Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tjachja Kurjana
"ABSTRAK
. Imobilisasi pasien merupakan unsur yang penting untuk keakuratan geometri pada teknik radiasi stereotaktik. Terapi radiasi stereotaktik merupakan salah satu layanan unggulan, namun masih terbatasnya data perbedaan imobilisasi/akurasi pasien yang menggunakan G frame dan double mask. Metode. Penelitian ini merupakan studi komparatif cross sectional untuk mengetahui perbandingan pergeseran geometri pada verifikasi antara G frame dan double mask pada terapi radiasi dengan teknik stereotaktik. Penelitian dilakukan pada bulan Februari ndash; Maret 2016 di Departemen Radioterapi RSCM dengan pengambilan subjek menggunakan metode retrospektif konsekutif. Variabel yang dinilai adalah nilai pergeseran geometris pada proses verifikasi stereotactic radiosurgery yang menggunakan G frame dan stereotaktik radioterapi yang menggunakan double mask. Analisis yang digunakan untuk melihat perbandingan pergeseran geometri pada verifikasi antara G frame dan double mask adalah T-test. Hasil. Angka rerata pergeseran geometri pada pasien radioterapi stereotaktik dengan menggunakan imobilisasi Double mask untuk sumbu laterolateral sebesar 0,4 0,3 mm untuk sumbu kraniokaudal 0,5 0,4 mm dan sumbu anteroposterior 0,5 0,4 mm dan imobilisasi G. frame untuk laterolateral 0,3 0,2 mm, untuk kraniokaudal 0,3 0,4 mm dan untuk anteroposterior 0,4 0,3 mm. Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rerata pergeseran geometri antara imobilisasi double mask dengan G frame sebagai baku emas.

ABSTRACT
Introduction. Patient immobilization is an important element for geometric accuracy in stereotactic radiation techniques. Stereotactic radiation therapy is one of the superior services, but the data about the immobilization accuracy difference between using G frame and double mask is still limited.Materi and Method. This comparative cross sectional study to compare the geometrical errors during verification between radiation therapy using G frame and double mask with stereotactic technique, was conducted in February March 2016 in the Department of Radiotherapy RSCM. The subjects using the retrospective method consecutively. The variables assessed were the geometrical errors on verification process of stereotactic radiosurgery using G frame and stereotactic radiotherapy using a double mask. The analysis using to compare the geometrical errors on verification between G frame and double mask is T test.Results. The mean values of geometrical error stereotactic radiotherapy using Double mask immobilization axis 0.4 0.3 mm on laterolateral, 0.5 0.4 mm on craniocaudal axis and 0.5 0.4 mm on anteroposterior. As for G frame immobilization 0.3 0.2 mm on laterolateral axis, 0.3 0.4 mm on craniocaudal axis and to 0.4 0.3 mm anteroposterior axis.Conclusion. There were no significant difference of geometrical error mean values between the double mask with G frame immobilizations as the gold standard. "
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58666
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayzi Rizqika
"ABSTRAK
Pengembangan metode fotolitografi dengan metode UV LED telah berkembang secara
massif dalam satu dekade ini. Teknologi ini telah sangat dikenal untuk melakukan
pembuatan pola dari suatu photo-mask yang selanjutnya akan ditransfer ke sebuah
spesimen atau substrat dengan cara pencahayaan memakai sinar UV LED. Saat ini,
teknologi fotolitografi telah dikembangkan secara lebih masif lagi untuk melakukan
fabrikasi sebuah kanal mikro pada perangkat mikrofluidik. Untuk melakukan fabrikasi
yang optimal pada sebuah kanal mikro yang terwujud dari desain photo-mask, maka
parameter terbaik dibutuhkan untuk membuat kanal mikro yang sempurna. Pada bagian
akhir riset ini, kami mendefinisikan karakteristik performa fotolitografi untuk parameterparameter
yang telah ditetapkan.

ABSTRACT
The photolithography with UV LED has been greatly developed since the last decade.
This technology is widely known to create a pattern from a photo-mask to the substrate
with exposing the UV LED to the targeted specimen. In the recent years, this technology
has been massively used to create a pattern of micro-channel on microfluidic devices. In
order to fabricate such an optimum desired micro channel design from the mold or mask,
a finest parameter is demanded to create a faultless microfluidic channel. At the end of
the research, we define photolithography characteristics to perform for a predetermined
parameter.
"
Lengkap +
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Kardji
Denpasar: Binoh Kelod, 1992
793.31 IWA t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Martono
"Tulisan ini dikembangkan dari judul penelitian Pengembangan Modul Topeng Etnik Nusantara Sebagai Suplemen Pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya Kurikulum 2013, dengan tujuan untuk mendeskripsikan jenis, nama, dan karakter topeng etnik nusantara. Pendekatan penelitian kualitatif dengan metode wawancara,observasi, dokumentasi dan mendeskripsikan topeng etnik nusantara koleksi museum, koleksi perajin, dan sumber pustaka. Analisis data deskriptif dengan pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan. Pengembangan modul menggunakan metode studi pendahuluan, pengembangan, dan pengujian Hasil penelitian dan pembaasan menunjukan bahwa topeng etnik nusantara dideskripsikan berdasarkan jenis, nama, karakter topeng, dan asal daerahnya. Fungsi topeng sebagai pemujaan, perlambangan pelengkap upacara, pelengkap busana tari, souvenir, dan berkembang sebagai elemen dekorasi. Dulu topeng memiliki peran penting dalam kebudayaan masyarakat sebagai benda sakral dan religius. Pada era modernisasi peran topeng bergeser menjadi karya seni profan yang memiliki nilai estetik untuk kebutuhan praktis dan ekonomis. Berbagai jenis topeng etnik nusantara seperti Topeng Plok, Topeng Jawa, Topeng Dayak, Topeng Papua, Topeng Madura, Topeng Cirebon, dan topeng Sumatera mengalamai perkembangan bentuk dan fungsinya."
Lengkap +
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Ismail
"Ruang Lingkup dan Metodologi Penelitian
Basemen adalah suatu bangunan di bawah tanah yang digunakan sebagai tempat parkir atau tempat pemberhentian kendaraan bermotor. Petugas parkir terpajan emisi mobil seperti timbal dll. Penggunaan masker hidung untuk melindungi karyawan tersebut selama bekerja tidak pernah diterapkan. Emisi timbal adalah zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Studi ini mengidentifikasi kegunaan masker karbon aktif untuk mengurangi konsentrasi timbal dalam tubuh manusia yang diukur dengan konsentrasi timbal di dalam urin. Bermacam literatur menyebutkan bahwa masker karbon aktif dapat mengurangi konsentrasi timbal melalui inhalasi. Studi ini adalah studi eksperimental secara random. Duapuluh-dua karyawan dipilih, terdiri dari 11 sebagai kelompok studi dan 11 sebagai kelompok kontrol. Kelompok studi memakai masker hidung karbon-aktif sedangkan kelompok kontrol memakai masker hidung biasa. Lama intervensi satu bulan. Jenis data yang dikumpulkan adalah konsentrasi timbal di dalam urin, umur, lama kerja, tingkat pendidikan, status gizi, kebiasaan merokok, dan lama pemakaian masker hidung. Survei lingkungan dilakukan pads 13 lokasi di basemen.
Resit dan Kesimpulan
Hasil studi ini menunjukkan bahwa konsentrasi timbal di udara basemen 0,008 mg/m3. Nilai ini masih dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-01IMEN/1997 : 0,05 mg/lm3 (50 µ/m3). Data ini membuktikan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara umur, lama kerja, tingkat pendidikan, status gizi, kebiasaan merokok, dan lama pemakaian masker hidung antara kelompok studi dan kontrol. Konsentrasi timbal di dalam urin setelah pengamatan 15 hari dan 30 hari menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok studi dan kontrol yang memakai masker hidung dan terpajan emisi timbal.

The Correlation Between The Use of Masks with Plumbum Concentration in Urine among the Parking Attendants Exposed to Lead Emission at a Company at a Mall Basement in Jakarta, 2004 The Scope and Methodology
The basement is an underground construction either used as car park or car stopping area. The parking attendants were exposed by vehicle emission such as lead etc.The use of masks to protect employees while working has never been applied. Lead is an agent which may cause serious hazard human health. This study was designed to identify the effectiveness of carbon active mask to reduce lead concentration in human body by measuring urinary lead concentration in urine. Various literatures described that carbon active mask could reduce lead concentration through inhalation. This study was an experimental study with randomization. Twenty-two employees were recruited, consisting of 1 1 as the study group and 1 1 as the control group. The study group used carbon-active masks while the control group used regular masks. The duration of intervention was one month. Types of data collected were lead concentration in urine, age, duration of work, level of education, nutritional status, smoking habit, and duration of using masks. The environmental survey was carried out in 13 locations at the basement.
Results and Conclusions
The results showed that lead concentration in the air at the basement was 0,008 mg/m3. It is still below the threshold limit value according to the standard as described in the letter of Labor Minister No.SE-0I/MEN11997 which is 0,05 mg/lm3 (50 µ/m3). These data indicated that considering the urinary lead content, there were no significant differences among age, duration of work, level of education, nutritional status, smoking habit, and duration of using masks between the study and the control groups. The lead concentration in urine after 15 days and 30 days of observation showed significant differences between the study and control groups who used masks and were exposed to Iead emission.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T12383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ismiati
"Penelitian dilakukan pada tenaga kerja yang terpajan debu hasil pembakaran sampah di bagian boiler pabrik sepatu olah raga. Pajanan debu dapat menimbulkan gejala pengawasan berupa batuk kronik, dahak kronik, sesak nafas, serta gejala bronkitis kronik yang dapat memberikan gambaran penurunan fungsi paru obstruksi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencegah terjadinya gangguan fungsi paru pada tenaga kerja di bagian boiler, dengan cara meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) saluran nafas.
Disain penelitian menggunakan cara studi operasional yang dilakukan terhadap seluruh populasi tenaga kerja di bagian boiler (12 orang), selama 1 bulan. Cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsi ventilasi paru, serta pemeriksaan foto toraks. Selanjutnya dilakukan intervensi berupa penyuluhan serta monitoring dan pengawasan penggunaan APD saluran nafas.
Hasil dari penelitian ini didapatkan keluhan batuk kronik 25 %, dahak kronik 33,3 %, sesak nafas 16,7 %, bronkitis kronik 25 %, serta gangguan fungsi paru obstruksi 25 %. Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok umur, lama kerja, perilaku merokok dan perilaku menggunakan APD saluran naf as terhadap terjadinya bronkitis kronik maupun obstruksi (p>0,05). Risiko terjadi obstruksi 2,5 kali lebih besar pada tenaga kerja yang telah bekerja lebih dari. 5 tahun (OR=2,5).
Risiko terjadi obstruksi 1,6 kali lebih besar pada tenaga kerja yang tidak menggunakan APD saluran nafas (OR=1,6). Intervensi yang dilakukan menunjukkan keberhasilan yang sangat bermakna yaitu terdapat peningkatan pengetahuan tentang APD saluran nafas sebesar 58,4 % (0,001"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyadi
"Tujuan: Membandingkan angka keberhasilan dan kemudahan pemasangan sungkup faring proseal (LMP) yang difasilitasi rokuroniun dosis 0,2 mg/kg bb dengan rokuronium dosis 0.1 mg/kg bb.
Metode: Dilakukan uji klinik tersamar ganda pada 48 pasien yang menjalani operasi berencana dengan anesthesia umum. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 24 pasien mendapat rokuronium dosis 0,2 mg/kg bb dan 24 pasien lainnya mendapat rokuronium dosis 0,1 mg/kg bb untuk memudahkan pemasangan LMP. Selama penelitian, dilakukan pengamatan frekuensi dan kemudahan upaya pemasangan serta perubahan hemodinamik. Data numerik akan dianalisis dengan uji t serta data nominal dengan uji x-kuadrat dan uji Fisher.
Hasil: Tidak ditemukan perbedaan berrnakna pada angka keberhasilan dan kemudahan pemasangan LMP antara kelompok yang mendapatkan rokuronium dosis 0,2 mg/kg bb dengan rokuronium 0,1 mg/kg bb. lnsiden gerakan, batuk dan relaksasi mandibula tidak berbeda bermakna. Satu kasus dari kelompok yang mendapatkan rokuronium dosis 0,1 mg/kg bb gagal dipasang dan mengalami laringospasme.
Kesimpulan: Pemberian rokuronium dosis 0,2 mg/kg bb mempunyai angka keberhasilan dan tingkat kemudahan yang sama dalam pemasangan LMP dengan rokuronium dosis 0,1 mg/kg bb.

Purpose: To compare success rate and ease grade on LMP insertion facilitated with rocuronium 0.2 mg/kgBW with rocuronium 0.1 mg/kgBW.
Methods: We performed a randomized, double-blind study in 48 patients under general anesthesia. Patients were randomized into two groups; 24 patients had rocuronium 0.1 mg/kgBW and others had rocuronium 0.2 mg/kgBW to facilitated LMP insertion. During the research, we observed the success rate and ease grade and also haemodynamic changes. For statistical analysis we used t-test, chi-square test and Fisher's test.
Results: There were no differences in patients who had rocuronium 0.1 mglkgBW and rocuronium 0.2 mg/kgBW to facilitated LMP insertion for success and ease grade. There were no significance in movement incidences; cough and mandibula relaxation. There is one patient from rocuronium 0.1 mg/kgBW group that failed because of laryngospasm.
Conclusion: LMP insertion with rocuronium 0.1 mg/kgBW and rocuronium 0.2 mg/kgBW have the same success rate and ease grade.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfida Nadira
"Pada bulan desember tahun 2019, seluruh dunia dikejutkan dengan kemunculan wabah penyakit baru di Wuhan yang menyerang sistem pernafasan manusia dan menyebar dengan cepat ke lebih dari 190 negara di dunia. Penyakit yang dikenal sebagai Coronavirus Disease (COVID-19) ini ditetapkan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) akibat kenaikan kasus yang cepat disertai angka kematian yang tinggi. DKI Jakarta merupakan salah satu wilayah dengan kasus COVID-19 tertinggi di Indonesia, maka diperlukan perilaku pencegahan dan pengendalian COVID-19 di masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan perilaku penggunaan dan pengelolaan masker dalam upaya pencegahan COVID-19 masa pasca pandemi di DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi masyarakat berusia 16-64 tahun di wilayah DKI Jakarta dengan total sampel sebanyak 624 responden. Analisis dilakukan secara bivariat dengan chi-square. Hasil uji bivariat diperoleh adanya hubungan antara tempat tinggal (p=0,010 <0,05), pengetahuan (p=0,000 <0,05), dan perilaku (p=0,023 <0,05) dengan kejadian COVID-19. Variabel lain seperti usia (p=0,457) dan jenis kelamin (p=0,165) ditemukan tidak memiliki hubungan signifikan (>0,05) dengan kejadian COVID-19. Oleh karena itu, perlu meningkatkan edukasi atau sosialisasi penggunaan masker dalam bentuk infografis yang lebih menarik sehingga dapat mengendalikan angka kejadian COVID-19.

The entire world was astonished in December 2019 by the appearance of a new illness outbreak in Wuhan, that affects the human respiratory system and spreads fast to more than 190 nations. Due to the rapid increase in cases and high fatality rate, Coronavirus Disease (COVID-19) has been designated a Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). DKI Jakarta is one of the regions with the greatest COVID-19 instances in Indonesia, hence a COVID-19 prevention and control culture is required in the community. The purpose of this study was for analyzing the association between public knowledge and mask usage behavior and management in COVID-19 attempts at prevention in the post-pandemic Period in DKI Jakarta. This is a quantitative study using a cross-sectional design. Purposive sampling was the method used for this study, with inclusion criteria for people aged 16-64 in the DKI Jakarta area, yielding a total of 624 respondents. The analysis was performed bivariately using chi-square. The bivariate test results showed an association between residence (p = 0.010 <0.05), knowledge (p = 0.000 <0.05), and behavior (p = 0.023 <0.05) and COVID-19 incidence. Other characteristics, such as age (p = 0.457) and gender (p = 0.165), were found to have no significant association (>0.05) with COVID-19 incident. As this occurs, it is required to increase education or socialization on the use of masks in the form of visually appealing infographics in order to control the occurrence of COVID-19."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Hasnah Purwati
"Latar Belakang: Pasien anak ras Melayu dengan rencana pembiusan umum menggunakan sungkup laring, baik untuk tujuan diagnostik maupun terapeutik. Ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat sangat penting agar proses induksi dan insersi sungkup laring terhindar dari komplikasi. Rekomendasi ukuran yang digunakan untuk saat ini adalah berdasarkan berat badan sesuai kategori yang diberikan oleh manufaktur, namun berdasarkan penelitian Inamoto dkk pada tahun 2015, dengan menggunakan 3D images computed tomography, didapatkan volume laring dan hipofaring ditentukan oleh tinggi badan dan usia, dan panjang faring berhubungan dengan jenis kelamin dan usia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan ketepatan prediksi ukuran sungkup laring UniqueTM pasien anak ras Melayu usia 1-10 tahun berdasarkan berat badan yang direkomendasikan oleh manufaktur.
Metode: Penelitian ini adalah uji observasional analitik dengan rancangan penelitian potong lintang. Sampel didapatkan secara konsekutif sebanyak 66 anak ras Melayu usia 1-10 tahun. Usia, berat badan, panjang badan, ukuran sungkup laring UniqueTM dan ukuran yang tepat dicatat. Data berat badan dilakukan uji bivariat korelasi spearman untuk mengetahui hubungannya dengan ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat. Kemudian dilakukan regresi logistik antara berat badan dengan ukuran sungkup laring yang tepat untuk mendapatkan model prediksi ukuran sungkup laring.
Hasil : Ketepatan ukuran sungkup laring UniqueTM berdasarkan berat badan sesuai rekomendasi manufaktur adalah 66,67%. Berat badan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan ketepatan ukuran sungkup laring UniqueTM namun memiliki korelasi yang kuat dengan ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat. Untuk menentukan ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat dapat menggunakan formula = 1,795 + ( 0,021 x berat badan (kg)).
Simpulan: Berat badan tidak berhubungan dengan ketepatan ukuran sungkup laring UniqueTM pada anak. Apabila dibandingkan dengan usia dan tinggi badan, berat badan memiliki korelasi yang paling kuat dengan ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat. Rekomendasi ukuran sungkup laring UniqueTM untuk anak berdasarkan berat badan yang tepat adalah nomor 2 untuk anak dengan berat badan 7-20 kg, nomoR 2,5 untuk anak dengan berat badan 21-44 kg dan nomor 3 untuk anak dengan berat badan di atas 45 kg.

Background: Pediatric patients with often required anesthesia using laryngeal mask as an airway management, either for diagnosis or therapy. Proper laryngeal mask size is essential to avoid any complications. The manufactur recommends Laryngeal Mask size based on body weight. Laryngeal mask is placed in hypopharynx. In 2005, Inamoto et all conduct a study of oropharyngeal and laryngeal structure using 3D images computed tomography. The results are volume of the larynx and hypopharynx was significantly affected by height and age, while length of the pharynx was associated with gender and age. This study is aimed to obtain the UniqueTM laryngeal mask size selection accuracy based on body weight which is recommended by the manufacture for Malay race children.
Methods: This study was an observational-analytic non interventional study, with 66 subjects enrolled. All subjects were Malay patients aged 1-10 year underwent general anesthesia in RSCM. Body weight, height, age and the precise LMA size are collected. Correlation of body weight and the precise size of LMA will be analyzed by Spearman test and then will be analyzed by linear regression to obtain the formula to predict the precise size of LMA based on body weight.
Results: Body weight,age and height are irrelevant with the accuracy of laryngeal mask size prediction (p>0.05). Manufacturs size recommendation accuracy in predicting laryngeal mask is 66,67 %. Body weight has the most powerful correlation in laryngeal mask size in compared to Age and height with R 0.797. Laryngeal mask size prediction formula Y = 1,795 + (0,021 x BW (kg)).
Conclusions: Body weight is not related with accuracy of LMA size prediction. Compared to Height and age, Body weight has the highest correlation with accuracy of laryngeal mask size prediction for pediatric patients. LMA UniqueTM size recommendation for Malay race children with body weight 7-20 kg is number 2, for children with 21-44 kg body weight is number 2.5 and number 3 for children with body weight more than 45 kg.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Setiawan
"Teknik induksi yang optimal tanpa pelumpuh otot untuk pemasangan sungkup laring (LMA) diharapkan dapat menjamin kondisi insersi yang baik dengan tetap menjaga stabilitas kardiovaskular. Penelitian ini membandingkan kemudahan pemasangan LMA dan kestabilan hemodinamik kombinasi fentanil 2 u/kgbb IV dengan etomidat dosis 0.2, 0.3, dan 0.4 mg/kgbb IV.
Penelitian ini dilakukan dengan acak tersamar ganda terhadap 98 pasien ASA 1-2, usia 18-65 tahun. Setiap pasien mendapat premedikasi fentanil 2u/kgbb IV 3 menit sebelum induksi. Pasien dibagi menjadi 3 kelompok : kelompok pertarna (n=33) mendapat induksi etomidat 0.2 mg/kgbb IV, kelompok kedua (n=32) mendapat induksi etomidat 03 mg/kgbb IV, dan kelompok terakhir (n=33) mendapat induksi etomidat 0.4 mg/kgbb IV. Setelah itu dilakukan pemasangan LMA. Parameter hemodinamik pasien (tekanan darah sistolik, diastolik. MAP. dan laju nadi) dicatat 3 menit setelah premedikasi, segera setelah induksi, 1 menit dan 3 menit setelah pemasangan LMA. Kondisi insersi LMA digradasikan sebagai baik, sedang, dan buruk.
Kondisi insersi terbaik didapat pada kelompok yang mendapat etomidat 0.4 mg/kgbb IV. Kondisi insersi terbaik didapat pada kelompok yang mendapat etomidat 0.2 mg/kgbb IV. Profil hemodinamik ketiga kelompok tidak berbeda bermakna.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kombinasi premedikasi fentanil u/kgbb IV dengan induksi etomidat 0.4 mg/kgbb IV paling optimal untuk insersi LMA, dari segi kondisi insersi serta kestabilan hemodinamik.

Optimum induction technique without muscle relaxant for LMA insertion is expected to guarantee good insertion condition, while maintaining stable haemodynamics. This study was to compare Li1L1 insertion condition and haemodynamics stability under combination of fentanyl 2u/kgbw IV and etonidate 0.4 mg/kgbw IV.
Included in this study were 98 patients ASA 1-2, ages 18-65 years old, pretreated in randomized double blind fashion. Each patient was premedicated with fentanyl 2u/kgbw IV 3 minutes before induction. These patients were allocated into 3 groups. Patients hr the first group (n=33), second (n=32), and third (n=33) were induced with etomidate 0.2, 0.3, and 0,4 mg/kgbw IV respectively. Then the LMA was inserted by standard technique. The patient's systolic and diastolic blood pressures, MAP and heart rate were noted 3 minutes after premedication, immediately after induction, 1 and 3 minutes after LAM insertion. Insertion condition was graded as good fair, and poor.
The best insertion condition was found in patients receiving etomidate 0.4 mg/kgbw The worst insertion condition was found in patients receiving etomidate 0.2 mg/kgbw IV Haemodynamics profile in the 3 groups didn't differ significantly.
Based on this study, we concluded that combination fentanyl 2u/kgwi IV premedication with etomidate 0.4 mg/kgbw IV for induction is the optimum combination for LMA insertion, in terms of insertion condition and Haemodynamics stability."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>