Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Rissa Amanda
Abstrak :
Quarter life crisis merupakan fenomena krisis emosional di usia dewasa awal akibat dari belum terselesaikannya tugas perkembangan pada usia tersebut. Ada ketidakpuasaan terhadap yang mengalaminya, karena merasa tidak sebaik lingkungan sebayanya. Oleh karena itu, penelitian ini membahas mengenai bagaimana manajemen makna terkoordinasi individu dengan quarter life crisis dalam keluarga. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan strategi analisis studi kasus. Penelitian ini dilakukan terhadap individu usia 20-30 tahun yang masih tinggal serumah dengan orang tuanya (keluarga inti). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus individu yang mengalami quarter life crisis dalam keluarga di Indonesia semakin kompleks akibat dari adanya faktor gender, tuntutan sosial dari orang tua dan lingkungan, serta budaya Indonesia yang masih konservatif dan kental dengan unsur agama. Terutama individu perempuan yang rentan mengalami tekanan karena tuntutan sosial tersebut. Mereka sulit mengekspresikan dirinya karena ruang gerak terbatas akan norma dan nilai yang ada. Selain itu, kurangnya kemampuan individu untuk mengomunikasikan hal ini terhadap orang tuanya sebagai support system, membuat mereka cenderung menghindari konflik dan hanya berpasrah pada Tuhan dan menggunakan agama sebagai alat untuk menenangkan diri dari tekanan tersebut.
......Quarter life crisis is a phenomenon of emotional crisis in early adulthood as a result of unfinished developmental tasks at that age. There is dissatisfaction with those who experience it, because they feel they are not as good as their peers. Therefore, this study discusses how someone with a quarter life crisis in the family doing coordinated meaning management. The research method used qualitative research with case study analysis strategy. This research was conducted on individuals aged between 20-30 years old who still live at home with their parents (nuclear family). The results of the study show that cases of individuals experiencing quarter life crisis in families in Indonesia are more complex as a result of gender factors, social demands from parents and the environment, and Indonesian culture which is still conservative and have a strong religious aspect. Especially women who are more vulnerable experiencing pressure because of these social demands. They find it difficult to express themselves because the space for movement is limited by existing norms and values. In addition, the lack of ability to communicate this thing to their parents as a support system, makes them tend to avoid conflict and only surrender to God and use religion as a tool to calm themselves from this pressure.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Azizah Nurul Izzah
Abstrak :
Menyebarnya konten beauty trends pada media sosial menyebabkan terbentuknya standar kecantikan baru yang dapat membahayakan kesehatan mereka yang mengikuti tren tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi bagaimana perempuan memandang beauty trends dan beauty standards. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis bagaimana konten beauty trends di media sosial dapat memengaruhi kesehatan penggunanya, baik secara fisik maupun mental. Eyelash extension, fillers, dan cat rambut digunakan sebagai contoh beauty trends pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Wawancara mendalam dilakukan kepada tiga perempuan terpilih yang memiliki ketertarikan di bidang kecantikan dan aktif di media sosial. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 4 hingga 7 Mei 2021. Teori Manajemen Makna Terkoordinasi dan Teori Media Ekologi digunakan sebagai acuan untuk menganalisis pendapat partisipan mengenai beauty standards dan pengalaman pribadi mereka dalam mencoba beauty trends yang ada di Indonesia. Penelitian ini menunjukkan bahwa partisipan berpendapat beauty standards merupakan tolak ukur kecantikan yang dibentuk oleh masyarakat. Mereka juga percaya bahwa beauty standards dapat memengaruhi kesehatan fisik maupun mental pengikutnya. Setelah mencoba salah satu beauty trend, mereka merasakan dampak rambut menjadi lebih kering. Selain itu, mereka juga merasa kurang percaya diri dengan penampilan mereka.
......The spreading of beauty trend content on social media that create new beauty standards can cause harm to its consumer. This study aimed to investigate how women see beauty trends and beauty standards. In addition, this study also analyzes how beauty trends content on social media can affect the health of its users, both physically and mentally. This study uses eyelash extensions, fillers, and hair dye as examples of beauty trends. This study uses qualitative research methods. The author conducted the interviews between the 4th and 7th of May 2021. Communication Management of Meaning Theory (CMM) and Media Ecology Theory are used to analyze the participants’ opinions regarding beauty standards and their personal experiences in trying out beauty trends that exist in Indonesia. This study shows that the participants think of beauty standards as a beauty benchmark created by society. They also believe that beauty standards can affect the physical and mental health of one who follows the trends. After trying out one of the beauty trends, they feel their hair is drier. Besides that, they also feel less confident with their appearance.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library