Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Sentosa Limena
"ABSTRAK
Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia pada pertengahan 1997, khususnya di Asia Tenggara banyak berpengaruh pada pola investasi yang terjadi pada pasar modal
dan deposito. hal ¡ni disebabkan hampir semua indikator ekonomi pada saat krisis
ekonomi terjadi berubah secara drastis. Indeks-indeks saham, nilai tukar mata uang dan
suku bunga bebas resiko di negara-negara yang terkena krisis ekonomi cenderung
menampilkan performa negatif. Namun seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi
yang dialami negara-negara itu selama periode dua tahun, investor perlu
mempertimbangkan kembali kemungkinan untuk berinvestasi di negara-negara itu.
Penelitian ¡ni melibatkan sebelas negara di mana dua negara di antaranya yaitu
Amerika dan Inggris, yang bukan termasuk negara Asia, diikutsertakan dalam
perhitungan tingkat pengembalian dan resiko dengan tujuan sebagai pernbanding bagi
negara Asia lainnya. Pada umumnya negara yang tidak termasuk negara-negara Asia
akan memiliki resiko yang lebih kecil pada pasar modal maupun fluktuasi nilai tukar
mata uang dibandingkan dengan negara-negara Asia. Namun dalam hal tingkat
pengembalian, negara-negara Asia juga mampu melebihi negara-negara lainnya dengan
catatan telah terjadi perubahan indikator ekonomi yang cenderung positif pada saat
membaiknya situasi ekonomi di sejumlah negara Asia.
Perbandingan tingkat pengembalian pada pasar modal maupun tingkat deposito
diperhitungkan tiap minggu baik dihitung tanpa memperhitungkan faktor nilai tukar mata
uang suatu negara dengan US Dollar maupun dengan memperhitungkan faktor nilai tukar
mata uang suatu negara dengan US Dollar. Investor diharapkan dapat beradaptasi dengan
dua keadaan seperti di atas dan mampu bermain sebagai investor domestik maupun
investor yang bisa melakukan investasi di berbagai negara.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Vera Sari Arta
"Adapun isu-isu yang melatarbelakangi penulisan karya akhir ini antara lain, yaitu; perubahan perilaku konsumen secara umum akibat menurunnya daya beli pada masa krisis ekonomi di Indonesia, kemudian peningkatan persaingan iklan dan promosi yang dilakukan oleh antar merek akibat banyaknya merek handset yang beroperasi di Indonesia. Sejak krisis ekonomi, penjualan handset telepon sellular di Indonesia mengalami penurunan hingga 36% dari tahun 1997 ke tahun 1998. Salah satu penyebab penurunan tersebut ialah akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, yang mengakibatkan peningkatan harga jual handset hingga tiga kali lipat.
Karya akhir ini membahas tiga masalah. Masalah pertama yaitu bagaimana persaingan industri handset telepon sellular (ponsel) di Indonesia. Dengan menggunakan analisa industri dari Porter, ditemukan bahwa intensitas persaingan antar perusahaan tinggi, Hal ini antara lain disebabkan karena kekuatan tawar menawar pembeli yang cukup besar sehingga memungkinkan mereka mendapatkan harga yang paling menguntungkan selain itu juga akibat dari banyaknya pemain yang bersaing dalam industri ini yang memungkinkan mereka untuk menentukan pilihan merek dan features yang paling disukai. Pembahasan persaingan industri ini menjadi langkah awal untuk menganalisa perilaku konsumen handset telepon sellular di Indonesia pada masa krisis ekonomi dan sebagai pertimbangan untuk kebijakan strategi komunikasi.
Masalah kedua yaitu, bagaimana perilaku konsumen di Indonesia secara umum pada saat krisis ekonorni . Untuk pernbahasan masalah ini dilakukan analisa teori perilaku konsumen. Kemudian masalah ketiga, yaitu bagaimana perilaku konsunen handset telepon sellular di masa krisis ekonomi. Untuk pembahasan masalah ini dilakukan studi perilaku konsumen handset telepon selular.
Studi perilaku konsumen handset telepon selular pada masa krisis ini dilakukan pada tingkat industri, dan dimulai pada bulan Juni hingga Oktober 1998. Variable dependen yaitu perilaku konswnen telepon sellular, sedangkan variable independen yaitu ada sebanyak 27 variable. Jenis desain riset yang digunakan yaitu deskriptif, dengan mengambil sebanyak 165 responden yang komposisinya masing-masing 55 orang dari Telkomsel, 55 orang dari Satelindo dan 55 orang dari Exelcomindo. Definisi responden ialah responden yang memiliki sekaligus menggunakan telepon sellular pada masa krisis ekonomi di Jakarta. Metode sampling yang digunakan dalam rancangan sample yaitu judgment sample. Perangkat yang digunakan untuk menganalisa perilaku konsumen secara kuantitatif yaitu cross tabulation. Dari hasil studi analisa perilaku konsumen telepon selluler pada masa krisis ini ditemukan bahwa merek telepon sellular yang terpilih seandainya responden ingin mengganti telepon sellulernya ialah Nokia (40%), Kemudian Ericsson (38,2 %) akhirnya Motorola (16,4 %). Di tahun 1998 semester I, dari hasil penelitian ini diketahui bahwa posisi Ericsson saat ini kemungkinan besar dapat dikalahkan oleh Nokia. Kemudian ditemukan pula bahwa positioning ponsel Nokia dan Ericsson relatif bersifat underpositioning. Karena menawarkan diferensiasi produk yang kurang lebih sama, misalnya warna produk, service yang ditawarkan dan alternatif beberapa bahasa. Sedangkan positioning Motorola cukup tepat dengan menekankan pada daya tahan ponselnya terhadap gangguan fisik. Selain itu, dari penelitian ini juga diketahui bahwa Image pengguna telepon sellular terhadap merek ponsel NOKIA yaitu pada model dan warna, MOTOROLA pada daya tahan terhadap benturan, daya tahan stand by time, dan ketahanan talking time. ERICSSON pada ketersediaan di pasar, preferensi konsumen, layanan puma jual, dan kelengkapan aksesories.
Namun penelitian di atas masih memiliki banyak kelemahan antara lain, hasil penemuan di atas masih belum dapat dikatakan sangat signifikan sehingga harus digunakan sebagai judgment dalam mengambil kebijakan pada tingkat coorporate. Kalaupun hal itu diperlukan, maka sample size yang akan digunakan untuk penelitian selanjutnya harus diperbesar. Bahkan lebih baik jika mengambil jumlah populasi sebagai responden."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
TA34064
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Vera Sari Arta
"Adapun isu-isu yang melatarbelakangi penulisan karya akhir ini antara lain, yaitu; perubahan perilaku konsumen secara umum akibat menurunnya daya beli pada masa krisis ekonomi di Indonesia, kemudian peningkatan persaingan iklan dan promosi yang dilakukan oleh antar merek akibat banyaknya merek handset yang beroperasi di Indonesia. Sejak krisis ekonomi, penjualan handset telepon sellular di Indonesia mengalami penurunan hingga 36% dari tahun 1997 ke tahun 1998. Salah satu penyebab penurunan tersebut ialah akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, yang mengakibatkan peningkatan harga jual handset hingga tiga kali lipat.
Karya akhir ini membahas tiga masalah. Masalah pertama yaitu bagaimana persaingan industri handset telepon sellular (ponsel) di Indonesia. Dengan menggunakan analisa industri dari Porter, ditemukan bahwa intensitas persaingan antar perusahaan tinggi, Hal ini antara lain disebabkan karena kekuatan tawar menawar pembeli yang cukup besar sehingga memungkinkan mereka mendapatkan harga yang paling menguntungkan selain itu juga akibat dari banyaknya pemain yang bersaing dalam industri ini yang memungkinkan mereka untuk menentukan pilihan merek dan features yang paling disukai. Pembahasan persaingan industri ini menjadi langkah awal untuk menganalisa perilaku konsumen handset telepon sellular di Indonesia pada masa krisis ekonomi dan sebagai pertimbangan untuk kebijakan strategi komunikasi.
Masalah kedua yaitu, bagaimana perilaku konsumen di Indonesia secara umum pada saat krisis ekonorni . Untuk pernbahasan masalah ini dilakukan analisa teori perilaku konsumen. Kemudian masalah ketiga, yaitu bagaimana perilaku konsunen handset telepon sellular di masa krisis ekonomi. Untuk pembahasan masalah ini dilakukan studi perilaku konsumen handset telepon selular.
Studi perilaku konsumen handset telepon selular pada masa krisis ini dilakukan pada tingkat industri, dan dimulai pada bulan Juni hingga Oktober 1998. Variable dependen yaitu perilaku konswnen telepon sellular, sedangkan variable independen yaitu ada sebanyak 27 variable. Jenis desain riset yang digunakan yaitu deskriptif, dengan mengambil sebanyak 165 responden yang komposisinya masing-masing 55 orang dari Telkomsel, 55 orang dari Satelindo dan 55 orang dari Exelcomindo. Definisi responden ialah responden yang memiliki sekaligus menggunakan telepon sellular pada masa krisis ekonomi di Jakarta. Metode sampling yang digunakan dalam rancangan sample yaitu judgment sample. Perangkat yang digunakan untuk menganalisa perilaku konsumen secara kuantitatif yaitu cross tabulation. Dari hasil studi analisa perilaku konsumen telepon selluler pada masa krisis ini ditemukan bahwa merek telepon sellular yang terpilih seandainya responden ingin mengganti telepon sellulernya ialah Nokia (40%), Kemudian Ericsson (38,2 %) akhirnya Motorola (16,4 %). Di tahun 1998 semester I, dari hasil penelitian ini diketahui bahwa posisi Ericsson saat ini kemungkinan besar dapat dikalahkan oleh Nokia. Kemudian ditemukan pula bahwa positioning ponsel Nokia dan Ericsson relatif bersifat underpositioning. Karena menawarkan diferensiasi produk yang kurang lebih sama, misalnya warna produk, service yang ditawarkan dan alternatif beberapa bahasa. Sedangkan positioning Motorola cukup tepat dengan menekankan pada daya tahan ponselnya terhadap gangguan fisik. Selain itu, dari penelitian ini juga diketahui bahwa Image pengguna telepon sellular terhadap merek ponsel NOKIA yaitu pada model dan warna, MOTOROLA pada daya tahan terhadap benturan, daya tahan stand by time, dan ketahanan talking time. ERICSSON pada ketersediaan di pasar, preferensi konsumen, layanan puma jual, dan kelengkapan aksesories.
Namun penelitian di atas masih memiliki banyak kelemahan antara lain, hasil penemuan di atas masih belum dapat dikatakan sangat signifikan sehingga harus digunakan sebagai judgment dalam mengambil kebijakan pada tingkat coorporate. Kalaupun hal itu diperlukan, maka sample size yang akan digunakan untuk penelitian selanjutnya harus diperbesar. Bahkan lebih baik jika mengambil jumlah populasi sebagai responden."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Harry Santoso
"Krisis yang terjadi di Indonesia telah memberikan dampak negatif terhadap Perbankan Indonesia. Permulaan krisis pada perbankan dimulai dengan bergejolaknya nilai tukar rupiah dan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika telah menimbulkan kesulitan likuiditas yang besar pada perbankan. Situasi tersebut kemudian diperberat oleh lemahnya kondisi intemal sektor perbankan, terutama sebagai dampak dari lemahnya manajemen, konsentrasi kredit yang berlebihan, moral hazard, terbatas dan kurang transparannya informasi kondisi keuangan bank, serta belum efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Kondisi perbankan kemudian menjadi semakin rawan setelah munculnya penarikan simpanan dan pemindahan dana antar bank secara besar-besaran akibat semakin merosotnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, khususnya sejak adanya kebijaksanaan pemerintah mencabut izin usaha 16 bank pada awal November 1997.
Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan tidak dapat beroperasi secara normal. Pelanggaran terhadap ketentuan kehati-hatian meningkat, keculmpan likuiditas dan permodalan perbankan menurun dengan drastis, dan ketergantungan perbankan kepada bantuan likuiditas dari Bank Indonesia semakin meningkat. Berbagai perkembangan ini mengakibatkan proses intermediasi oleh perbankan menjadi terganggu, hal ini memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi perekonomian secara keseluruhan.
Untuk lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat dan mempercepat proses penyehatan sistem perbankan, pemerintah menempuh langkah-langkah reformasi di bidang perbankan yang lebih menyeluruh. Reformasi perbankan tersebut merupakan salah satu aspek penting dalam program restrukturisasi dan reformasi ekonomi yang didukung oleh IMF.
Melalui hasil dari due diligence terhadap seluruh bank yang ada di Indonesia, temyata hanya. bank-bank kecil non devisa yang relatif bisa hidup lebih baik dibandingkan dengan bank devisa yang besar.
Untuk melihat dampak dari krisis yang berlangsung pada sektor perbankan, penulis akan melihat dan meneliti mengenai perkembangan perbank:an di masa krisis serta pengaruhnya terhadap kinerja Bank X sebagai salah satu bank non devisa, yang telah berdiri sejak tahun 1993 dan pada saat dilakukan due diligence, masuk dalam kategori A, yaitu bank-bank yang tetap beroperasi tanpa mengikuti rekapitalisasi. Bank-bank ini dinilai telah memenuhi persyaratan modal minimum yang ditetapkan Bank Indonesia dan dapat beroperasi tanpa bantuan modal Pemerintah.
Dampak dari perkembangan perbankan di masa krisis temyata mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja Bank X, dimana pada awalnya adalah Bank dengan kategori A Dengan berlanjutnya krisis tersebut, telah menyebabkan Bank X pada tahun 1999 harus menyetor kembali modalnya untuk masuk kembali dalam kategori A Definisi permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah strategi yang dilakukan Bank X dalam menghadapi krisis yang teijadi di Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dan ak:ibat yang timbul terhadap kineija Bank X dari perkembangan perbankan di masa krisis dan untuk mengetahui bagaimana strategi Bank X pada saat krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia dan hasilnya.
Metodologi Pengumpulan Data yang dipergunakan dalam penyusunan karya akhir ini adalah dengan melalui penelitian lapangan secara langsung di Bank X dan melalui telaah pustaka.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, strategi yang dilakukan Bank X pada saat krisis bisa dikatakan sangat baik dan tepat untuk dilaksanakan dalam menghadapi krisis yang terjadi, namun karena krisis yang terjadi berlangsung cukup lama dan menyentub hampir semua sektor perekonomian Indonesia dan sektor perbankan merupakan yang terkena pengaruh cukup besar, dengan situasi demikian maka basil yang diperoleh tidak dapat maksimal dan cukup memerlukan waktu dalam perbaikannya.
Untuk tetap dapat bersaing dalam perbankan di masa yang akan datang, Bank X, sebaiknya mulai merubah komposisi penerimaan terbesar mereka dari kredit menjadi Fee Base Income dengan segera merubah diri dari Bank Non Devisa menjadi Bank Devisa, dan pemberian kredit yang diberikan oleh Bank X sebaiknya lebih diarahkan kepada sektor retail, dimana terbukti pada saat terjadinya krisis, penunggakan pembayaran bunga dan pinjaman terbesar dilakukan oleh sektor corporate.
Untuk dapat bersaing di masa datang, Bank X sebaiknya meningkatkan permodalannya untuk memperluas bidang usahanya atau melakukan merger dengan bank lain yang mempunyai pengalaman di bidang retail.
Kerangka penulisan karya akhir ini akan dibagi dalam lima (5) bab, yaitu : Pendahuluan, T elaah Pustaka, Bank X, Analisis dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Haryanto
"Memasuki milenium ke tiga, semakin sulit memisahkan mana pasar lokal dan pasar global Batasan fisik tiap negara dengan mudah ditembus oleh berbagai wahana perekonomian modern Industri perbankan sebagai bagian dari perekonomian modem menjadi salah satu target proses globalisasi ini. Perbankan asing yang nota bene memiliki serangkaian keunggulan mulai dari struktur modal, luasnya jaringan , teknologi, dan kualitas sumber daya manusia yang handal menjadi bagian tidak terpìsahkan dan peta persaingan perbankan di Indonesia.
Industri perbankan nasional memang masih belum 'sehat', terutama berawal dari likuidasi sejumlah bank medio 1997, hingga kemudian mnelan korban beberapa bank lainnya. Kondisi ini semakin membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap performa bank lokal menururn tajam. Mereka sangat mengkhawatirkan keamanan dana yang mereka simpan di bank.
Sementara itu depresiasi rupiah yang tercatat paling rendah selama tiga dasawarsa terakhir, semakin membuat perekonomian nasional terpuruk. Para debitur mengalami kesulitan menjalankan kewajiban kreditnya, mereka harus membayar mahal barang penunjang produksi dan terbebani pula oleh bunga pinjaman dan bank yang mencekik leher. Kolektibilitas debitur kemudian mengalami penurunan dan timbulah berbagai ekses dan kredit bermasalah. Bagi bank, banyaknya kredit bermasalah berarti alcan mengelembungkan dana pencadangan untuk kredit beresiko tersebut. ini berarti akan membuat rasio kecukupan modal mereka sernakin kecil. Bagi debitur hal ini berarti akan seniakin sulit berproduksi dan mungkìn pula berdampak PHK masal bagi para karvawan atau buruhnya.
Bank X, sebagai salah satu bank yang selamat dari badai krisis, mencoba menyikapi kondisi sulit ini dengan tetap konsisten menjalankan manajemen bank dengan pnnsip-prinsip prudential banking. Berbagai strategi yang diterapkan, baik untuk sisi funding maupun lending senantiasa diarahkan untuk pelayanan segmen masyarakat yang dilayaninya. Sebagai bank kelas menengah yang lebih berorientasi retail, perusahaan dituntut untuk terus berinovasi dalam pelayanan nasabah, karena dalam ikiim persaingan perbanakan yang hiper kompetitif ini, terlambat mengantisipasi kebutuhan pelanggan berarti bencana besar bagi kelangsungan usaha.
Dengan berbagai keterbatasan sumber daya, bank X beruntung memiliki dukungan penuh dari kelompok usaha yang berbasiskan industri consumer goods, yang memiliki likuiditas relatif tinggi.
Pada tulisan ini penulis ingin membahas strategi yang dipakai oleh manajemen dalam rangka antisipasi krisis ekonomi yang masih belum menampakan akifir yang membahagiakan, khususnya bagi dunia perbanakan. Berbagai dorongan lingkungan baik segi makro, industri perbankan dianggap sebagai perceived information oleh manjemen yang alcan digunakan sebagai basis pengalokasian sumber daya serta kapabilitas internal perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T2373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Pamudiantara
"ABSTRAK
Dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi sampal saat ini, yang di mulai dengan jatuhnya nilai tukar mata uang Rupiah pada pertengahan tahun 1997, menyebabkan hancurnya sebagian besar dunia usaha di Indonesia. Haneurnya sebagian besar dunia usaha tersebut tidak terkecuali dunia perbankan yang dalam usahanya sangat rentan terhadap gejolak perekonomian makro. Karena sifat usahanya yang sangat tergantung dan Icegiatan dunia usaha lainnya (sektor ¡iii), dan juga sangat dipengaruhi oleh indikator-indikator moneter, maka sebetulnya dunia perbankan-Iah yang paling dahulu terkena dampak dan krisis ekonorni yang menimpa Indonesia saat ini.
Oleh karena sifat kegiatan usahanya yang rentan terhadap kondisi ekonorni makro tersebut, maka dalam kegiatannya bank sangat memenlukan sarana yang dapat dipakai untuk menghadapi dan mengantisipasi gejolak perekonomian makro yang terjadì, seperti halnya krisis ekonomi yang terjadi saat ini. Jika dunia perbankan Indonesia lebih bersifat hati-hati (Prudent Banking) dan lebih siap dan dalam menghadapi gejolak perekonomian, maka diharapkan dunia perbankan Indonesia tidak mengalami kehancuran separah yang terjadi saat ini.
Melihat kenyataan tersebut diatas, dalam Karya Akhir ini penulis melakukan pengkajian terhadap antisipasi bank, dalam hal ini dipilih Bank X dalam menghadapi krisis ekonomi yang terjadi terutama pada periode tahun 1998 mengingat gejolak moneter sudah mulai dirasakan pada pertengah tahun 1997. Dalam Karya Akhir ini, penulis menggunakan evaluasi / pendekatan Asset Liability management dan terutama gap management terhadap penyusulan RKAP 1998 pada Bank X.
Pemilihan studi kasus pada periode RKAP 1998 tersebut juga didasari pada kenyataan pada bahwa sejak tahuj 1999 Bank X telah melakukan merger, sehingga studi kasus RKAP i998 tersebut dipandang cukup untuk melakukan evaluasi antisipasi bank terhadap gejolak perekonomian yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 tersebut.
Dari hasil evaluasi gap managenient yang dilakukan terhadap RKAP 1998 pada Bank X, dapat disimpulkan bahwa Banic X mernang tidak melakukan strategi gap management dalam pengelolaan portofolio aktiva dan pasivanya untuk rnenghadapi perkembangan perekonomian yang terjadi selama krisìs ekornorni. Bank X tidak melakukan gap management dalam pengelolaan protofolio neracanya terutama karena Bank belum didukung oleh sistem manajemen informasi yang memadai. Sistem manajemen informasi yang memadai dalam hal ini terutama sistern komputer on line yang memungkinkan manajemen dapat memonitor perkembangan saldo aktiva maupun pasiva berdasarkan kelompok tingkat bunga, jatuh tempo, kepemilikan serta informasi Iainnya yang diperlukan dalam Asset Liability Management. Dalam hal pengelolaan valuta asing atau foreign exchange management tampak bahwa Bank X telah mengantisipasi pergerakan kurs dengan strategi pengelolaan exposure valas yang tepat, sehingga posisi exposure valas (overbought/oversold/matching) telah memberikan dampak posislif pada pendapatan valasnya.
Untuk dapat menerapkan gap management dengan baik, Bank disarankan senantiasa melakukan prediksì perkembangan indicator-indikator moneter secara lebih akurat, Bank juga perlu didukung oleh staf perencanaan dan Tim Asset Libility Commity (ALCO) yang tangguh. Selanjutnya untuk dapat laksananya hal-hal tersebut Bank juga perlu didukung oleh Sistern Manajemen Informasi (MIS) yang memadai, baik dari sisi perangkat kerasnya maupun dan sisi perangkat lunak.
Dengan penulisan Karya Akhìr ini dìharapkan dapat membuktikan betapa pentingnya penerapan pendekatan Assets Liability Management, dan terutama penerapan gap managerneni ke dalam penyusuiian REAP suatu bank sehingga dapat mengantisipasi gejolak ekonomi dan terutama gejolak moneter yang sering bergejolak dengan cepat. Dengan demikian kejadian yang menghancurkan dunia perbankan Indonesia pada umumnya seperti sekarang ini tidak terulang kembali."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah Fajriawati
"Penelitian ini membahas tentang implementasi manajemen sumber daya manusia di Perpustakaan DPR RI pada masa pandemi COVID-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi manajemen sumber daya manusia di Perpustakaan DPR RI pada masa krisis, dilihat dari fungsi manajemen George R. Terry yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan dengan menggunakan konsep fleksibilitas. Selain itu, penelitian ini juga ingin menganalisis kekuatan dan kelemahan masing-masing fungsi manajemen SDM sehingga dapat diketahui fungsi mana yang paling kuat dan mana yang paling lemah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi dan analisis dokumen terkait pengelolaan SDM di masa krisis, terutama pada masa pandemi COVID-19. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan manajemen sumber daya manusia di Perpustakaan DPR RI pada masa pandemi dilakukan dengan mengadopsi konsep fleksibilitas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa fungsi manajemen SDM yang paling kuat sekaligus paling fleksibel adalah fungsi penggerakan dan pengawasan karena pelaksanaannya yang efektif, sedangkan fungsi yang paling lemah adalah pengorganisasian karena cenderung rawan menimbulkan konflik antar pustakawan DPR RI.

This research discusses the implementation of human resource management in the DPR RI Library during the COVID-19 pandemic. The purpose of this study is to identify the implementation of flexibility in the human resource management of the DPR RI Library in times of crisis, as seen from the management function of George R. Terry, which consists of planning, organizing, actuating, and controlling using the concept of flexibility. In addition, this study also wants to analyze the strengths and weaknesses of each HR management function so that it will be known which function is the strongest and which is the weakest. This research uses a qualitative approach with a case study method. Data collection is through in-depth interviews, observation, and analysis of documents related to HR management during times of crisis, especially during the COVID-19 pandemic. The study findings revealed that the implementation of human resource management in the DPR RI Library during the pandemic is carried out by adopting the concept of flexibility. The conclusion of this study is that the strongest function as well as the most flexible function are actuating and controlling because of its effective implementation, while the weakest function is organizing because it tends to be prone to causing conflicts between the DPR RI librarians."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library