Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shilka Miladian Tinas
Abstrak :
Salah satu spesies dari famili sapotaceae yang dikenal sebagai tanaman berkhasiat adalah Mimusops elengi LINN dari genus Mimusops, yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama tanaman tanjung. . ' Tanaman tanjung merupakan tanaman berkhasiat yang banyak digunakan untuk pengobatan tradisional. Bunganya memiliki keharyman yang khas dan tahan lama yang tidak pernah terungguli oleh tanaman Indonesia lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan struktur molekul senyawa kimia dalam ekstrak n-heksan bunga tanjung. Ekstraksi bunga tanjung dilakukan menggunakan metode maserasi yang dilanjutkan dengan kromatografi kolom untuk memisahkan senyawa dalam ekstrak n-heksan tersebut. Kemudian dilakukan uji KL T pada setiap fraksi yang diperoleh dan fraksi yang menghasilkan satu spot pada KL T diidentifikasi dengan spektrofotometer . .. infrared (IR) dan GC-MS. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa dalam ekstrak n-heksan bunga tanjung terdapat senyawa-senyawa hidrokarbon rantai panjang seperti n..:nonakosana, senyawa asam lemak yaitu asam palmitat linoleat dan stearat, senyawa aromatik feniletil alkohol dafl sinamil alkohol serta senyawa terpenoid yaitu dihidroelasterol
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willi Yaohandy
Abstrak :
Jumlah penderita katarak di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Cara pengobatan katarak yang tersedia di Indonesia adalah operasi. Namun, operasi katarak membutuhkan biaya yang mahal dan memiliki resiko terjadinya komplikasi pasca operasi. Bunga telang (Clitoria ternatea) dapat dimanfaatkan sebagai sumber anti-katarak alami karena mengandung senyawa fenolik berupa antosianin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh ekstrak antosianin dari bunga telang dan mengetahui kemampuannya sebagai anti-katarak. Kondisi optimal ekstraksi maserasi untuk antosianin dari bunga telang adalah pada temperatur 80℃, waktu ekstraksi 15 menit, dan massa bunga telang 1,25 gram per 50 ml air (rasio volum air terhadap massa bunga = rasio a/t (ml air/ g bunga telang) = 40). Dalam penelitian ini, juga dilakukan rekonstruksi model katarak kortikal yang tersusun atas natrium oksalat, natrium karbonat, kalsium oksalat, kalsium karbonat, albumin, protein, dan lemak dengan berbagai variasi komposisi. Jumlah ion natrium yang meluruh pada model A, B, C, dan D berturut-turut adalah 0,0188; 0,03701; 0,17543; dan 0,24362%, jumlah ion kalsium yang meluruh pada model A, B, C, dan D berturut-turut adalah 0,00098; 0,00159; 0,00674; dan 0,00963%, sedangkan jumlah peluruhan protein pada model A, B, C, dan D berturut-turut adalah 12,755; 14,433; 12,695; dan 13,513%. Peluruhan ion natrium, ion kalsium, dan protein oleh ekstrak bunga telang ini lebih besar dibandingkan oleh air. Oleh karena ekstrak kembang telang memiliki jangkauan peluruhan ion natrium, kalsium, dan protein yang lebar sehingga cocok digunakan.
The number of cataract patients in Indonesia is increasing every year. In Indonesia, the alternative for cataract treatment is only cataract surgery. However, cataract surgery is very expensive and has a risk of surgical complications. On the other hand, butterfly pea flower (Clitoria ternatea) can be expected to be utilized as a source of natural souce of anti-cataract because it contains phenolic compounds such as anthocyanin. The purpose of this study is to obtain anthocyanin and phenolic extracts from butterfly pea flower and to evaluate its anti-cataract activity. The optimal condition of maceration extraction for anthocyanin of butterfly pea flower is in temperature 80℃, extraction time 15 minute, and 1,25 gram flower per 50 ml water (ratio between water?s volumeto flower?s mass = ratio a/t = 40). In this research, also conducted reconstruction of cortical cataract models which contain sodium oxalate, sodium carbonate, natrium oxalate, natrium carbonate, albumine, protein, and lipid with various composition. The decay for sodium ion for model A, B, C, and D respectively are 0,0188; 0,03701; 0,17543; and 0,24362%, the decay for calcium ion for model A, B, C, and D respectively are 0,00098; 0,00159; 0,00674; and 0,00963%, while for protein respectively are 12,755; 14,433; 12,695; and 13,513%. The ability of sodium and calcium ions, and also protein decay by butterfly pea flower extract is higher than by water. Butterfly pea flower extract has a wide range of decay sodium ion, calcium ion and protein, making it suitable for more than one type of cataract composition.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiarani
Abstrak :
Ibuprofen merupakan obat yang bersifat hidrofobik sehingga memiliki kelarutan yang rendah dalam air. Kelarutan ibuprofen dalam air dapat ditingkatkan dengan menggunakan surfaktan. Pada penelitian ini, surfaktan yang digunakan adalah saponin yang berasal dari ektraksi buah lerak dengan menggunakan teknik maserasi. Senyawa metabolit sekunder dalam fraksi air dan fraksi eter diuji dengan uji fitokimia. Saponin yang berada pada fraksi air dikarakterisasi menggunakan UV-Vis dan FTIR. Nilai Konsentrasi Misel Kritis KMK saponin ditentukan dari kurva antara tegangan permukaan yang diukur dengan Tensiometer Cincin Dounouy terhadap konsentrasi saponin dalam 3 media. Nilai KMK dari saponin dalam media air sebesar 500 ppm, pada pH 7,4 sebesar 600 ppm, dan pada pH 1,2 sebesar 300 ppm. Nilai solubilisasi ibuprofen diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan dikarakterisasi menggunakan mikroskop. Kondisi optimum solubilisasi ibuprofen didapatkan pada konsentrasi 1000 ppm saponin, 0,2 mg/mL ibuprofen, dan pada waktu 6 jam dengan nilai solubilisasi sebesar 0,108 mg/mL. Nilai parameter solubilisasi yang didapatkan yaitu koefesien partisi molar misel-air Km sebesar 2,414 dan energi bebas Gibbs ?G0 sebesar -2,198 kJ/mol. Hasil uji disolusi secara in vitro selama 2 jam sebesar 99 dalam pH 7,4 dan 18 pada pH 1,2. ......Ibuprofen is a hydrophobic drug, which has a low solubility in water. Solubility of ibuprofen in water could be improved with the use of surfactant. Surfactant by used in this research was saponin derived from the extraction of lerak fruit by using the maceration technique. Secondary metabolites in water fraction and ether fraction were tested with phytochemical test. Saponin that is presented in the water fraction was characterized by using UV Vis and FTIR. Critical Micelle Concentration CMC of saponin values were determined by curve of the surface tension which measured by using Tensiometer Cincin Dounouy towards the saponin concentration in 3 mediums. CMC values from saponin in the water medium were 500 ppm, 600 ppm in PH condition of 7.4, and 300 ppm in PH condition of 1.2. Solubility value of ibuprofein was measured by using UV Vis spectrofometer and characterized by using microscope. Solubility 39 s optimum condition of ibuprofen obtained in the concentration of saponin of 1000 ppm, 0,2 mg mL ibuprofen, and in 6 hours with the solubility value of 0,108 mg mL. The parameter of solubility that are obtained were 2,414 of molar micel water partition coefficient Km and 2,198 kJ mol of gibbs free energy G0 . The test of In Vitro dissolution result showed 99 under the condition of pH of 7,4, and 18 under the condition of pH of 1,2, both within the duration of 2 hours of work.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Aryani
Abstrak :
Pelarut Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) merupakan salah satu pelarut alternatif yang dapat menggantikan pelarut organik. NADES memiliki berbagai kelebihan baik untuk lingkungan maupun proses ekstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum ekstraksi rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dengan berbagai kondisi ekstraksi menggunakan maserasi kinetik-NADES dan dibandingkan dengan ekstrak digesti-etanol 96%. Desain eksperimen menggunakan RSM Box-Behnken. Senyawa kurkuminoid dan xantorizol dianalisis menggunakan KLT Densitometri dengan fase gerak diklorometana-klorofom (4:6). NADES yang digunakan terdiri dari kolin klorida sebagai penerima ikatan hidrogen dan gula alkohol (gliserol, sorbitol, xylitol) sebagai donor ikatan hidrogen dengan rasio molar 1:1. NADES terbaik yang digunakan untuk optimasi adalah kolin klorida-gliserol dengan temperatur ekstraksi 50oC sebagai suhu ekstraksi terbaik. Kondisi optimum maserasi kinetik-NADES didapatkan pada konsentrasi penambahan air 10%, rasio serbuk pelarut 1:20 g/ml, dan kecepatan agitasi 600 rpm dengan kadar senyawa yang dihasilkan yaitu kurkuminoid 5,54  0,074 mg/g serbuk dan xantorizol 15,32  0,080 mg/g serbuk. Pada ekstraksi digesti-etanol didapatkan kurkuminoid 4,04  0,008 mg/g serbuk dan xantorizol 31,30  0,090 mg/g serbuk. Kadar kurkuminoid yang dihasilkan dari ekstraksi maserasi kinetik-NADES lebih baik dibandingkan dengan digesti-etanol, namun kadar xantorizol yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan digesti-etanol. ......Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) is an alternative solvent that can replace organic solvents. NADES has various advantages for both environment and the extraction process. This study aimed to obtain the optimal extraction condition of Javanese turmeric (Curcuma xanthorrhiza) rhizomes with various extraction conditions using kinetic maceration-NADES and the result were compared with digestion-96%ethanol extraction. Experimental design was performed through RSM Box-Behnken. Curcuminoid and xanthorrhizol in Javanese turmeric extract were analyzed using TLC Densitometry with dichloromethane-chloroform (4:6) as mobile phase. The selected NADES compositions used choline chloride as hydrogen bond acceptors (HBA) and sugar alcohol (glycerol, sorbitol, and xylitol) as hydrogen bond donors (HBD) with 1:1 molar ratio. The optimal NADES used for optimization is choline chloride-glycerol with optimum extraction temperature of 50oC. The optimum extraction was achieved with 10% water content in NADES, solid to liquid ratio 1:20 g/ml, and agitation speed 600 rpm which obtain 5.54  0.074 mg/g powder curcuminoid and 15.32  0.080 mg/g powder xanthorrhizol. The digestion-ethanol method obtained 4.04  0.008 mg/g powder curcuminoid and 31.30  0.090 mg/g powder xanthorrhizol. Kinetic maceration-NADES extraction produced higher curcuminoid levels than digestion-ethanol method, but it produced lower xanthrorrhizol levels than digestion-ethanol.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Oktaviani
Abstrak :
Tampoi merupakan buah langka yang diketahui memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder pada daging buah dan kulit buahnya. Alkaloid sebagai salah satu senyawa aktif yang terdapat pada kulit buah tampoi dipercaya dapat bermanfaat sebagai agen antibakteri. Dalam memperoleh alkaloid dapat dilakukan dengan proses ekstraksi maserasi dengan mempertimbangkan kondisi operasi rasio massa bahan dengan pelarut (1:5, 1:10, 1:15, 1:20) untuk menghasilkan rendemen dan kadar total alkaloid yang tinggi. Proses maserasi menggunakan rasio massa bahan dengan pelarut 1:15 (b/v) menghasilkan rendemen dan kadar total alkaloid tertinggi masing-masing sebesar 16,051% dan 147,174 mg CE/g ekstrak kulit buah tampoi. Ekstrak yang diperoleh dari hasil optimasi diuji lebih lanjut untuk menunjukkan adanya aktivitas antibakteri menggunakan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Hasil ekstrak optimasi tersebut memiliki aktivitas antibakteri yang menghasilkan zona hambat pada bakteri E. coli sebesar 3,938 mm dengan kategori lemah dan pada bakteri S. aureus sebesar 14,350 mm dengan kategori kuat. Hasil uji aktivitas antibakteri ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah tampoi memiliki daya hambat antibakteri paling tinggi terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus. ......Tampoi is a rare fruit that is known to contain secondary metabolites in the flesh and skin of the fruit. Alkaloids as one of the active compounds found in tampoi fruit skin are believed to be useful as antibacterial agents. In obtaining alkaloids, it can be done by maceration extraction process by considering the operating conditions of the mass ratio of the material to the solvent (1:5, 1:10, 1:15, 1:20) to produce high yields and total alkaloid content. The maceration process using a mass ratio of 1:15 (w/v) resulted in the highest yield and total alkaloid content of 16.051% and 147.174 mg CE/g of tampoi fruit peel extract, respectively. The extract obtained from the optimization results was further tested to show the presence of antibacterial activity using Escherichia coli and Staphylococcus aureus bacteria. The results of the optimization extract have antibacterial activity which produces an inhibition zone on E. coli bacteria of 3.938 mm in the weak category and in S. Saureus bacteria of 14,350 mm in the strong category. The results of this antibacterial activity test can be concluded that the tampoi fruit peel extract has the highest antibacterial inhibition against the growth of S. aureus bacteria.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Hasanah
Abstrak :
Skopoletin merupakan golongan kumarin yang memiliki efek fisiologi dan farmakologis pada manusia. Skopoletin memiliki aktivitas sebagai antijamur, antibakteri, antiperadangan, melancarkan peredaran darah dan menurunkan tekanan darah. Skopoletin pada jenis umbi-umbian telah diteliti, namun pada ubi jalar ungu masih terbatas pada identifikasi dan belum ada penelitian yang membandingkan jenis-jenis pelarut terhadap ekstraksi skopoletin dengan metode maserasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan jenis pelarut yang menghasilkan rendemen ekstrak kental dan kandungan skopoletin tertinggi pada ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.). Ekstraksi senyawa skopoletin dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol, etanol dan etil asetat. Metode analisis skopoletin yang digunakan adalah metode kromatografi cair kinerja tinggi-fluoresensi (KCKT-FL) dan kromatografi lapis tipis (KLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak skopoletin tertinggi diperoleh dari ekstrak dengan pelarut etanol yaitu sebesar 4,49±0,11 %, kemudian etil asetat sebesar 4,43±0,03 % dan terendah metanol sebesar 4,36±0,04 %. Nilai kandungan skopoletin tertinggi diperoleh dari pelarut etanol sebesar 118,092±1,57 ppm, lalu metanol sebesar 111,86±1,58 ppm dan terendah etil asetat sebesar 18,760±2,74 ppm.
Bogor: Balai Besar Industri Agro, 2020
338.1 WIHP 37:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Jeconiah Glenslova
Abstrak :
Tanaman nanas di Indonesia sering kali dijangkit hama seperti kutu putih (Dysmicoccus neobrevipes). Spesies tersebut merupakan vektor utama penularan virus layu kutu putih nanas (pineapple mealybug wilt-associated virus/PMWaV) yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman nanas, sehingga menurunkan produktivitas dan kualitas hasil panen. Di sisi lain, limbah nanas merupakan salah satu limbah pertanian yang melimpah di Indonesia. Limbah ini mengandung berbagai metabolit sekunder yang memiliki kemampuan insektisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi proses ekstraksi maserasi rendemen ekstrak dari limbah nanas dengan pelarut semipolar aseton 70%, sebagai insektisida nabati yang efektif bagi Dysmicoccus neobrevipes. Optimasi dilakukan menggunakan pendekatan response surface methodology dengan desain Box–Behnken, pada variasi parameter operasi, yaitu suhu ekstraksi, waktu ekstraksi, dan rasio simplisia dengan pelarut (w/v). Kondisi optimal untuk ekstraksi adalah pada suhu 36 °C, waktu 8 jam, dan rasio simplisia terhadap pelarut 1:40 g/mL, dengan rendemen aktual 30,45% ± 0,78%, dari rendemen prediksi 31%. Uji efektivitas dilakukan pada tiga variasi konsentrasi (25, 50, dan 75 mg/mL), dan kontrol positif yakni insektisida komersial Bifenthrin 0,1% sebagai pembanding. Uji efektivitas dilakukan pada empat pengulangan masing-masing variasi terhadap D. neobrevipes instar ketiga. Secara statistik, hasil uji efektivitas menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak limbah nanas pada konsentrasi 25 mg/mL lebih efisien tanpa penurunan efektivitas yang signifikan. Nilai mortalitas pada konsentrasi 25, 50, dan 75 mg/mL berturut-turut adalah 43,58% ± 14,58%, 43,72% ± 16,45%, dan 50,09% ± 16,88%; tidak ada perbedaan signifikan dengan konsentrasi yang lebih tinggi dan kontrol positif. Karakterisasi senyawa-senyawa aktif dalam ekstrak dengan liquid chromatography-mass spectrometry, menunjukkan keberadaan senyawa-senyawa alkaloid, fenolik, dan saponin, yang memiliki kapasitas sebagai insektisida. ......Pineapple plants in Indonesia are often infected by pests such as mealybugs (Dysmicoccus neobrevipes). This species is the main vector for transmitting the pineapple mealybug wilt virus (PMWaV) which can cause damage to pineapple plants, thereby reducing productivity and quality of harvest. On the other hand, pineapple waste is one of the agricultural wastes that is abundant in Indonesia. This waste contains various secondary metabolites that have insecticidal capabilities. This research aims to optimize the maceration extraction process for the yield of extract from pineapple waste with the semipolar solvent acetone 70%, as an effective botanical insecticide for Dysmicoccus neobrevipes. Optimization was carried out using a response surface methodology approach with a Box–Behnken design, with variations in operating parameters, namely extraction temperature, extraction time, and simplicia to solvent ratio (w/v). The optimal conditions for extraction were at a temperature of 36 °C, a time of 8 hours, and a simplicia to solvent ratio of 1:40 g/mL, with an actual yield of 30.45% ± 0.78%, with a predicted yield of 31%. The effectiveness test was carried out at three concentration variations (25, 50, and 75 mg/mL), and the positive control was the commercial insecticide Bifenthrin 0.1% as a comparison. The effectiveness test was carried out on four repetitions of each variation on third instar of D. neobrevipes. Statistically, the results of the effectiveness test showed that the use of pineapple waste extract at a concentration of 25 mg/mL was more efficient without a significant decrease in effectiveness. Mortality values at concentrations of 25, 50, and 75 mg/mL were 43.58% ± 14.58%, 43.72% ± 16.45%, and 50.09% ± 16.88%, respectively; there was no significant difference with higher concentrations and positive controls. Characterization of the active compounds in the extract using liquid chromatography-mass spectrometry showed the presence of alkaloid, phenolic and saponin compounds, which have the capacity to act as insecticides.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Megawati Megawati
Abstrak :
ABSTRAK
HMG-KoA reduktase merupakan salah satu enzim yang berperan dalam biosintesis kolesterol. Peningkatan kadar LDL atau kolesterol total dalam darah dapat menyebabkan hiperkolesterolemia yang merupakan salah satu faktor risiko timbulnya penyakit tidak menular kardiovaskular dan metabolik. Asam Kandis Garcinia xanthochymus merupakan salah satu tanaman dari keluarga Clusiaceae atau Guttiferae yang mengandung beragam senyawa fenolat dan memiliki banyak aktivitas farmakologis seperti antikanker, antioksidan, antimikroba, antiinflamasi, antikolesterolemia, dan antineurodegeneratif. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan penghambatan terhadap aktivitas HMG-KoA reduktase dari ekstrak-ekstrak daging buah Asam Kandis. Ekstrak teraktif kemudian ditentukan golongan senyawa metabolit sekundernya dan ditetapkan kadar flavonoid totalnya. Daging buah Asam Kandis dimaserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol. Berdasarkan hasil uji, ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol memberikan persen penghambatan sebesar 12,30 1,098 ; 55,63 10,584 ; dan 44,01 1,053 . Ekstrak etil asetat ditetapkan sebagai ekstrak teraktif sehingga dilakukan penapisan fitokimia dan penetapan kadar flavonoid total. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada ekstrak etil asetat daging buah Asam Kandis mengandung golongan senyawa flavonoid, terpenoid, glikosida, dan antrakuinon serta memiliki kadar flavonoid total sebesar 1,61 atau 16,114 mgQE/g ekstrak terhadap kuersetin.
ABSTRAK
HMG CoA reductase is a pivotal enzyme of cholesterol biosynthesis. Increased level of LDL and total cholesterol on blood will cause hypercholesterolemia which is one of risk factor of non contagious cardiovascular and metabolic disease. Asam Kandis Garcinia xanthochymus belongs to Clusiaceae or Guttiferae family that has various phenolic compounds and many pharmacological properties such as anticancer, antioxidant, antimicrobial, antiinflamatory, anticholesterolemia, and antineurodegenerative. This research is aimed to find the inhibitory activity of Asam Kandis mesocarp extracts toward HMG CoA reductase. Then, the most active extract was determined its secondary metabolite and was quantification its total flavonoid content. Asam Kandis mesocarp was macerated sequentially using n hexane, ethyl acetate, and methanol. Based on the test, n hexane, ethyl acetate, and methanol extract has inhibitory activity on 12,30 1,098 55,63 10,584 and 44,01 1,053 respectively. Ethyl acetate extract had been determined as the most active extract based on this data. Therefore, phytochemical screening and total flavonoid assay quantification was evaluated. The result showed that on the ethyl acetate extract of Asam Kandis mesocarp has flavonoid, terpenoid, glycoside, and anthraquinone compounds and total flavonoid is 1,61 or 16,114 mgQE g toward quercetin.
2017
S69274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Heru Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Resveratrol diketahui memiliki aktivitas antioksidan dan juga efek hipolipidemia. Salah satu sumber tanaman yang mengandung resveratrol adalah kulit kacang tanah Arachis hypogaea L. Metode dan pelarut yang sesuai merupakan faktor penting dalam mengekstraksi resveratrol. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas metode maserasi dan microwave-assisted extraction MAE menggunakan etanol, dan ultrasound-assisted extraction UAE menggunakan natural deep eutectic solvent NADES pada ekstraksi resveratrol dari kulit kacang tanah. Hasil ekstraksi dianalisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi KCKT untuk menentukan kadar resveratrol yang terkandung dalam ekstrak. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa ketiga metode ekstraksi tersebut efektif digunakan untuk mengekstraksi resveratrol dari kulit kacang tanah dengan kadar yang berbeda-beda. Metode maserasi menghasilkan kadar resveratrol tertinggi yaitu 0,2210 mg/g serbuk simplisia. Pada ekstraksi dengan NADES menggunakan UAE dihasilkan NADES kombinasi urea dan propilen glikol memperoleh kadar tertinggi dibandingkan dengan NADES lainnya yaitu 0,0246 mg/g serbuk simplisia. Sedangkan, ekstraksi dengan MAE menghasilkan kadar resveratrol terkecil yaitu 0,0110 mg/g serbuk simplisia.
ABSTRACT
Resveratrol has known to have antioxidant activity and hypolipidemia effect. Peanut Arachis hypogaea L. pericarp is one source of plants that containing resveratrol. Suitable method and solvent are important factor for resveratrol extraction. The aim of this study was to compare effectiveness of maceration and microwave assisted extraction MAE using ethanol and ultrasonic assisted extraction UAE using natural deep eutectic solvent NADES on resveratrol extraction from peanut pericarp. The extracts were analysed by high performance liquid chromatography HPLC to determine the level of resveratrol that contained in the extract. The results show that all three extraction methods were effectively used to extract resveratrol from peanut pericarp with different resveratrol content. Extract from maceration produced the highest resveratrol content 0.2210 mg g dry weight compared to the other methods. In extraction with NADES, urea and propylene glycol combination obtaining the highest resveratrol content compared to the other NADES 0.0246 mg g dry weight. While resveratrol extraction with MAE gave the smallest resveratrol content 0.0110 mg g dry weight.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonita Risky Aprilenia
Abstrak :
Paparan sinar UV yang berlebih dari matahari dapat menyebabkan gangguan pigmentasi pada kulit. Radiasi UV dapat menghasilkan spesies oksigen reaktif (ROS) yang akan memicu proses pembentukan melanin pada kulit dengan mengaktivasi tirosinase. Aktivitas tirosinase dapat dihambat oleh senyawa yang bersifat antioksidan, seperti fenol dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi metode ekstraksi secara konvensional dan mengetahui penghambatan aktivitas tirosinase batang Litsea oppositifolia Gibbs. Batang Litsea oppositifolia Gibbs diekstraksi dengan metode maserasi dan refluks menggunakan pelarut etanol 70%. Penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri AlCl3 dengan kuersetin sebagai standar. Penghambatan aktivitas tirosinase dilakukan dengan L-DOPA sebagai substrat dan asam kojat sebagai kontrol positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak yang diperoleh dari metode refluks dan maserasi adalah 5,22% dan 4,64%. Kadar flavonoid total yang diperoleh dari metode maserasi dan refluks sebesar 3,870 mg EK/g ekstrak dan 3,012 mg EK/g ekstrak. Hasil uji penghambatan tirosinase dari ekstrak etanol 70% batang Litsea oppositifolia Gibbs menunjukkan bahwa ekstrak tidak mempunyai penghambatan aktivitas terhadap tirosinase. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rendemen ekstrak metode refluks lebih tinggi dibandingkan dengan maserasi dan ekstrak etanol 70% batang Litsea oppositifolia Gibbs tidak mempunyai penghambatan aktivitas terhadap tirosinase. ......Excessive exposure to UV rays from the sun can cause skin pigmentation disorders. UV light produces reactive oxygen species (ROS), which will activate tyrosinase to initiate melanin formation in the skin. Tyrosinase activity can be inhibited by antioxidants such as phenols and flavonoids. This study aimed to optimize the conventional extraction method and tyrosinase inhibitory activity of Litsea oppositifolia Gibbs stems. Litsea oppositifolia Gibbs stems were extracted by maceration and reflux methods using 70% ethanol as the solvent. Total flavonoid content was measured using the AlCl3 colorimetric method with quercetin as the standard. Tyrosinase inhibitory activity was determined using L-DOPA as substrate and kojic acid as a positive control. The yields obtained from the reflux and maceration methods were 5,22% and 4,64%, respectively. The total flavonoid content obtained from the maceration and reflux method were 3,870 mg EK/g extract and 3,012 mg EK/g extract, respectively. The ethanol extract of Litsea oppositifolia Gibbs stem showed that the extract did not have tyrosinase inhibitory activity. The results concluded that the yield value of the reflux method was higher compared to the maceration method and the 70% ethanol extract of Litsea oppositifolia Gibbs stems did not have tyrosinase inhibitory activity.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>