Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra Prakoso
Abstrak :
Penelitian ini ingin menguji apakah fenomena market overreaction terjadi pada saham-saham yang mengalami perubahan persentase harga tertinggi, baik positif (terjadi pada saham winners) maupun negatif (terjadi pada saham losers), yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia selama periode Januari 2007 hingga Desember 2007. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji apakah pergerakan harga saham dapat diprediksi setelah mengalami perubahan ekstrem harga. Secara spesifik, apakah terjadi pembalikan harga setelah perubahan ekstrem harga pada sampel yang terdiri dari 246 saham winners dan 246 saham losers. Hasil pengujiannya menunjukkan bukti bahwa telah terjadi overreaction, baik pada saham winners maupun losers. Pembalikan harga ditemukan satu hari setelah peningkatan harga ekstrem dan efeknya bertahan hingga 5 hari untuk saham winners. Dan untuk saham losers, pembalikan harga ditemukan selama 3 hari berturut-turut dan di hari kelima serta efeknya bertahan hingga 10 hari. Analisis regresi menunjukkan bahwa pembalikan harga mempunyai hubungan negatif dengan perubahan harga untuk kedua sampel, dan juga dengan ukuran perusahaan hanya untuk saham losers.
This paper empirically investigates the market overreaction effect of the stocks with the largest daily percentage increases or decreases in price occurred in Indonesia Stock Exchange between January 2007 and December 2007. The primary objective of this paper is to test whether stock price behavior is predictable following extreme returns. Specifically to test the occurance of price reversals after daily gains or losses in stock returns on samples consist of 246 winners and losers. The results show evidence of stock price overreaction effect for both winners and losers samples. The price reversal effect is found in one day after extreme increase in returns and lasting for 5 days for winners. And for losers, reversal is found within first three days and at fifth day after extreme decrease in returns and lasting for 10 days. Regression analysis shows that the stock price reversal is inversely related to the price gains or losses, and also with firm size but only for losers.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6632
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Susanti
Abstrak :
Penelitian ini menguji keberadaan market overreaction di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2001. Secara khusus penulis mengangkat fenomena price reversal (pembalikan harga) yang terjadi pada saham-saham yang sebelumnya mengalami peristiwa perubahan harga terbesar yaitu kenaikan terbesar dan penurunan terbesar harga saham dalam satu hari perdagangan. Saham-saham yang sebelumnya mengalami return yang sangat positif dimasukkan ke dalam sampei winner. Sedangkan saham-saham yang sebelumya mengalami return yang sangat negatif dimasukkan ke dalam sampel loser. Penulis mengambil sampel saham-saham yang telah terdaftar di BEJ dari awal dan selama tahun 2001. Pengujian mengenai terjadinya pembalikan harga dengan cara melakukan uji t terhadap rata-rata abnormal return saham-saham winner dan loser. Penulis menemukan bahwa saham-saham loser mengalami reversal segera setelah terjadinya peristiwa penurunan harga saham yaitu pada hari kesatu, kedua, kelima, dan keenambelas setelah penurunan harga terbesar dan signifikan secara statistik. Pengujian pada sampel winner tidak menunjukkan pembalikan secara langsung pada hari pertama maupun kedua setelah peristiwa kenaikan harga saham. Saham-saham winner menunjukkan reversal pada hari kesepuluh dan keempatbelas setelah kenaikan harga terbesar. Keberadaan price reversal pada pasar modal ini mengimplikasikan bahwa pasar tidak efisien dalam bentuk lemah. Namun demildan, pengujian mendasar dari efisiensi pasar modal bentuk lemah ini adalah bisa atau tidaknya investor memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan fenomena pembalikan harga saham ini Hasil pengujian yang dilakukan dengan cara membandingkan rata-rata CAR dengan rata-rata bid-ask spread pada sampel loser menunjukkan bahwa rata-rata CAR lebih kecil daripada rata-rata bid-ask spread Demildan pula pengujian dengan menerapkan simple trading rule menunjukkan bahwa rata-rata return tidak signifikan lebih besar dari nol. Hal ini mengindikasikan bahwa investor tidak dapat memperoleh keuntungan setelah mempertimbangkan biaya transaksi yang tercermin dalam bid-ask spread tersebut. Penelitian lebih mendalam dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya pembalikan harga ini. Pengujian pertarna dilakukan dengan cara melakukan regresi dengan variabel terikat CAR dan variabel babas bid-ask spread pada sampel loser saja. Hasilnya menunjukkan bahwa bid-ask spread secara statistik tidak signifikan terhadap terjadinya pembalikan. Pengembangan model dilakukan dengan menambahkan variabel abnormal return saat terjadinya peristiwa penurunan harga, dan dummy variable untuk melihat pengaruh Monday effect dan Friday effect. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel bid-ask spread secara statistik berpengaruh terhadap terjadinya pembalikan. Pembalikan harga yang terjadi tidak dipengaruhi Friday effect. Sedangkan Monday effect tidak berpengaruh terhadap pembalikan pada pengujian return interval 1 namun berpengaruh pada pengujian return interval 2. Variabel abnormal return saat event date menunjukkan hubungan yang negatif tetapi tidak signifikan dengan CAR pada pengujian return interval 1 namun pada return interval 2, variabel ini menunjukkan hubungan yang positif terhadap CAR.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Prayudi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati kejadian overreaction, underreaction, serta calendar anomalies yang terdapat pada foreign exchange market di negara ASEAN- 5. Penelitian ini mengacu kepada metode yang dilakukan pada penelitian Parikakis dan Syriopoulos (2008) dalam melihat ada tidaknya anomali yang terjadi pada foreign exchange market dengan melakukan uji terhadap average cumulative abnormal return dari tiap mata uang yang masuk sebagai objek penelitian dan juga mengamati pola extreme exchange rate changes yang terjadi berdasarkan pola harian dan bulanan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat indikasi adanya gejala overreaction dan underreaction namun tidak signifikan secara statistik. Terdapat juga hasil yang menggambarkan adanya calendar anomalies pada kejadian extreme exchange rate changes namun hanya beberapa yang dapat dibuktikan signifikan secara statistik. Dari hasil penelitian ini juga disimpulkan bahwa contrarian strategy akan terlalu berisiko jika digunakan dalam perdagangan pada foreign exchange market di negara ASEAN-5. ......The objective of this study is to observe overreaction, underreaction, and also calendar anomalies that happened in ASEAN-5 countries? foreign exchange market. The methods that used in this study is the same as the research done by Parikakis and Syriopoulos (2008) in order to prove the anomalies that occur in foreign exchange market by testing the average cumulative abnormal return for each currencies and also observing the pattern of extreme exchange rate changes that occurred daily and monthly. The results of this study show that there are indications for overreaction and underreaction to be occurred along the period but statistically insignificant. This study also find that only few of the calendar anomalies which extreme exchange rate changes occurred are statistically significant. The results of this study also conclude that contrarian strategy is too risky to do in ASEAN-5 foreign exchange market.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29494
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Hotma
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terjadi overreaction dan strategi kontrarian menguntungkan di pasar BEJ. Data yang dipergunakan adalah return bulanan yang dimulai dari bulan Januari 1994 sampai dengan Desember 2003. Sedangkan prosedur yang dipergunakan merupakan kombinasi prosedur dari Rodriguez dan Fructuoso (2000) dan Kim (2003), dimana keduanya menggunakan prosedur yang telah dikembangkan oleh De Bondt dan Thaler (1985, 1987). Formasi terdiri atas dua bagian yaitu periode pembentukan dan periode pengujian, masing-masing selama 36 bulan. Periode pembentukan diberi notasi T-1 sampai T-36, sedangkan periode pengujian diberi notasi TI sampai dengan T36. Antara T-1 dan TI diberi jarak 2 bulan, dengan maksud untuk menghindari efek microstructure dan bid-ask spread. Periode pengujian mengunakan hold selama 6, 12, 18, 24, 30 dan 36 bulan . Dari setiap formasi dibentuk portofolio Loser (L) dan portofolio Winner (W), dan dari keduanya dibentuk strategi kontrarian (portofolio L-W). Pengujian overreaction dilakukan pada hold period pengujian T6, T12, TIB, T24, T30 dan T36. Selain itu, dipergunakan model CAPM yang dimodifikasi untuk melihat overreaction dan perubahan risiko portofolio antara periode pembentukan dan pengujian. Basil penelitian menunjukkan bahwa terjadi overreaction para portofolio Loser dan portofolio L-W untuk peride hold selama 6, 12, 18, 24, 30 dan 36 bulan, sedangkan portofolio Winner tidak mampu menunjukkan hal tersebut. Selain itu, model CAPM yang dimodifikasi mampu untuk menunjukkan adanya overreaction pada portofolio L, portofolio W dan portofolio L-W pada sebagian besar formasi, namun tidak mampu menunjukkan adanya perubahan risiko sistematis pada portofolio L, portofolio W dan portofolio L-W antara periode pembentukan dan pengujian. Strategi kontrarian ternyata mampu menciptakan profit karena secara statistik signifikan pada seluruh periode hold, yaitu periode 6, 12, 18, 24, 30 dan 36 bulan.
In this paper, we analyze the contrarian strategy in the empirical context of the Jakarta Stock Market, using the monthly return data from January 1994 up to December 2003. We use the combined procedures by Rodriguez and Fructuoso (2000) and Kim (2003), where they have followed the method proposed by De Bond and Thaler (1985, 1987). The formation consists of two parts namely Formation Period and Test Period, each for 36 months. The formation period has the notation T- I - T-36, while the Test Period has the notation TI - T36. There is two month interval between T-1 and TI to avoid the microstructure and bid-ask spread effects. The Test Period use the hold period of 6, 12 (T12), 18, 24, 30 and 36 months. From these formations we form the loser portfolio (L) and the winner portfolio (W). From the two portfolios, then we form the contrarian strategy (L-W portfolio). Test for overreaction is done at the Test period of 6, 12, 18, 24, 30 and 36 months. We also use the CAPM model that has been modified to observe overreaction and the change of portfolio risk between the Formation Period and the Test Period. We arrive at the conclusion that there is overreaction at the loser portfolio for hold period of 6, 12, 18, 24, 30 and 36 months, while at the winner portfolio there is no overreactions significantly. The modified CAPM model is able to show overreaction at portfolio L, portfolio W and portfolio L-W for almost the formations, but it can not show the change of systematic risks at portfolio L, portfolio W and portfolio L-W between the Formation Period and the Test Period. In the hold period of 6, 12, 18, 24, 30 and 36 months, the contrarian strategy can give profit to investors.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T18818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library