Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyuningsih Djaali
Abstrak :
Pendahuluan: Hiperglikemia yang merupakan kondisi terjadinya peningkatan kadar gula darah melebihi normal adalah salah satu tanda khas dari penyakit diabetes melitus. Terapi fannakologi ohat antihiperglikemia mempunyai beberapa efek samping jangka panjang antara lain, peningkatan berat hadan, hipoglikemia, gangguan saluran pencemaan, dan edema Akupunktur yang merupakan modalitas terapi non-farmakologi dapat bermanfaat dalam menurunkan hiperglikemia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas akupunktur dalam memperbaiki gambaran histologi pankreas dan menurunkan kadar gula darah model tikus diabetes tipe 2. Metode: Desain studi ini adalah studi eksperimental dengan randomised control group pretest and posltesi. Delapan belas tikus Sprague-Dawley jantan, usia 8 sId 10 minggu dengan berat badan 200-250 gram dibagi menjadi 3 ke1ompok yaitu: kelompok tikus normal, kelompok tikus diabetes dan kelompok tikus akupunktur. Dilakukan induksi STZ 50 mglkgBB untuk menjadikan tikus diabetes. Perlakuan akupunktur manual dilakukan 3 kali seminggu dengan total 6 sesi tempi. Dilakukan pengukuran kadar GDP pada sebelum, sete1ah 3 sesi dan setelah 6 sesi akupunktur, dan pemeriksaan gambaran histologi pankreas berdasarkan kepadatan se1 dan persentase luas pulau Langerhans. Basil: Rerata kepadatan sel pulau Langerhans kelompok tikus diabetes Iebih rendah secara bennakna dibandingkan dengan kelompok tikus nonnal (p=O,005) dan kelompok tikus akupunktur (p=O,OOl). Rerata persentase luas pulau Langerhans kelompok tikus normal lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tikus diabetes (p=O,021) dan kelompok tikus akupunktur (P=0,132). Rerata kadar GDP kelompok akupunktur lebih rendah secara bennakna dibandingkan kelompok diabetes (p=O,046). Kesimpulan: Akupunktur dapat memperbaiki gambaran histologi pankreas yang dinilai melalui kepadatan se1 dan persentase luas pulau Langerhans, dan menurukan kadar gula darah tikus diabetes. ......Introduction: Hyperglycemia, which is a condition of elevated blood sugar levels is olle of the typical signs qf diabetes mellitus. Pharmacological therapy of antihyperglycemic drugs has several long-term side effects, including weight gain, hypoglycemia, gastrointestinal disorders, and edema. Acupuncture, which is a non-phannacological therapeutic modality, can be useful in reducing hyperglycemia. The purpose of this study was to determine the efectiveness of acupuncture in improving the histology of the pancreas and reducing blood sugar levels in type 2 diabetes rat model. Methods: This study was a randomized control experimental study wilh pretest and posttest design. Eighteen male Sprague-Dawley rats, aged 8 to 10 weeks with a body weight of 200-250 grams were divided into 3 groups: normal group, diabetic group and acupuncture group. Streptozotocin induction was performed at a dose of 50 mglkg to make diabetic rats. Manual acupuncture treatment was performed 3 times a week for a total of 6 sessions. FBG levels were measured before, after 3 sessions and after 6 sessions of acupuncture, and examination of the pancreatic histology based Oil cell density and percentage area of Langerhans islets. Results: The mean cell density of Langerhans islets of diabetic group was significantly lower than normal group (p=0.005) and lower than acupuncture group (p=O.OOJ). The mean percentage area of Langerhans islets in the normal group was higher than diabetic group (p=0.02J) and higher than acupunchlre group (p=0./32). The mean FBG level in the acupuncture group was significantly lower than diabetic group (p=0.046). Conclusion: Acupuncture call improve the pancreatic histology findings, which were determined by cell density and percentage area of Langerhans islets, alld reduce blood sugar levels in diabetic rats.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T57650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis
Abstrak :
Kanker kepala dan leher merupakan kanker yang menggambarkan berbagai tumor ganas yang berasal dari saluran aerodigestif atas, yang meliputi kanker pada mata, telinga, rongga hidung, sinus paranasal, nasofaring, orofaring, hipofaring, laring, kelenjar saliva, dan kelenjar tiroid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi akupunktur manual terhadap kadar MDA dan skor NAS dibandingkan dengan akupunktur manual sham pada penderita kanker kepala dan leher pasca terapi radiasi. Uji klinis acak tersamar tunggal dengan kontrol dilakukan terhadap 30 pasien kanker kepala dan leher yang dibagi secara acak menjadi kelompok akupunktur manual n=15 dan kelompok akupunktur manual sham n=15. Pemeriksaan kadar MDA dilakukan sebelum perlakuan dan setelah sesi ke-12. Penilaian skor NAS dilakukan pada saat sebelum perlakuan, setelah sesi ke-6, dan setelah sesi ke-12. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok akupunktur manual dengan kelompok akupunktur manual sham terhadap penurunan kadar MDA sebelum dan sesudah perlakuan p=0,787. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok manual dengan akupunktur manual sham terhadap penurunan skor NAS sebelum dan sesudah perlakuan yang diukur pada sesi ke-6 p=0,001 dan sesi ke-12 p=0,003. Kesimpulan penelitian ini terapi akupunktur manual efektif untuk menurunkan skor NAS, namun kurang efektif untuk menurunkan kadar MDA pada penderita kanker kepala dan leher pasca terapi radiasi.
Head and neck cancer encompasses a wide range of malignant tumours arising from the upper aerodigestive tract, includes eyes, ears, nasal cavities, paranasal sinuses, nasopharynx, oropharynx, hypopharynx, larynx, salivary glands, and thyroid gland. This study aims to determine the effect of manual acupuncture therapy on MDA levels and NAS scores compared with manual sham acupuncture in patients with head and neck cancer post radiation therapy. Single blinded randomized clinical trials with control were performed on 30 head and neck cancer patients divided randomly into manual acupuncture groups n = 15 and the sham manual acupuncture group n = 15. The examination of MDA levels is performed before treatment and after the 12th session. Assessment of NAS scores is performed before the treatment, after the 6th session, and after the 12th session. The result showed no significant difference between manual acupuncture group and sham manual acupuncture group to decrease MDA level before and after treatment p = 0,787. There was a significant difference between manual group and sham manual acupuncture on NAS score decrease before and after treatment measured at 6th session p = 0,001 and 12th session p = 0,003. The conclusion: manual acupuncture therapy effectively decrease NAS scores, but statistically less effective to reduce levels of MDA in patients with head and neck cancer after radiotherapy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library