentuk ferit asikular pada daerah kampuh las. Pengelasan baja SM570-TMC dengan menggunakan metode FCAW dan kawat las E81N1yang mengandung 1% Ni pada masukan panas 1 kj/mm dan 2 kj/mm cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian X-ray radiografi yang tidak menunjukan cacat las, hasil pengujian tarik yang menunjukan kekuatan pada kampuh las cukup baik sehingga terjadi perpatahan pada logam induk, hasil pengamatan struktur makro menunjukan logam pengisi dan logam fusi dengan baik. Terdapat ferit asikular akan meningkatkan kemampuan las pada baja SM570-TMC.
SM570-TMC is high strength steel, often connected using fusion welding which has a heat effect and will have an impact on the nature of the connection so that it will affect the performance of the welding results. Therefore, this study aims to determine the effect of heat input on high strength steel weld ability. The welding process in this study uses steel material SM570-TMC with dimensions of 370mm x 300mm x 16mm which have been tested for chemical composition to ensure the SM570-TMC steel is in accordance with the standards. The connection design used is Butt Weld, with the welding process method of Flux Cored Arc Welding (FCAW), in 1G (flat) welding position and using 100% CO2 shielding gas and MJH E81 T1-N1 welding wire. Furthermore, the welding results were subjected to mechanical testing and observation of microstructure in the HAZ region which would affect the mechanical properties of the welding results. Mechanical tests include the impact testing with the ASTM E23 standard, testing Vickers hardness with the ASTM E92 standard, tensile testing with the ASTM E8 standard. Microstructure observations on HAZ and weld metal using the ASTM E3-11 standard Optical Microscope, and scanning electron microscope (SEM) provide information in the form of phase elements in the Weld Metal section in the test material and optical emission spectroscopy (OES) to determine Ni propagation as forming Acicular Ferrite in the Weld Metal section. Welding steel SM570-TMC using the FCAW method and E81N1 welding wire containing 1% Ni in the 1kj / mm heat input and 2kj / mm is good enough. This is evidenced by the results of X-ray radiographic testing that does not show defects, the tensile test results that show strength in the weld metal are good enough so that fracture occurs on the base metal, observations of macro structures show fusion fillers and base metals well. The presence of acicular ferrite will increase the weldability of the SM570-TMC steel.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sultan Salman Aufa
Abstrak :
Paduan Aluminium AA5083 banyak digunakan dalam industri kelautan, bejana tekan, gerbong kereta api, badan kendaraan, badan truk tip, dan lain-lain, karena kinerjanya yang luar biasa di lingkungan yang ekstrim. Pada penelitian ini pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) autogenous atau pengelasan tanpa kawat las dilakukan untuk menganalisis geometri manik berdasarkan rasio lebar banding kedalaman (W/D), mikrostruktur hasil lasan khususnya pada daerah Heat Affected Zone (HAZ), serta profil kekerasan yang ditimbulkan. Pengelasan ini dilakukan secara bead on plate yang melibatkan material paduan aluminium seri 5xxx berbentuk pelat dengan dimensi 120 x 50 mm dengan tebal 5 mm yang menggunakan gas argon sebagai gas pelindung. Proses pengelasan menerapkan variasi masukan panas dengan memodifikasi besar arus dan kecepatan pengelasan. Selanjutnya, dilakukan pengukuran geometri manik berdasarkan makrostruktur, pengujian metalografi, dan pengujian kekerasan. Hasil dari penelitian ini menyiratkan bahwa dengan meningkatnya besar arus terjadi peningkatan kedalaman manik, sedangkan peningkatan kecepatan pengelasan akan menghasilkan manik yang sempit, dan secara umum peningkatan masukan panas akan meningkatkan kedalaman dan lebar manik serta menurunnya rasio W/D. Terjadi kenaikan ukuran butir pada daerah HAZ dan porositas yang berkurang seiring dengan meningkatnya masukan panas. Profil kekerasan menunjukkan kekerasan tertinggi berada pada wilayah logam dasar, terjadi penurunan nilai kekerasan pada daerah logam las dan HAZ sejalan dengan masukan panas yang meningkat. ......AA5083 Aluminum Alloy is widely used in the marine, pressure vessel, railroad car, vehicle bodies, tipping truck bodies, etc. due to its outstanding performance in extreme environments. In this study, autogenous Tungsten Inert Gas (TIG) welding or welding without filler metal was carried out to analyze the bead geometry based on the ratio of width to depth (W/D), the microstructure of the welds, especially in the Heat Affected Zone (HAZ) area, as well as the resulting hardness profile. The welding was carried out in a bead on plate manner which involved 5xxx series aluminum alloy material in the form of a plate with dimensions of 120 x 50 mm and a thickness of 5 mm using argon gas as a shielding gas. The welding process applies variations in heat input by modifying the magnitude of the current and the speed of welding. Then, the resulting weldments were analyzed using a measurement of bead geometry based on macrostructure, metallographic testing, and hardness testing. The results of this study imply that with increasing current there is an increase in bead depth, while an increase in welding speed will produce a narrow bead, and in general an increase in heat input will increase the depth and width of the bead and decrease the W/D ratio. In addition, there is an increase in grain size in the HAZ region and a decrease in porosity with increasing heat input. The hardness profile shows the highest hardness in the base metal and a decrease in the hardness value in the weld metal as well as in the HAZ as the heat input increase.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Setyoningrum
Abstrak :
Aluminum adalah salah satu logam dengan pengunaan paling banyak di berbagai bidang. Tidak terkecuali, salah satu serinya, yakni seri 6061. Agar dapat digunakan, AA 6061 perlu mengalami beberapa tahapan manufaktur dasar, seperti pengelasan. Walaupun paduan ini memiliki kemampulasan yang baik, tidak menutup kemungkinan bahwa akan terbentuk cacat las setelah dilakukan pengelasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter masukan panas yang paling sesuai untuk meminimalisir terjadinya cacat las dan menghasilkan hasil lasan yang baik. Metode yang digunakan adalah pengelasan autogenous Tungsten Inert Gas, dengan sampel AA 6061 berdimensi 120 x 50 x 6 mm, hasil lasan berbentuk bead on plate, menggunakan gas argon sebagai gas pelindung, & memvariasikan parameter kecepatan dan arus pengelasan. Setelah pengelasan, dilakukan pengujian visual, radiografi, metalografi, dan Microvickers. Dari penelitian ini, didapatkan hasil bahwa masukan panas yang terlalu rendah tidak menghasilkan penetrasi pengelasan yang baik dan masukan panas yang terlalu tinggi membuat manik bertekstur kasar dan melebar. Ditinjau dari rasio w/d untuk mencegah terjadinya retak pembekuan (rasio 1 sampai 2), sampel dengan masukan panas 0,45 kJ/mm terkategori sebagai parameter optimal (220 A; 3,8 mm/s). Penggunaan masukan panas yang semakin tinggi menyebabkan penurunan kekerasan di HAZ karena membuat daerah sekitar pengelasan yang terpengaruh panas menjadi lebih luas, sehingga butir tumbuh lebih besar. Oleh karena itu, pengelasan sebaiknya dilakukan dengan masukan panas yang tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi. Masukan panas yang terlalu rendah menyebabkan penetrasi dangkal dan masukan panas yang teralu tinggi menyebabkan penurunan kekerasan di HAZ yang signifikan. ......Aluminium, being widely utilized in various industries, encompasses numerous alloys, including the widely employed AA 6061. To enable its usage, AA 6061 undergoes essential manufacturing processes, such as welding. Despite its commend able workability, the occurrence of weld defects post-welding remains a possibility. Thus, this research aims to determine the optimal heat input parameters to minimize weld defects and ensure favorable welding outcomes. Autogenous Tungsten Inert Gas (TIG) welding technique was employed, utilizing AA 6061 samples with dimensions of 120 x 50 x 6 mm, resulting in bead-on-plate welds. Argon gas was implemented as the shielding gas, while the welding speed and current parameters were systematically varied. Subsequently, visual, radiographic, metallographic, and Microvickers testing were conducted to evaluate the welds comprehensively. The findings revealed that excessively low heat input resulted in inadequate weld penetration, whereas excessively high heat input caused the formation of coarse and expanded bead textures. Optimal weld performance was achieved by maintaining a width-to-depth ratio of 1:2, crucial for preventing hot cracking, with a heat input parameter of 0.45 kJ/mm (220 A; 3.8 mm/s). Notably, higher heat input levels were observed to induce a reduction in hardness within the Heat Affected Zone (HAZ) due to the enlargement of the heat-affected area, promoting enhanced grain growth. Consequently, welding operations necessitate the careful selection of heat input parameters to ensure both satisfactory penetration and desirable hardness within the HAZ, avoiding extremes of too low or too high heat input. Inadequate heat input leads to superficial penetration, while excessive heat input results in a substantial decline in hardness within the HAZ.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananias Wirasky Zendrato
Abstrak :
Pengelasan sebagai salah satu metode fabrikasi pada industri minyak dan gas tidak selalu menghasilkan kualitas hasil lasan yang baik. Adanya cacat pada hasil lasan menyebabkan hasil lasan reject sehingga material perlu untuk diperbaharui. Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah melakukan perbaikan pengelasan dengan cara mengekskavasi hasil lasan yang terdapat cacat. Akan tetapi proses ini berpengaruh terhadap sifat mekanik dan struktur mikro akibat adanya masukan panas. Dengan API 5L Grade B sebagai material uji, penelitian menggunakan metode pengelasan manual (SMAW) dan dilakukan pengujian pada tiga sampel pipa hasil lasan yaitu sebelum pengelasan (BR), repair 1 (R1), dan repair 2 (R2), dan dibandingkan sifat mekanik dan struktur mikronya. Hasil pengujian struktur mikro pada menunjukan terjadinya perbesaran ukuran butir dengan bertambahnya proses perbaikan. Terbentuknya fasa acicular ferrite pada weld metal dan HAZ meningkatkan sifat mekanik pada sampel R1. Berdasarkan hasil pengujian tarik didapatkan bahwa proses perbaikan sebanyak dua kali masih memenuhi standar pengujian tarik, dengan nilai kekuatan tarik maksimum tertinggi dihasilkan oleh R1 sebesar 531 MPa dan mengalami penurunan pada R2 menjadi 518 MPa. Hasil pengujian kekerasan menunjukan bahwa semakin banyak proses perbaikan maka nilai kekerasan akan semakin menurun akibat masukan panas yang semakin tinggi, tetapi distribusi kekerasan lebih merata. Perbaikan pengelasan menyebabkan terjadi penurunan ketangguhan pada R2 akibat menurunnya kadar acicular ferrite dan perbesaran butir. ......Welding, one of the fabrication methods in the oil and gas industry, does not always produce good quality welds. The existence of defects causes the weld to get rejected, and the need for material renewal. Welding repair, which is to excavate the welds containing defects, can be done as alternative. However, existence of heat input used in welding repair process may alter the mechanical properties and microstructure of the material. Using API 5L Grade B as base material, research which used the SMAW welding method, and testing was done on three samples of welded pipes, named before repair (BR), repair 1 (R1), and repair 2 (R2), and compared their mechanical properties and microstructure. The microstructure tests showed an increase in the grain size along with an increase in the number of repairs. The formation of the acicular ferrite phase on the weld metal and HAZ increased the mechanical properties of the R1 sample. The tensile test results showed that the double repair process still meet the tensile test standards, with the highest tensile strength value was made by R1 of 531 MPa and decreasing at R2 to 518 MPa. The hardness tests show that increasing the number of repair processes decreases hardness properties due to the higher heat input, but with more even hardness distribution. All in all, welding repair causes a decrease in the toughness of the weld metal due to a decrease in acicular ferrite content and grain growth.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library