Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Basith H. ijazy
Abstrak :
PT. Cipta Mandiri Wirasakti adalah salah satu perusahaan nasional produsen wiring haness dan battery cable untuk otomotif. Pemeliharaan equipment produksi dan sebagian besar fasilitas umum perusahaan dikelola oleh bagian Maintenance, menekan breakdown equipment merupakan tujuan utamanya. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, disamping melakukan aktivitas teknis di lapangan, bagian Maintenance juga melakukan aktivitas administratif. Tugas administratif di bagian Maintenance cukup sulit dilakukan dengan banyaknya sumber daya equipment yang harus dikelola. Sistem Informasi Pemeliharaan merupakan sebuah sistem perangkat lunak yang dikembangkan untuk mengotomasi proses administratif yang mendukung aktivitas pemeliharaan. Sistem ini menyediakan beberapa fungsionalitas yang dibutuhkan untuk mempermudah proses-proses administratif yang bersifat kritis. Kesulitan-kesulitan yang dialami staff administrasi selama ini serta keinginan untuk meningkatkan kefektifan dan efisiensi proses di bagian Maintenance menjadi pertimbangan untuk pengembangan sistem ini. Spesifikasi kebutuhan perangkat lunak yang lengkap dan terdokumentasi dengan baik diperlukan untuk keberhasilan pengembangan perangkat lunak ini. Dengan panduan metodologi Rational Unified Process (RUP) diharapkan bahwa spesifikasi kebutuhan perangkat lunak yang dihasilkan dapat membantu tim pengembang untuk mengembangkan sistem perangkat lunak ini. Adaptasi disiplin business modeling dan requirement dari RUP akan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan proyek.
PT. Cipta Mandiri Wirasakti is one of automotive wiring harness and battery cable manufacturer in Indonesia. Maintenance of production equipments and the most of company's general utilities is the responsibility of Maintenance Division, to minimize equipment breakdown is the primary objective. In performing its responsibilities, Maintenance Division performs administrative activities in addition to its technical plant activities. These administrative activities are not simple tasks to do, due to a large number of equipment resources to be managed. Maintenance Information System is a software system to be developed to automate administrative processes in supporting equipment maintenance objectives. The software system shall deliver several functionalities needed to facilitate critical administrative processes. The presence of difficulties that administration staffs have been facing and the expectation of improved process effectiveness and efficiency in the Maintenance Division encourage the development of the software system. The complete and well prepared documentation of software requirements specification is required in supporting the successful software system development. The software requirements specification delivered by adapting Rational Unified Process (RUP) methodology as a guideline is excpected to assist the project team in the software system development. The adaptation of business modeling and requirements disciplines of the RUP will be configured to meet the c haracteristic and requirements of the project.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Syahrin
Abstrak :
The industrialization has taken a significant part in an increase of-The-Gross Domestic Product (GDP), particularly in The Third World Countries. During 1970?s and 1980?s some cases in Indonesia had showed that the mainly input of GDP is given by manufacturing industries. It means that industrialization offers an increase of the economic growth, both regionally and domestically, including decreases in the level of poverty. Moreover, the economic improvement is still an aggregate and involved marry complicated components. According to these reasons, problem above is very attractive and then will be clearer if it is solved by a spatial approach.

The case study in this research is the manufacturing industries and the poverty in the Medan City (The Capital of North Sumatra Province) in 1993-/999 period The objectives of the research are a review about the correlation between industries of manufacture (big and middle) to poverty and an identification of factors that influence it.

This research uses 'Tumpang Susun Peta method' as an approach and supported by 'Statistical Correlation Method' resulting an integrated method As a consequence, the results will be found more accurately.

The findings of this research are: in general, in Medan City, there was no strong correlation between the number of manufacturing industries and the poverty. An increase of amount for manufacturing industries is not followed by a decline in poverty. The ratio of the manufacture industry in manpower to the people in productive age was relatively small, e.g. 3.58 %. The level of the education was very low. On the other hand the industrial location is not located in the over-populated region.

In regional area, North and South, a different pattern was illustrated. In the North, there was no strong correlation between percentage of the industry and the level of poverty. On the other hand in the South, there was a relatively strong correlation between percentage of industry and the no poverty area, especially Kecamatan Medan Johor, Denai, Area, Swigged, Petisah, and Barat. Above all, the basic quantitative of the study is viewed that industrial locations as employment highly absorbed, encourage the level of poverty to be wealthier especially in the South of Medan City.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T7512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabillah Amelano
Abstrak :
Industri Farmasi menerapkan CPOB untuk memastikan mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya. Salah satu aspek yang diatur adalah audit dan persetujuan pemasok. Pemasok dapat mengalami re-assessment atau bahan diskualifikasi oleh Departemen QA jika terdapat defisiensi terhadap mutu yang signifikan yang dapat menyebabkan risiko serius terhadap kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran apoteker dalam pelaksanaan audit produsen bahan baku dan memahami proses pelaksanaan audit produsen bahan baku yang dilakukan PT. Harsen Laboratories terhadap PT. X. Pelaksanaan kegiatan audit produsen bahan baku PT. X dilaksanakan secara remote audit dengan mengacu pada daftar periksa penilaian terhadap produsen bahan baku. Supervisor QA berperan dalam menyusun jadwal dan realisasi pelaksanaan audit serta mengkoordinasikan dan memastikan pelaksanaan kualifikasi produsen sesuai dengan jadwal dan prosedur tetap. Sedangkan peran Manager QA yaitu memeriksa jadwal dan realisasi pelaksanan audit produsen, memastikan kualifikasi telah dilaksanakan dengan benar serta mengkaji hasil kualifikasi produsen untuk dimasukkan ke dalam daftar pemasok yang disetujui. Berdasarkan hasil penilaian audit produsen bahan baku PT.X diperoleh nilai 2,88 dengan kategori A sehingga PT.X direkomendasikan ke dalam daftar pemasok yang disetujui. ......The Pharmaceutical Industry implements GMP to ensure the quality of drugs produced is in accordance with the requirements and intended use. One of the regulated aspects is supplier audit and approval. Suppliers may be subject to re- assessment or material disqualification by the QA Department if there is a significant deficiency in quality that may pose a serious risk to health. This study aims to determine the role of pharmacists in conducting raw material producer audits and to understand the process of implementing raw material producer audits conducted by PT. Harsen Laboratories against PT. X. Implementation of raw material producer audit activities PT. X carried out remote audits with reference to the assessment checklist of raw material producers. The QA Supervisor plays a role in preparing schedules and the realization of audit implementation as well as coordinating and ensuring the implementation of producer qualifications according to fixed schedules and procedures. Meanwhile, the role of the QA Manager is to check the schedule and actual implementation of producer audits, ensure that qualifications have been carried out correctly and review the results of producer qualifications to be included in the list of approved suppliers. Based on the results of the raw material producer audit assessment, PT.X obtained a value of 2.88 with category A so that PT.X was recommended to the list of approved suppliers.
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alen Septanto
Abstrak :
Antara tahun 1997 sampai 1998, Indonesia dan sebagian negara lainnya di kawasan Asia mengalami krisis moneter yang dipicu oleh jatuh tempo utang luar negeri yang dimiliki oleh negara-negara tersebut. Hal ini mengakibatkan kondisi perekonomian Indonesia mengalami goncangan yang hebat sehingga banyak perusahaan dalam negeri yang mengalami kebangkrutan. Pada tahun 2005 yang lalu, perusahaan-perusahaan dalam negeri kembali mengalami cobaan yang hebat dengan adanya keputusan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik, harga BBM, (dua kali dalam tahun 2005), dan peningkatan nilai inflasi dalam negeri yang mencapai 18 %. PT. Wijaya Karya Intrade sebagai salah salah satu perusahaan manufaktur yang bergantung pada konsumen mereka, terutama perusahaan pembuatan kendaraan bermotor, juga menerima dampak ketidak stabilan ekonomi tersebut. Dampak dari kenaikan BBM dan nilai inflasi adalah berkurangnya kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan bermotor menyebabkan PT. Wijaya Karya Intrade sebagai salah satu perusahaan pemasok suku cadang kendaraan bermotor mengalami kesulitan karena berkurangnya permintaan pembuatan suku cadang tersebut dari para perusahaan pembuat kendaraan bermotor sehingga PT. Wijaya Karya Intrade terpaksa harus bekerja dalam kondisi di bawah kondisi efisien. Untuk mengatasi kondisi bekerja di bawah kondisi efisien ini maka PT. Wijaya Karya Intrade berusaha untuk meningkatkan kinerja setiap bagian yang ada dalam kerangka supply chain. Kaya akhir ini berusaha untuk menganaiisis sejauh mana PT. WKI, terutama unit bisnis P3, telah melakukan peningkatan dalam kegiatan usahanya yang dapat meningkatkan kualitas dan nilai produk yang dibuat di pabrik P3. Dari hasil analisis yang dilakukan, penulis menemukan ada beberapa hal yang masih perlu diperbaiki agar unit bisnis P3 dapat memberikan hasil yang maksimal bagi para konsumennya. Beberapa hal tersebut antara lain adalah belum diterapkannya teknologi informasi yang tepat, perencanaan tingkat inventori yang belum tepat, defisiensi dalam proses produksi, dan SCM yang belum terintegrasi. Dari hal-hal yang telah disebutkan diatas maka penulis dapat mengusulkan beberapa hal sebagai solusi dari masalah yang ada. Solusi-solusi yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan penerapan teknologi informasi yang sebaiknya dimulai dalarn waktu yang dekat sebagai tindakan pencegahan untuk menanggulangi peningkatan perrnintaan yang kemungkinan akan terjadi. 2. Peningkatan efisiensi proses produksi dengan perencanaan yang lebih diperhitungkan dengan lebih seksama dan proses desain cetakan yang lebih akurat sehingga mengurangi delay dalam produksi. 3. Perencanaan tingkat inventori dengan manual reorder point method sehingga diharapkan tidak akan terjadi lagi kekurangan bahan bake di tengah-tengah proses produksi yang akan menambah biaya lembur maupun sub kontrak. 4. SCM yang terintegrasi akan terwujud pada unit bisnis P3 apabila ada komunikasi yang lebih mendalam antara unit bisnis P3 baik dengan para suppliernya maupun dengan para konsumennya.
Between 1997 and 1998, Indonesia and some other countries in the Asian region had a monetary crisis which was caused by the due date of their foreign debt. This had caused Indonesian economic condition to be at great disaster and eventually many companies had to declare it bankrupt. In the year 2005, domestic companies again were shocked by government decision to increase the price of electricity and fuel and gas. This had caused the inflation rate in Indonesia became uncontrollable and rose to 18%. PT. Wijaya Karya Intrade as one of the manufacturer companies that depends to their customers, especially the automotive producer, also hit by this economical unstability. Price rise of fuel and gas and the increased inflation rate had caused the decrease of peoples need for automobiles and that caused PT. Wijaya Karya Intrade as one of the companies that manufacture spare parts for automotive had difficulties and had to work under inefficient condition. To deal with this condition, PT. Wijaya Karya Intrade tries to level up the performance of every section in the supply chain framework. This final paper try to analyze how far PT. Wijaya Karya Intrade, especially business unit PPP, have did that can increase the quality and value of their product. After the analysis process, the writer has found several things that have to be fixed in order to business unit PPP can give maximum outcome for their customers. That several things are the right information technology has not been implemented yet, imperfection in inventory level planning, deficiency in production process, and non-integrated SCM. After the analysis had been done, the writer has come up with several solutions to help business unit PPP to deal with their problems. The solutions are: 1. The development of the information technology which better to start immediately as a precaution act to deal with the increasing demand that going to happen in the short term. 2. Efficiency enhancement of the production process with extra caution planning and careful design process so it can decrease delay in production. 3. Inventory level planning with the use of manual reorder point method so that material emptiness will no longer happen in the middle of the production process that can increase the cost for subcontract and overtime. 4. Integrated SCM will be accomplished as long as business unit PPP can build an inner communication bridge between themselves with suppliers and customers.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18504
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Tri Tjiptadi
Abstrak :
Seleksi OEM adalah metode pemilihan yang unik, kombinasi dari pemilihan lokasi dan pemilihan pemasok. Penelitian ini bertujuan untuk mencari lokasi pabrik obat tradisional di Indonesia menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan menentukan perusahaan Original Equipment Manufacturer (OEM) dengan menggunakan metode Analytic Network Process (ANP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memiliki bobot tertinggi dalam menentukan lokasi obat tradisional adalah ketersediaan bahan baku, akses transportasi dan biaya tenaga kerja sedangkan faktor biaya , kualitas dan kapabilitas merupakan faktor dengan bobot tertinggi. Kombinasi dari faktor-faktor ini menunjukkan bahwa lokasi pabrik terbaik untuk pengembangan obat tradisional adalah provinsi Jawa Tengah dan perusahaan OEM obat tradisional terbaik adalah PT AM, Karanganyar. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan kepada perusahaan obat tradisional di Indonesia mengenai pentingnya menentukan lokasi pabrik dan perusahaan OEM untuk membangun strategi kompetitif dalam menghadapi persaingan dari pesaing.
OEM selection is a unique selection method, a combination of site selection and supplier selection. This study aims to find the location of traditional medicines factory in Indonesia using the Analytic Hierarchy Process (AHP) method and determine the Original Equipment Manufacturer (OEM) traditional medicines company using the Analytic Network Process (ANP) method. The results showed that the factors that had the highest weight in determining the location of traditional medicines factory were the availability of raw materials, transportation access and labor costs while the cost, quality and capability factors were the highest weighting factors. The combination of these factors shows that the best factory location for the development of traditional medicine is the province of Central Java and the best OEM traditional medicine company is PT AM, Karanganyar. This research is useful to provide insight to traditional medicines companies in Indonesia about the importance of determining factory locations and OEM companies to develop competitive strategies in the face of competition from competitors.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renta Robasa
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang analisis hubungan antara kapabilitas fungsional dan strategi manufaktur pada perusahaan produsen komponen mobil. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapabilitas fungsional General Administration, Production/Operation, Engineering and R&D, Marketing, Finance, Personnel/Human Resource, dan Public and Governmental Relation. Sedangkan variabel dependennya adalah strategi manufaktur, yang terdiri dari empat variabel, yaitu Strategi Flexibility, Delivery, Quality, dan Cost. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Observasi dilakukan dengan menyebarkan kuesioner ke 32 perusahaan produsen komponen mobil di Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapabilitas fungsional yang signifikan berpengaruh terhadap strategi flexibility adalah Production/Operations, Finance, dan Public and Government Relation, kapabilitas fungsional yang signifikan berpengaruh terhadap strategi delivery adalah production/operations, kapabilitas fungsional yang signifikan berpengaruh terhadap strategi quality adalah Production/Operations, Engineering and R&D, dan Human Resources, dan kapabilitas fungsional yang signifikan berpengaruh terhadap strategi cost adalah General Administration, Production/Operations, Engineering and R&D, dan Marketing.
This research is about relationship analysis of functional capabilities and manufacturing strategy in automobile parts manufacturer. The independent variables in this research are functional capabilities of General Administration, Production/Operation, Engineering and R&D, Marketing, Finance, Personnel/Human Resource, and Public & Governmental Relation. The dependent variable in this research is manufacturing strategy which consists of four types variables, which are Flexibility, Delivery, Quality, and Cost. This research uses multiple regression analysis as the statistical and analysis method. The observation is conducted by deploying the questionnaire to 32 automobile parts manufacturers in Jabodetabek. The result of this research shows that Flexibility Strategy is significantly influenced by functional capabilities of Production/Operations, Finance, and Public and Government Relations, Delivery Strategy is significantly influenced by functional capabilities of Production/Operation, Quality Strategy is significantly influenced by functional capabilities of Production/Operations, Engineering and R&D, and Human Resource, and Cost Strategy is significantly influenced by functional capabilities of General Administration, Production/Operations, Engineering and R&D, and Marketing.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51708
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shanty Novriaty
Abstrak :
Sejalan dengan berkembangnya sektor industri di banyak negara sedang berkembang pada dekade 30 tahun terakhir, perkembangan industri di Indonesia pada kurun waktu tersebut pun mengalami peningkatan yang mengesankan. Kontribusi industri terutama industri manufaktur dalam kenaikan GDP dan GNP Indonesia juga meningkat dengan pesatnya. Akan tetapi peningkatan GDP dan GNP tersebut sebenamya tidaklah akurat untuk mengukur pembangunan Indonesia. Hal ini disebabkan GDP dan GNP mengesampingkan biaya-biaya eksternal yang harus ditangung oleh masyarakat, serta kerusakan lingkungan, deplesi sumberdaya alam dan kualitas kesehatan masyarakat. Kondisi ini tentu saja menimbulkan masalah, karena kerusakan yang terjadi telah menempatkan lingkungan dalam kondisi yang sangat kritis. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Meadow dan kawan-kawan, kondisi bumi akan hancur sebelum tahun 2100 karena kerusakan yang ada telah melampaui ambang batas kemampuan bumi untuk menanggungnya. Solusi berupa deindustrialisasi yang dikemukakan oleh beberapa pakar sebenarnya mengandung risiko yang sama besarnya dengan melanjutkan pembangunan itu sendiri. Oleh sebab itu, industrialisasi bagi sebagian kalangan masih tetap dibutuhkan. Namun, untuk mengatasi masalah lingkungan tersebut, upaya yang harus dilakukan adalah melakukan pembangunan dalam hal ini industrialisasi dengan cara-cara yang lebih baik sehingga memperkecil bila tidak dapat meniadakan dampak buruknya terhadap lingkungan. Biaya-biaya eksternal tidak dapat lagi dibiarkan menjadi tanggungan masyarakat Dunia usaha harus mengambil tanggung jawab untuk memperhatikan masalah lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatannya. Akan tetapi, mengingat selama ini perusahaan dijalankan dengan cara "business as usual', maka cukup banyak pendapat yang meragukan akan adanya keinginan perusahaan untuk menerapkan konsep tanggung jawab lingkungan dunia usaha ini. Di lain pihak tidak kalah banyak juga yang percaya bahwa perusahaan mau menjalankan tanggung jawab ini. Hal ini disebabkan pelaksanaan tanggung jawab lingkungan pada akhirnya bukan hanya memberikan manfaat pada lingkungan serta masyarakat, tetapi juga bagi perusahaan itu sendiri. Bentuk-bentuk pelaksanaan produksi yang lebih bersih (Cleaner Production) bermuara pada pengurangan biaya-biaya produksi (eco-effidency) sehingga memberi nilai tambah pada bisnis mereka. Oleh sebab itu cukup banyak industri yang kini mengedepankan kepedulian pada lingkungan. Upaya ini tidak serta merta mendapat sambutan yang positif. Cukup banyak kalangan yang menganggp bahwa hal itu hanya sebagal "greenwash" dan semata-mata dilakukan untuk public relations dan bahkan disinformasi citra perusahaan. Perusahaan-perusahaan Multi dan Trans Nasional adalah yang paling mendapat kecaman mengenai hal ini karena dianggap telah memainkan praktek standar ganda di negara-negara berkembang. Ada perbedaan kepedulian lingkungan antara perusahaan yang berada di negara asalnya dengan cabang pabrik yang ada di negara berkembang. Berdasarkan permasalahan inilah penelitian ini dibuat yaitu dengan tujuan penelitian pertama menggambarkan bentuk penerapan tanggung jawab lingkungan salah satu perusahaan Trans Nasional di Indonesia dan kedua menggambarkan kesamaan dan perbedaan antara apa yang telah dilakukan oleh perusahaan induk dengan apa yang diterapkan di Indonesia. Hipotesis kerja penelitian ini adalah pertama, dalam skala tertentu, ada bentuk tanggung jawab lingkungan yang diberikan oleh perusahaan trans nasional. Kedua, ada cukup banyak kesamaan antara apa yang dilakukan oleh perusahaan induk dengan cabang yang ada di Indonesia. Untuk memahami bentuk penerapan tanggung jawab ini, peneliti melihatnya dari perundang-undangan yang ada di bidang lingkungan. Kepatuhan terhadap perundang-undangan merupakan hal yang paling mendasar dari bentuk tanggung jawab lingkungan dunia usaha. Lebih lanjut lagi, apabila kepatuhan telah dilakukan, maka upaya lain yang dilakukan adalah melaksanakan cara-cara berproduksi yang lebih bersih (Cleaner Production) dan membuat suatu manajemen lingkungan. Salah satu teori yang mempunyai pengaruh besar di dalam cara pandang hubungan antara industri dan lingkungan adalah teori Ecological Modernization. Teori inilah yang menjelaskan bahwa sebenamya adanya industri tidak selalu harus bertentangan dengan lingkungan. Industri dapat sejalan dengan lingkungannya melalui perbaikan di bidang teknologi sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan cara-cara yang lebih baik. Dalam perkembangannya, teori ini juga menekankan pada transformasi manajerial dan institusional. Pada akhirnya, berdasarkan semua landasan tersebut, maka bentuk penerapan tanggung jawab dunia usaha dapat dilihat. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitan Case Study dan dengan menggunakan metode pengumpulan data pengamatan, wawancara mendalam, penggunaan dokumen dan visual image untuk dianalisis. Sebagai Studi Kasus diambil PT. RBI yaitu suatu industri perbekalan kesehatan rumah tangga yang berlokasi di Kawasan Industri Jababeka. Dari pembahasan hasil temuan diperoleh bahwa PT. RBI telah melakukan tanggung jawab yang berkaitan dengan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang mengatur pengolahan limbah, karena perusahaan ini berada di kawasan industri yang mempunyai kebijakan cukup ketat di dalam pengolahan limbah cair yang dihasilkan oleh industri yang ada di dalamnya. Lebih jauh lagi, sebagai bagian dari kebijakan perusahaan induk, maka perusahaan ini telah pula menjalankan deaner production dalam tingkatan tertentu. Namun, berbeda dengan perusahaan induk, PT. RBI belum memiliki kebijakan lingkungan serta sasaran dan target lingkungan. Dari apa yang dihasilkan dalam temuan dan pembahasannya maka dapat disimpulkan bahwa memang benar, PT. RBI telah menjalankan tanggung jawab lingkungannya, terutama yang berkaitan dengan pengolahan limbah cairnya. Selain itu hipotesis kedua ternyata terdapat sedikit perbedaan antara apa yang telah dijalankan oleh perusahaan induk dengan apa yang dilaksanakan PT.RBI. Akan tetapi, perbedaan ini tidak sampai pada perusakan lingkungan, karena hal prinsip berupa perhatian pada efek negatif proses produksi tetap menjadi fokus utama PT. RBI. Dengan melihat bagaimana perusahaan trans nasional ini beroperasi, maka tampaknya apa yang dikemukakan oleh teori ecological modernization bahwa industri dapat berjalan bersama dengan lingkungan memang cukup relevan. Perubahan-perubahan cara berproduksi yang dilakukan oleh perusahaan induk (yang diterapkan pula oleh PT. RBI) memperlihatkan bahwa pada perbaikan teknologi dan manajerial memang mampu mendorong kearah pengurangan dampak negatif proses produksi terhadap lingkungan. Mengenai trasformasi institusional, saat ini memang pemerintah telah membuat instrumen insentif dan disinsentif untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan (Program PROPER). Akan tetapi berbeda dengan apa yang dikemukakan dalam teori ini, salah satu tujuan dan sasarannya adalah justru meningkatkan penaatan terhadap regulasi yang ada. Hal ini merupakan sesuatu yang harus dilakukan, mengingat kondisi di Indonesia masih sangat membutuhkannya. Dengan demikian, pengurangan command and control dan peran tradisional negara seperti yang ditawarkan teori ini belum saatnya untuk diiakukan. E. Daftar Kepustakaan : 50 (1982-2003) In line with the growth of the industrial sector in many developing nations in the last three decades, the industrial sector in Indonesia in the period showed an impressive growth. Contribution of the sector, especially manufacturing industries, to the national GDP and GNP also showed a significant increase. However, the increasing GDP and GNP were not accurate measurements of Indonesian development. GDP and GNP calculations put no regard to the external costs that must be borne by the public, and environmental damage, depletion of resources and lower quality of public health. This condition certainly causes serious problems, since the existing damage has resulted in a critical condition of the environment According to Meadow et al., the earth will be inhabitable before 2140, because the damages did has surpassed the ability of the earth to sustain. Proposed solutions such as reindustrialization have similar risks compared to continuing development itself. For many, industrialization seems to be the only possible alternative. Thus, in order to solve environmental problems, development attempts, especially industrialization, must be done in a better way to eliminate - at least minimize - negative impacts towards the environment. External costs must not be borne by the public. The business sector must assume the responsibility to solve environmental problems caused by its actions However, as most businesses are currently being operated `business as usual,' many are at least distrustful of the commitment of the businesses to apply the concept of corporate environmental responsibility. On the other hand, many believe that businesses will be responsible, as implementation of environmental responsibility will not only benefits the environment and the public, but also the business itself. Cleaner production will result in lower production costs {eco-efficiency), giving value to their products. Thus, many businesses now begin to pay attention to environmental issues. However, these attempts are not immediately responded positively. Many regarded that these attempts are merely "green wash," public relations moves or even disinformation regarding the image of the company. Multi-and trans-national companies are the ones with the harshest criticism, since they are regarded to use double standards in developing countries. There are differences between the practices of environmental responsibility of multinationals and transnational in their home countries and in the developing countries. This study is based on this problem. The study intends to describe the implementation of environmental responsibility in a trans-national corporation operating in Indonesia, and also to describe similarities and differences of the implementation of environmental responsibility between the holding company and the Indonesian operation. The working hypotheses of the study are: first, in a certain scale, trans-national companies have some kind of environmental responsibility. Second, there are similarities between the holding company and the Indonesian operation. In order to understand the implementation of environmental responsibility, the researcher will analyze the issue with the framework of environmental legislations. Observance to legislations is the most basic responsibility among the environmental responsibilities. Other responsibilities include cleaner production methods and a sort of environmental management. An influential theory regarding the relations of industry and the environment is the ecological modernization theory. The theory explains that industries are not always polar opposites of the environment. The industries can compatible with the environment through technological advances allowing better production methods. In its development, the theory also gives attention to managerial and institutional transformation. In the end, those are indicators with which implementation of environmental responsibility can be measured. The research was performed with the case study method, and data is collected with observations, in-depth interviews, document study and visual imaging. The case study was performed to FT. RBI, a manufacturer of household cleaning and health product located in the Jababeka industrial estate - Cikarang. The analysis found that PT. RBI has fulfilled its responsibilities regarding observance of legislations regulating disposal of waste, as the company is located in an industrial estate with tight regulations regarding liquid waste water disposal of the industries located within the area. Furthermore, as part of the holding company's policy, the company has also applied cleaner production in a certain scale. However, unlike the holding company, PT RBI has yet to have an environmental policy and environmental goals and targets. Thus, a conclusion can be deduced from the results of the study and the analysis, that PT. RBI has fulfilled their environmental responsibility, especially related to the disposal of liquid waste. The second working hypothesis was also found correct, as there are differences in the application of environmental responsibility of the holding company and in PT RBI. However, the difference was not significant, i.e. the Indonesian company's actions resulting in environmental damage. In principle, PT. RBI still focuses on the negative effects of the production process. With regard to the case study of the operations of a trans-national corporation, it seems that what is proposed by the ecological modernization theory remains relevant, that is industries can compatible with the environment. Changes in production methods in the holding company {which is also applied by PT. RBI} show that technological and managerial advances are indeed capable of reducing negative effects of the production processes towards the environment. In regard to institutional transformation, the government has created incentive and disincentive instruments to improve corporate performance in environmental management (PROPER program). However, unlike what the theory proposes, the intention is to increase the effectively of existing regulations. This is necessary since the condition in Indonesia still requires regulations. Thus, reduction of command and control and the traditional roles of the state are not yet possible. E. Number of Reference: 50 (1982-2003)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11375
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Musyaffa Muhammad Naufal Erlangga
Abstrak :

Penggunaan Model Supply Chain Operation Reference (SCOR) banyak diterapkan perusahaan untuk mengukur kondisi rantai pasoknya. Penelitian ini dilakukan pada PT.X yang bergerak di bidang industri obat herbal. Metode yang digunakan dalam penelitian kinerja rantai pasok ini adalah metode SCOR sebagai kerangka utama penelitian dan Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai metode pendukung untuk memberikan bobot penilaian pada indikator SCOR. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kinerja rantai pasok perusahaan serta memberikan usulan rekomendasi strategi perbaikan jika ditemukan indikator yang berkinerja kurang baik. Terdapat 28 indikator kinerja tervalidasi yang akan diukur dalam model. Dari hasil pengukuran kinerja yang dilakukan pada rantai pasok proses produksi PT. X tahun 2022, nilai rata-rata kinerja rantai pasok perusahaan adalah sebesar 67,85% yang menunjukkan kinerja rantai pasok perusahaan termasuk ke dalam kategori rata-rata berdasarkan sisem Traffic Light Monitoring. Kinerja setiap indikator dipetakan ke dalam diagram IPA untuk mengetahui indikator mana yang memiliki Performance yang belum baik namun memiliki Importance yang tinggi sehingga perlu untuk diperbaiki atau ditingkatkan. Berdasarkan diagram IPA terdapat enam indikator dari rantai pasok proses produksi perusahaan yang harus ditingkatkan. Setelah dilakukan analisis lebih lanjut, penelitili mengusulkan rekomendasi strategi untuk meningkatkan kinerja indikator tersebut. ......Many companies use the Supply Chain Operation Reference (SCOR) model to measure the condition of their supply chain. This research was conducted at PT.X which is specialized in herbal medicine industry. The method used in this supply chain performance research is the SCOR method as the main research framework and the Analytical Hierarchy Process (AHP) as a supporting method to give scoring weight to the SCOR indikator. The purpose of this study was to determine the condition of the company's supply chain performance and to provide recommendations for improvement strategies if indikators were found to be underperforming. There are 28 validated performance indikators that will be measured in the model. From the results of performance measurements carried out in the production process supply chain of PT. X in 2022, the average value of the company's supply chain performance is 67.85% which shows that the company's supply chain performance is included in the average category based on the Traffic Light Monitoring system. The performance of each indikator is mapped onto the IPA diagram to find out which indikators have poor performance but have high importance so they need to be repaired or increased. Based on the IPA diagram, there are six indikators of the company's production process supply chain that must be improved. After further analysis, the researcher proposes recommendations on strategies to improve the performance of these indicators.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Susetyo
Abstrak :
PT. EDS Manufacturing Indonesia adalah sebuah perusahaan pembuat wiring harness bagi kendaraan beroda empat. Untuk mengatur sistem penyediaan material dari gudang ke produksi digunakanlah Part Issuing List (PIL) atau perintah yang berupa daftar material yang harus disediakan per hari kerja untuk setiap tempat tujuan di produksi. PIL dihasilkan oleh program aplikasi Ordering Entry System (OES) yang merupakan sistem pengadaan material on-line milik Yazaki Corporation (pemegang saham terbesar PT. EDS Manufacturing Indonesia). Untuk menyediakan material dari gudang ke produksi, OES sebagai program yang berkonsepkan MRP, menggunakan rencana produksi sebagai dasar perintah tersebut. Masalah yang timbul akibat mengeluarkan material sesuai rencana adalah apabila kondisi produksi tidak sesuai rencana, baik terlambat maupun lebih cepat. Material akan bertumpuk di area transit bila produksi terlambat, atau material yang dibutuhkan belum tersedia bila produksi lebih cepat dari rencana. Untuk mengatasi hal tersebut digunakanlah konsep Just in Time (JIT), melalui penggunaan kanban sebagai alat penanda kebutuhan material. Selain penerapan kanban, digunakan juga konsep Electronic Data Interchange (EDI) untuk memudahkan proses administrasi pencatatan kanban dengan menggunakan barcode. Berdasar alasan tersebut maka sistem kanban yang digunakan disebut kanban elektronik. Setelah penerapan sistem kanban elektronik untuk penyediaan material dari gudang ke produksi, kinerja sebelum dengan sesudah penerapan akan dibandingkan, baik menggunakan perbandingan sederhana maupun statistik.
PT. EDS Manufacturing Indonesia is an automotive wiring harness manufacturer. Part Issuing List (PIL) is used to supply material from warehouse to shop floor. PIL is issued every working day by Ordering Entry System (OES), which an on-line material supply system is owned by Yazaki Corporation (the biggest share holder of PT. EDS Manufacturing Indonesia). In order to supply material from warehouse to shop floor, OES as an MRP concept based application program, uses production planning as a calculation base. Problem is arise because of actual production achievement can be different from planned, If there was a delay then material will be consume a lot of space in transit area, on the contrary, when there was an ahead schedule then materials needed were not supplied yet. In order to solve this problem, Just in Time (JIT) is used, By employing kanban as a signal tool what, where, and when material is needed. Besides of kanban, Electronic Data Interchange (EDT) concept is used, to ease administration process of kanban recording, by using barcode. Therefore the new system is called electronic kanban (e-kanban). After implementing the system, performance before and after implantation will be compared, by using simple comparison and statistic.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T7546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victoria Gaby Sabatini
Abstrak :
Laporan ini membahas tentang prosedur audit untuk siklus pendapatan PT. VIS yang dilakukan oleh PwC, untuk kemudian dilaporkan pada Audit Grup di Spanyol. PT. VIS bergerak dibidang jual-beli dan produksi barang keperluan rumah-tangga, menggunakan IFRS sebagai dasar untuk pelaporan laporan keuangan untuk audit grup. Penerapan pengendalian internal perusahaan dan proses penjualan PT. VIS akan dibahas dan digunakan dalam proses audit di PT. VIS. Berdasarkan proses audit yang dilakukan, ditemukan beberapa temuan audit, dan disimpulkan bahwa tidak ada salah saji yang material dan informasi keuangan sudah disiapkan berdasarkan IFRS. ...... This report discusses the audit procedure for revenue cycle in PT. VIS which was performed by PwC, in order to be reported to Group Auditor in Spain. PT. VIS runs business in trading and manufacturer of home appliances product, using IFRS for group reporting. The implementation of firms internal control and the process of sales of PT. VIS will be discussed and used to perform audit procedure in PT. VIS. Based on the performed audit procedure, there are some findings, and auditor concluded that there is no material misstatement and financial information has been prepared as based on IFRS.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>