Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pither Palamba
Abstrak :
ABSTRAK
Kompleksitas masalah kebakaran di lahan gambut membatasi pemahaman kuantitatif perilaku penyebaran bara api ke dalam lapisan gambut dan peran parameter kunci seperti moisture content, densitas dan ketersediaan oksigen. Banyak penelitian tentang pembakaran membara pada lapisan gambut sudah dilakukan baik secara eksperimental, pemodelan maupun studi lapangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran membara pada lahan gambut antara lain moisture content, densitas, porositas, kecepatan angin dan lain-lain. Penelitian ini meliputi serangkaian pengujian untuk mendapatkan gambaran yang dapat menjawab fenomena pembakaran membara pada lapisan gambut. Beberapa peneletian yang fokus pada pengaruh moisture content belum memperhitungkan adanya tahapan evaporasi dan pengeringan (yang mendahului pirolisis dan pembakaran) pada smoldering front sehingga parameter hasil pengujian ditentukan berdasarkan initial moisture content sebelum pembakaran berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pembakaran yang melibatkan tahapan-tahapan preheating, evaporation, drying, pyrolisis dan char oxidation pada lapisan gambut dengan moisture content yang meningkat seiring kedalaman sampel, yang menyerupai kondisi riil di lahan. Penyiapan sampel dilakukan dengan mengeringkan sampel gambut yang masih basah (hasil sampling) pada temperature 105 ℃ masing-masing selama 4, 8, 12, 16, 20 dan 24 hours. Sampel hasil pengeringan tersebut dimasukkan ke dalam reaktor berukuran luas 10 cm × 10 cm dengan kedalaman 20 cm, pada lapisan masing-masing setebal 2.5 cm sehingga didapatkan sampel gambut dengan lapisan yang kering di permukaan (MC ~ 8.5 %) hingga lapisan yang masih basah (raw peat) di dasar reaktor. Pengukuran smoldering spread, evaporation rate, dan mass loss (yang termasuk evaporation rate) dilakukan dengan instrumen termokopel, soil moisture sensor dan weight balance secara real time. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pembakaran membara pada lapisan gambut dapat mencapai hingga lapisan yang sangat basah jika tersedia kalor yang cukup untuk mengeringkan dan membakarnya. Laju penguapan/pengeringan, perambatan bara dan kedalaman terbakar tergantung dari tebal lapisan kering yang mampu terbakar sebagai heat generation yang sebagian akan ditransfer untuk proses pemanasan, penguapan, pyrolysis, dan pembakaran. Dalam hal ini, pembakaran membara tidak merambat/menyebar pada lapisan gambut dengan moisture content (yang tinggi) tetapi smoldering front akan selalu berbatasan dengan lapisan yang kering. Pembakaran akan berhenti jika kalor pembakaran sama atau kurang dari jumlah yang diserap untuk penguapan dan ini merupakan titik kritis terjadinya extinction (pemadaman).
ABSTRACT
A considerable amount of experiments regarding smoldering combustion of peat had been conducted through various methods of experiment, modeling and fields study, with factors affecting the smoldering combustion of peatlands, including moisture content, density, porosity, wind speed, etc. However, it can be seen that some researches that focus on the influence of moisture content did not consider the evaporation and drying stages of the smoldering front, thus the parameters of the test results were determined based on initial moisture content prior to combustion. This experiment was conducted in order to study the smoldering combustion of the peat layer which resembles the real conditions in the field, which involves the stages of preheating, evaporation, drying, pyrolysis, and char oxidation. Sample with a stratified moisture content that is increasing with the depth was prepared by drying the raw peat sample (sampling results) at 105 ℃ for 4, 8, 12, 16, 20 and 24 hours. The preparations samples then placed into the reactor of 10 cm x 10 cm with a depth of 20 cm, with each layer of peat with different moisture content at 2.5 cm thick, thus obtaining a layered peat configuration with the dry peat layer on the surface (MC ~ 8.5 %) and the wet peat layer (raw peat) at the bottom of the reactor. Measurements of smoldering spread rate, evaporation rate, and mass loss (including evaporation) rate were gathered through instruments of thermocouple, soil moisture sensor and weight balance, respectively, in real time. The results from the experiment suggested that the evaporation rate, smoldering propagation, and depth of burn depended on the thickness of the burnable dry peat layer, or equivalent to the available amount of heat, which will be partially absorbed for heating and evaporation, pyrolysis and combustion processes. Therefore, smoldering combustion can not propagate on the moist peat layer, because it will always start with evaporation and drying process. The smoldering front will always be bordered by dry peat layer up to the point where the heat generated is equal or less than the amount needed for evaporation, which is the critical point of extinction
2018
D2533
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The development of a _fire calorimeter (Prototype-I) equipped with an exhaust gas installation, a fluid flow rate measurement apparatus and a gas composition analyzer has enabled combustibility tests of materials (i. e. estimation of heat release rate) by means of oxygen consumption measurements. Two wood species, prepared with across and along grain orientations were used in this work. The incident heat flux levels were varied between 5 to 17 kW/m2 . This paper examines the effects of wood species and heat flux level on the time to ignition, mass loss rate, heat release rate and the correlation established The outcomes are in good agreements with those reported in the literatures.
Jurnal Teknologi, 19 (4) Desember 2005 : 294-301, 2005
JUTE-19-4-Des2005-294
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizha Mulyasih
Abstrak :
Kebakaran hutan dan lahan gambut di Indonesia menjadi kasus bencana yang berdampak besar bagi kesehatan masyarakat serta pelestarian lingkungan, khususnya sebagai wilayah tropis yang mengalami musim kemarau dan pengaruh El nino setiap tahunnya. Dalam rangkaian penelitian ini dikembangkan sistem skala laboratorium terintegrasi yang memungkinkan analisis komparatif dengan serangkaian pengumpulan data eksperimental yang komprehensif mencakup penyalaan, laju kehilangan massa, profil temperatur gambut, penurunan permukaan gambut, emisi gas, partikel yang dilepaskan, dan efek pemadaman, sehingga sistem terintegrasi ini menyediakan fasilitas untuk mempelajari hubungan antara parameter pembakaran yang dapat membantu dalam memahami pembakaran gambut yang membara. Rangka utama sistem terbuat dari rangka baja untuk mendukung penempatan reaktor, penempatan termokopel, sistem kamera termal, sistem akuisisi data, pemanas listrik, dan reservoir air untuk eksperimen upaya pemadaman. Kalorimeter dipasang di atas reaktor uji untuk mengumpulkan gas dan partikel yang dilepaskan selama proses uji untuk pengukuran dan analisis lebih lanjut. Berbagai eksperimen pengujian menggunakan sampel gambut tropis Indonesia dari tiga daerah yang berbeda, yaitu Papua, Kalimantan dan Sumatera. Kemudian sampel diuji dengan beberapa tes karakterisasi proksimat-ultimat untuk menentukan komponen gambut. Persiapan sampel seperti pengkondisian kandungan air dan homogenitas sampel dilakukan sebelum melakukan eksperimen pembakaran gambut. Hasil pengamatan uji pembakaran membara pada berbagai sampel gambut didapatkan rentang laju perambatan sebesar 1,27 cm/h sampai 1,57 cm/h, subsiden dan kehilangan massa sebesar ~60%, nilai faktor emisi (EF) sebesar 1228-1850 g/kg untuk CO2 dan 105,4-222,1 g/kg untuk CO. Selain itu, pemadaman dengan metode injeksi berbasis air dan berbasis busa dilakukan bertujuan untuk mempelajari perilaku pemadaman dengan melihat efektivitas waktu dan air yang dibutuhkan, sehingga memberikan solusi dalam upaya pemadaman kebakaran gambut yang bertahan didalam permukaan tanah dan sulit untuk dideteksi pemadam, terutama saat musim kemarau di lapangan. Diharapkan penelitian ini akan dapat berkontribusi pada pengelolaan lahan gambut yang lebih baik dalam pencegahan dan mitigasi kebakaran gambut. ......Forest and peatland fires in Indonesia are cases of disasters that have a major impact on public health and environmental preservation, especially as a tropical region that experiences a dry season and the influence of El Nino every year. In this series of studies an integrated laboratory scale system was developed that allows comparative analysis with a comprehensive set of experimental data collection including ignition, mass loss rate, peat temperature profile, peat subsidence, gas emission, particulate matter, and suppression. This integrated system provides a facility to study the relationship between combustion parameters which can help in understanding the smoldering peat. The main frame of the system is made of stainless steel to support reactor placement, thermocouple placement, thermal camera system, data acquisition system, electric heater, and water reservoir for suppression experiments. The buoyancy calorimeter was installed above the reactor to collect gases and particles during the test process for further measurement and analysis. Various experiments used samples of Indonesian tropical peat from three different areas, namely Papua, Kalimantan and Sumatra. The results of the smoldering test on various peat samples showed a range of spread rate of 1.27 cm/h to 1.57 cm/h, subsidence and mass loss of ~60%, emission factor (EF) value of 1228 – 1850 g/kg for CO2 and 105.4 – 222.1 g/kg for CO. In addition, suppression using water-based and foam-based injection methods is carried out with the aim of studying the extinguishing behavior by looking at the effectiveness of the time and water required, thus providing a solution in efforts to extinguish peat fires that persist under the soil surface and are difficult to detect by firefighters, especially during the dry season. in the field. It is hoped that this research will be able to contribute to better peatland management in the prevention and mitigation of peat fires.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duhita Anindyajati
Abstrak :
Pembakaran smoldering adalah tipe dari pembakaran yang unik, ditandai dengan pembakaran yang berkelanjutan, lambat, dan tanpa adanya lidah api. Smoldering menimbulkan ancaman serius, karena mampu menyalakan sumber panas yang lemah di sekitarnya yang dapat menyebabkan pembakaran flaming. Salah satu contoh yang paling umum dari pembakaran smoldering adalah rokok. Rokok juga merupakan salah satu penyebab utama kebakaran rumah, 20% kebakaran rumah di Amerika Serikat sekitar tahun 1992-1996 dimulai oleh rokok. Dengan demikian, kita perlu analisis karakterisasi rokok. Ketika dibakar pada kemiringan tertentu, rokok akan menunjukkan beberapa karakteristik. Laju pengurangan massa tercepat ditemukan di kemiringan 270˚, sedangkan laju yang paling lambat ditemukan di kemiringan 0˚. Hal ini disebabkan efek buoyancy yang membantu penyebaran pembakaran, yang mencapai tingkat maksimum pada kemiringan 270˚. Juga, perambatan api smoldering tercepat ditemukan di kemiringan 270˚. Karakteristik interaksi rokok dengan kain sangat dipengaruhi oleh sudut yang dibentuk oleh kain. Semakin kecil sudut, area yang terbakar akan lebih besar. Hal ini disebabkan permukaan kontak yang besar, dibentuk oleh sudut kain. Dengan demikian, daerah yang memiliki luasan area terbakar yang terbesar ditemukan di sudut 50˚. ...... Smoldering combustion is a unique type of combustion, characterized by flameless, self-sustained, and slow form of burning. Smoldering poses a serious threat, as it is able to ignite weak heat source around it that leads to flaming combustion. One of the most common examples of smoldering combustion is cigarette. Cigarette is also one of the leading causes of residence fire, as 20% residential fire in USA around 1992-1996 was started by cigarette. Thus, we need to analyze its characteristic. When burned on certain inclination, cigarette will show some characteristic. The fastest mass loss rate was found at 270˚ inclination, while the slowest is found at 0˚ inclination. This is due to buoyancy effect that helped the propagation of combustion that reached its maximum rate at 270˚ inclination. Also, the fastest smoldering propagation was found on 270˚ angle. The characteristic of cigarette interaction with fabric is heavily influenced by angle formed by the fabric. The smaller the angle, the bigger burned area would be. This is due to bigger contact surface caused by the angle of the fabric. Thus, the biggest burned area was found on 50˚ fabric.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library