Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maulana Rosyady
Abstrak :
Indonesia yang beriklim tropis merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi A. lumbricoides. Infeksi A. lumbricoides biasanya bersifat asimtomatik, namun dapat menimbulkan gejala seperti sakit perut, mual, diare, dan gangguan pernapasan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan manifestasi klinis askariasis dan hubungannya dengan karakteristik anak di Panti Asuhan Jakarta Timur. Pada penelitian ini digunakan desain penelitian cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 Juni 2012 melalui pengisian kuesioner berisi lima pertanyaan mengenai manifestasi klinis askariasis. Kuesioner diberikan kepada 153 siswa; 64 laki-laki dan 89 perempuan. Sebanyak 90 orang berada di jenjang pendidikan SD, 58 orang SMP, dan 15 SMA. Siswa yang berpengetahuan baik sebanyak 14 orang, cukup 47 orang, dan kurang 92 orang. Berdasarkan uji chi-square tingkat pengetahuan manifestasi klinis askariasis tidak berbeda bermakna (p>0,05) dengan jenis kelamin, usia, dan pengalaman cacingan, namun berbeda bermakna (p<0,05) pada tingkat pendidikan. Disimpulkan tingkat pengetahuan anak panti asuhan umumnya tergolong kurang dan tidak berhubungan dengan jenis kelamin, usia dan pengalaman cacingan namun berhubungan dengan tingkat pendidikan. Berdasarkan hal tersebut tingkat pengetahuan perlu ditingkatkan dengan memberikan penyuluhan kepada semua anak dengan memperhatikan tingkat pendidikan tetapi tidak memperhatikan jenis kelamin, usia dan riwayat cacingan.
Indonesia as tropical country is a good place for the growth of A. lumbricoides. Infection of A. lumbricoides usually asymptomatic, but it can manifest symptomps such as abdominal pain, nausea, diarrhea an respiratory disorder. This study was conducted to determine the knowledge of ascariasis clinical manifestations and its relation to the characteristics of children in the orphanage in East Jakarta. This study design used cross-sectional. Data collection was done on June 10, 2012 through a questionnaire containing five questions abaout the ascariasis clinical manifestations. The questionnaire was given to 153 students, 64 men an 89 women. A total of 90 people were ini elementary school education, 58 junior high an 15 senior high school. Students who are well knowledgeable as many as 14 people, middle 47 people, and less 92 people. Based on chi-square test of the level of knowledge of askariasis clinical manifestations was not significant (p>0,05) by sex, age and history of helminth infection, but significantly different (p<0,05) in the level of education. It concluded the knowledge of orphanage is generally classified as less an not associated with gender, agen and history of helminth infection but related to the educational level. Based on this study, levels of knowledge need to be increased by giving counseling to all children with pay attention to the education level but did not pay attention to gender, age and history of helminth infection.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulla Sadra
Jakarta: Sadra International Institute, 2011
297.57 MUL m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarah
Abstrak :
Diperkirakan 300 juta orang setiap tahunnya terinfeksi oleh S. scabiei. Tingginya prevalensi skabies terutama di pesantren disebabkan santri tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang skabies yaitu siklus hidup, gejala, penularan, pengobatan, dan pencegahannya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan mengenai manifestasi klinis skabies pada santri di Pesantren X Jakarta Selatan sebelum dan sesudah penyuluhan. Penelitian menggunakan desain penelitian eksperimental dengan metode pre-post study. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 9 Mei 2013 terhadap 100 orang santri yang diminta untuk mengisi kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan. Kuesioner berisi lima pertanyaan mengenai manifestasi klinis infeksi skabies. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebelum penyuluhan santri yang mempunyai tingkat pengetahuan baik adalah 6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 42% berpengetahuan sedang, dan 52% berpengetahuan kurang. Hanya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan usia. Setelah penyuluhan, sebanyak 77% memiliki tingkat pengetahuan baik, 9% berpengetahuan sedang, dan 14% berpengetahuan kurang, perubahan ini sangat signifikan (p<0,05). Disimpulkan bahwa penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan santri mengenai manifestasi klinis skabies. ......About 300 million people infected by S. scabiei.. Founded high prevalence of scabies, especially in boarding schools because students do not have sufficient knowledge about the life cycle of scabies, symptoms, transmission, treatment, and prevention. The purpose of this study was to determine the level of knowledge about the clinical manifestations of scabies at X boarding school students in South Jakarta before and after counseling. Research using experimental research design with pre-post study method. Data collection was conducted in Jakarta on May 9, 2013 to 100 students who were asked to fill out questionnaires before and after counseling. The questionnaire contained five questions regarding the treatment of scabies infection. Results of this study showed that prior to counseling students who have a good knowledge level is 6% of respondents, 42% were knowledgeable moderate, and 52% less knowledgeable. Only there is a relationship between knowledge level and age. After counseling, 77% had a good level of knowledge, knowledgeable moderate 9%, and 14% less knowledgeable, this change was highly significant (p <0,05). Concluded that counseling is effective in improving students knowledge about the clinical manifestations of scabies
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 3 (3-4) 2002
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sumarmi Pramudjo
Abstrak :
Latar Belakang Penelitian


Glomerulonefritis akut telah dikenal sejak laporan Bright pada tahun 1827, namun gambaran klinis penyakit ini secara lengkap baru diketahui pada dua puluh tahun terakhir. Dilatasi jantung pada GNA dilaporkan oleh Goodhart pada tahun 1879, sejak itu timbul perhatian terhadap manifestasi kardiovaskular pada GNA (Ash dkk., 1944).

Komplikasi kardiovaskular sering ditemukan secara klinis pada pasien GNA pada anak (Rudolph, 1978). Keadaan ini kadang-kadang merupakan manifestasi yang paling mencolok dan merupakan penyebab kematian (Gore dan Saphir, 1948; Rudolph, 1978).

Rudolph (1978) mengemukakan patofisiologi penyakit ginjal yang mempengaruhi sistem kardiovaskular yaitu retensi air dan natrium, hipertensi arterisistemik, anemia, gangguan ekskresi elektrolit, dan uremia. Pada seorang pasien sering ditemukan lebih dari satu gangguan ini.

Gagal jantung kongestif dapat terjadi pada GNA, namun pada umumnya bukan disebabkan oleh kegagalan miokard, melainkan oleh beban hemodinamik yang berlebihan (De Fasio dkk., 1959; Fleisher dkk., 1966; Rudolph, 1978; Oesman, 1986). Kegagalan miokard dapat terjadi sekunder akibat hipertensi dan gangguan elektrolit yang berat yang mungkin juga diperberat oleh anemia. Pada sebagian besar pasien GNA, apa yang disebut gagal jantung merupakan akibat bendungan vena yang terjadi lebih banyak disebabkan oleh retensi air dan garam daripada oleh tidak adekuatnya penampilan miokard (Rudolph, 1978).

Beberapa penulis telah melakukan penelitian tentang manifestasi kardiovaskular pada GNA, tetapi hanya menyoroti salah satu aspek saja, misalnya Eisenberg (1955) meneliti volume darah pada GNA, Holzel dan Fawcitt (1960) serta Kirkpatrick dan Fleisher (1964) menulis tentang gambaran foto toraks pasien GNA, Ash dkk. (1944) dan Basir Palu dkk. (1986) meneliti tentang perubahan elektrokardiografi, sedangkan Vardi dkk. (1979) dan Tan (1981) melakukan penelitian ekokardiografi pada pasien GNA.

Permasalahan

Komplikasi kardiovaskular pada GNA disebabkan oleh kelainan hemodinamik. Sampai seberapa jauh keterlibatan miokard pada GNA, dan apakah pemberian obat inotropik positif masih diperlukan pada pengobatan gagal jantung kongestif pada GNA ?

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T58513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deshinta Putri Mulya
Abstrak :
[ABSTRAK
Latar Belakang : Pada penderita Systemic Lupus Erythematosus (SLE) terdapat defek pada sel T regulator baik dalam hal jumlah maupun fungsi sel T regulator. Pemberian probiotik dalam hal ini pemberian Lactabacillus reuteri diharapkan mampu menstimulasi timbulnya respon imun yang bersifat imunoregulator dengan cara meningkatkan jumlah sel T regulator dan menurunkan produksi IL6. Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian probiotik terhadap toleransi sistem imun penderita SLE melalui perubahan kadar T regulator (CD4+CD25+Foxp3+) dan IL 6. Metode :30 subjek pasien SLE dengan manifestasi ringan yang datang ke poliklinik Alergi Imunologi RSCM, diberikan probiotik Lactobacillus reuteri (15 orang) dan placebo (15 orang) selama 8 minggu. CD4+CD25+FoxP3+ dan IL 6 diperiksa sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan flowcytometri dan pemeriksaan ELISA. Hasil : Pemberian Lactobacillus reuteri selama 8 minggu meningkatkan kadarCD4+CD25+FoxP3+secara bermakna (1,38+ 8,36% VS 3,71+3,17% ; P=0,007 ; CI =-3,91 ? -0,74) . Terdapat penurunan kadar IL 6 setelah perlakuan, baik pada kelompok yang diberikan Lactobacillus reuteri (4,76+5,75 pg/ml VS 3,7 +3,36 pg/ml ; P=0,25 ; CI -0,83- 2,9) maupun pada kelompok placebo ( 2,6+2,02 pg/ml VS 2,07+2,39 ; P= 0,35 ; CI = -0,57 ? 1,52). Namun begitu, pada akhir penelitian perubahan tersebut tidak menimbulkan perbedaan bermakna kadar CD4+CD25+FoxP3+dan IL 6antara kedua kelompok. Kesimpulan :Terjadi peningkatan bermakna kadar CD4+CD25+FoxP3+ pada kelompok yang diberikan probiotik Lactobacillus reuteri selama 8 minggu.
ABSTRACT
Backgroud : In patients with Systemic Lupus Erythematosus (SLE) there are abnormality on T lymphocytes, including the existence of a defect in the regulatory T cells both in terms of number and function. Giving probiotic, in this case Lactabacillus reuteri administration, is expected to stimulate the immune response to be more tolerance by increasing the number of regulatory T cells and decreasing the IL6 production. Aim : To know the effect of probiotic (Lactobacillus reuteri ) on the immune system of patients with SLE through changes in the levels of regulatory T cells (CD4+CD25+ Foxp3+) and IL 6 Method :Thirty ofSLE patients with mild manifestations, who came to Allergy and Immunology Clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital, were given the probiotic Lactobacillus reuteri (15 people) and placebo (15 people) for 8 weeks. CD4+ CD25 + FoxP3+ and IL 6 were examined before and after exposure using flowcytometri and ELISA. We then analyzed the levels of CD4 + CD25 + FoxP3 + and IL6 before and after exposure. Result : Administration of Lactobacillus reuteri for 8 weeks brought statistically significant improvement on CD4+ CD25 + FoxP3 +level (1,38+ 8.36% + 3.17% vs. 3.71; P = 0.007; CI = -3.91 - -0.74). There were decreased level of IL 6 in Lactobacillus reuteri group (4.76 + 5.75 pg / ml VS3,71 + 3.36 pg / ml; P = 0.25; CI - 0,83- 2, 9) and the placebo group (2.6 + 2.02 pg / ml vs. 2.07 + 2.39; P = 0.35; CI = - 0.57 - 1.5). However,at the end of study, those changes didn?t make statistically significant difference of CD4+CD25+FoxP3+ and IL 6 level between two group. Conclusion : A significant increase of the levels of CD4 + CD25 + FoxP3 + were found after 8 weeks Lactobacillus reuteri administration, Backgroud : In patients with Systemic Lupus Erythematosus (SLE) there are abnormality on T lymphocytes, including the existence of a defect in the regulatory T cells both in terms of number and function. Giving probiotic, in this case Lactabacillus reuteri administration, is expected to stimulate the immune response to be more tolerance by increasing the number of regulatory T cells and decreasing the IL6 production. Aim : To know the effect of probiotic (Lactobacillus reuteri ) on the immune system of patients with SLE through changes in the levels of regulatory T cells (CD4+CD25+ Foxp3+) and IL 6 Method :Thirty ofSLE patients with mild manifestations, who came to Allergy and Immunology Clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital, were given the probiotic Lactobacillus reuteri (15 people) and placebo (15 people) for 8 weeks. CD4+ CD25 + FoxP3+ and IL 6 were examined before and after exposure using flowcytometri and ELISA. We then analyzed the levels of CD4 + CD25 + FoxP3 + and IL6 before and after exposure. Result : Administration of Lactobacillus reuteri for 8 weeks brought statistically significant improvement on CD4+ CD25 + FoxP3 +level (1,38+ 8.36% + 3.17% vs. 3.71; P = 0.007; CI = -3.91 - -0.74). There were decreased level of IL 6 in Lactobacillus reuteri group (4.76 + 5.75 pg / ml VS3,71 + 3.36 pg / ml; P = 0.25; CI - 0,83- 2, 9) and the placebo group (2.6 + 2.02 pg / ml vs. 2.07 + 2.39; P = 0.35; CI = - 0.57 - 1.5). However,at the end of study, those changes didn’t make statistically significant difference of CD4+CD25+FoxP3+ and IL 6 level between two group. Conclusion : A significant increase of the levels of CD4 + CD25 + FoxP3 + were found after 8 weeks Lactobacillus reuteri administration]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Habi Rubyah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan wilayah potensi geothermal yang terdapat pada area prospek geotermal Tawau, Sabah, Malaysia. Perkiraan wilayah potensi didapatkan dengan melakukan analisis pada karakteristik-karakteritik fisik pada permukaan bumi seperti anomali temperatur permukaan, anomali vegetasi dan struktur geologi dan komposisi kimia fluida manifestasi geotermal. Karakteristik fisik permukaan tersebut didapatkan melalui pengolahan data penginderaan jauh dan geologi serta geokimia dari manifestasi geotermal yang terdapat pada area prospek geotermal Tawau. Data geofisika area prospek geotermal digunakan untuk memperkuat hasil analisis dari perkiraan wilayah potensi sebelumnya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34150
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Aulia Luqman
Abstrak :
Manifestasi Kawah Ratu Terletak di Pegunungan Halimun-Salak yang merupakan terletak di antara Banten dan Jawa Barat. Pada tahap awal eksplorasi panas bumi, survei aspek geologi dan geokimia. Survei geologi meliputi aspek geomorfologi dan litologi daerah penelitian. Survei geokimia untuk mengetahui karakteristik fluida pada manifestasi dan mencari penyebab terjadinya manifestasi di daerah tersebut. Pembuatan pemodelan panas bumi merupakan salah satu pendekatan awal pada eksplorasi panas bumi. Pemodelan panas bumi dibuat dengan korelasi data geologi, geokimia, dan geofisika. Data geologi di dapatkan dengan melakukan pemetaan dan studio dengan analisis citra DEM. Pengambilan ata geokimia dilakukan dengan sampling fluida panas bumi. Data geokimia berupa analisis kation anion, isotop, gas chromatography, dan gas titration. Data geofisika didapatkan dari studi literature pada daerah penelitian. Kawah Ratu didominasi dengan batuan vulkanik seperti breksi andesit, scoria, dan tuff yang sudah teralterasi. Kawah Ratu memiliki karakteristik fluida sulfat dengan tingginya kandungan SO4. Fluida pada manifestasi kawah ratu berasal dari air hujan atau meteoric water. Dari karakteristik geologi dan geokimia pada Kawah Ratu masuk ke dalam kelompok geothermal play convection dominated tipe CV– 1. Hasil akhir dari penelitian ini berupa model konseptual model Lapangan Panas Bumi Kawah Ratu. ......Kawah Ratu Manifestation Located in the Halimun-Salak Mountains which are located between Banten and West Java. In the early stages of geothermal exploration, survey of geological and geochemical aspects. The geological survey covers the geomorphological and lithological aspects of the research area. Geochemical survey to see the fluid response to manifestations and to find out the causes of manifestations in the area. Geothermal modeling is one of the earliest approaches to geothermal exploration. Geothermal modeling is carried out by displaying geological, geochemical and geophysical data. Geological data were obtained by mapping and studio using DEM image analysis. Geochemical sampling is carried out by taking geothermal fluid samples. Geochemical data are in the form of analysis of cation anions, isotopes, gas chromatography, and gas titrations. Geophysical data were obtained from literature studies in the research area. Kawah Ratu is dominated by volcanic rocks such as altered andesite, scoria, and breccia tuff. Kawah Ratu contains sulfuric liquid containing SO4. The liquid in the form of the queen's crater comes from rainwater or meteor water. From the influence and geochemistry of Kawah Ratu, it is included in the geothermal convection game group which is dominated by the CV– 1 type. The final result of this study is a conceptual geological model of the Kawah Ratu Geothermal Field
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurina Alhayu
Abstrak :
Latar belakang: Meningkatnya jumlah pengguna narkoba di Indonesia, dapat meningkatkan jumlah kasus HIV/AIDS melalui tindakan berisiko. Pengetahuan tentang pencegahan HIV/AIDS dapat menurunkan risiko transmisi penyakit tersebut. Terdapat MOinfeksi HIV/AIDS yang dapat menurunkan kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Pengetahuan tentang MO HIV/AIDS dapat meningkatkan kewaspadaan individu terkait infeksi tersebut. Belum diketahui data pengetahuan pencegahan dan MO HIV/AIDS pada klien Badan Narkotika Nasional (BNN), Lido, Jawa Barat. Tujuan: Mengetahui pengetahuan, sikap, tindakan pencegahan HIV/AIDS dan manifestasi oralnya, pada klien yang berada di BNN, Lido, Jawa Barat serta kaitannya dengan sosiodemografi, lama pakai narkoba dan lama di rehabilitasi. Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik potong lintang menggunakan kuesioner yang telah diadaptasi lintas budaya pada klien BNN, Lido, Jawa Barat. Hasil: Terdapat 133 responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan masuk dalam kriteria inklusi. Hampir seluruh responden mengetahui HIV/AIDS dan penggunaan kondom dapat mengurangi risiko penularan HIV/AIDS, termasuk pengguna jarum suntik, namun beberapa faktor risiko lain belum dapat dijawab dengan benar. Hanya 50% responden beranggapan tidak berisiko menularkan HIV/AIDS karena setia pada pasangan. Sebesar 63,2% responden tahu jika jamur di mulut merupakan MO HIV/AIDS dan 48% menilai bau mulut merupakan gangguan yang dapat dialami oleh ODHA. Hanya sedikit responden yang mengetahui MO EC-Clearinghouse dan yang paling sering dijawab adalah kandidiasis dan keilitis angularis. Selanjutnya pendidikan memiliki hubungan dengan pengetahuan pencegahan HIV/AIDS, lama direhabilitasi memiliki hubungan dengan sikap risiko HIV/AIDS, pekerjaan memiliki hubungan dengan pengetahuan MO HIV/AIDS, serta pengetahuan HIV/AIDS memiliki hubungan dengan sikap tentang HIV/AIDS dan MO HIV/AIDS. Kesimpulan: Telah didapatkannya data mengenai karakteristik umum, pengetahuan, sikap, tindakan pencegahan HIV/AIDS serta manifestasi oralnya pada pengguna narkoba. Masih diperlukan edukasi mengenai pencegahan HIV/AIDS serta pengetahuan mengenai MO HIV/AIDS pada klien BNN, Lido, Jawa Barat. ......Background: The increasing number of drug users in Indonesia, can also increase the number of HIV/AIDS cases through risky behaviors. Good knowledge about the prevention of HIV/AIDS can reduce the risk of transmission. The presence of oral manifestations (OM) of HIV/AIDS infection can reduce the quality of life of people living with HIV/AIDS (PLWHA). Knowledge of MO HIV/AIDS can increase awareness regarding the transmission. There was no known data regarding HIV/AIDS and its OM on clients at National Narcotics Agency Rehabilitation Centre (BNN), Lido, West Java. Objective: To know the knowledge, attitudes, and practices for HIV/AIDS and its OM, among drug users at BNN, Lido, West Java and its relation with sociodemography, duration of drug use and length of rehabilitation. Methods: This study was a cross￾sectional analytic descriptive using a cross-culturally adapted questionnaire that consist of 31 questions. The questionnaire was distributed to the clients at Lido, BNN, West Java. Results: One hundred thirty-three respondents who were willing to participate in the study and matched with the inclusion criteria. Almost all respondents had heard about HIV/AIDS and knew that the use of condoms could reduce the risk of HIV/AIDS transmission, including injecting needle users, but they could not answer several other risk factors. Only 50% of the respondents think they were not at risk of transmitting HIV/AIDS because they were loyal to their partners. As many as 63.2% of respondents knew that yeast in the mouth was one of the OM of HIV/AIDS and 48% rate that bad breath was a disorder that could be experienced by PLWHA. Only a few respondents knew about OM EC-Clearinghouse and the most frequently answered OM were candidiasis and angular cheilitis. Furthermore, level of education had an association with knowledge of HIV/AIDS prevention, length of rehabilitation had an association with HIV/AIDS risk attitudes, work status had an association with knowledge of OM of HIV/AIDS, and knowledge of HIV/AIDS had an association with OM of HIV/AIDS and HIV/AIDS’s attitudes. Conclusion: This study provided data about general characteristics, knowledge, attitudes, and practices prevention of HIV/AIDS and its OM among drug users. Education about HIV/AIDS prevention and knowledge about OM HIV/AIDS is still needed at clients of BNN, Lido, West Java.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The study was conducted to the people living in the radius of 500-1000 meter in tidal area of conservation area of mangrove forest....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>