Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astrid Pahleviana Paramitha
Abstrak :
Masyarakat dirasa sulit untuk menghindari bepergian ke mal karena telah menjadi bagian dari gaya hidup. Tak heran bila industri mal tumbuh subur dari tahun ke tahun. Agar tetap bertahan dalam industri ini, pengelola mal berlomba lomba untuk mendatangkan pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk memahami faktor apa yang menjadi pengaruh terhadap loyalitas. Variabel independen yang diujikan adalah mall awareness dan mall image. Mall image mempunyai 6 dimensi yaitu convenience, overall environment, general appearance, employees behavior, perceived product quality, and self congruity. Dependen variabel yang diujikan adalah mall loyalty. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebar 100 kuesioner. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mall awareness, convenience, overall environment dan self congruity mempengaruhi mall loyalty. Dengan demikian maka 3 demensi lainnya yaitu perceived product quality, employees behavior and general appearance tidak berpengaruh terhadap mall loyalty. ......Visiting mall has become a part of indonesian lifestyle. This business grows rapidly year by year. Thus, mall operators has to attract customers to their mall in order to make the mall exist. This research?s goal is try to understand the antecedents of mall loyalty. The independent variables tested are mall awareness and mall image while the dependent variable is mall loyalty. Mall image has 6 dimensions. Those are: convenience, overall environment, general appearance, employees behavior, perceived product quality, and self congruity. This research is using quantitative approach. 100 Questionaires were collected. As a result mall awareness affects mall loyalty while half of six dimensions from mall image, which is convenience, overall environment and self congruity also affecting mall loyalty. Thus the other half : perceived product quality, employees behavior and general appearance are not affecting mall loyalty.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Naiborhu, Melissa B.V.
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel Citra Mal terhadap variabel mall attitude, mall patronage dan word of mouth communication. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif melalui survei responden untuk pengumpulan data. Responden pada penelitian ini merupakan pengunjung Mal Kelapa Gading. Pengumpulan data dianalisis dengan menggunakan structural equation model dengan perangkat lunak LISREL 8.5. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa citra mal berpengaruh positif signifikan terhadap mall attitude, mall patronage dan word of mouth communication. Penelitian ini membuktikan citra mal memengaruhi positif signifikan terhadap mall attitude sebesar 94%, mall patronage sebesar 41% dan word of mouth communication sebesar 81%.
This study aimed to investigate the impact of mall image to mall attitude, mall patronage and word of mouth communication. The respondents were Mal Kelapa Gading shopper. The type of research used was the quantitative study and the data collected by survey. Data analysis method used were structural equation modelling with LISREL 8.5 software. The result of this research indicated that there were impacts of mall image measure significantly predict three endogenous variables. Mall image has a significantly positive influence on mall attitude, mall patronage and word of mouth communication. Taken together, these results suggest that mall image is an important predictor of mall attitude explaining at average about 94%, mall patronage about 41% and word of mouth communication about 81%. This research was expected for retail companies to fully understand the importance of mall image in competitive positioning and the components of store image.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Totok Soediyarto
Abstrak :
Tesis ini mengkaji masalah pelaksanaan pengamanan Mall Pondok lndah oleh satuan pengamanan (Satpam), yang merupakan studi kasus Community Policing di Mall Pondok lndah Jakarta Selatan. Kajian datam tesis ini tetah berhasit mengangkat 4 (empat) hal pokok dari pelaksanaan pengamanan Mall Pondok ofeh Satpam. Pertama : prinsip falsafah dan strategi Community Policing yang dilakukan oleh aparat Kepolisian bersama-sama tokoh masyarakat yang dalam hal ini manajer/pimpinan Mall Pondok lndah merupakan kerjasama cara baru dan kebebasan berfikir yang kreattf dalam mendukung proses pelaksanaan tugas Polisi dengan membentuk Satuan Pengaman (Satpam) untuk memecahkan masalah kejahatan dan mencari penyelesaian masalah serta menangani kepentingan yang mungkin terjadi dl lingkungan Mall Pondok lndah. Kedua : prinsip pembentukan Polisi Tipe Baru yaitu Community Policing Officer (CPO) I agen pemolisian masyarakat (Polri} yang pelaksanaan tugasnya bersifat sambang (menyambangi) dan pembinaan teknis bila dipertukan datam petaksanaan tugas Satpam yang bersifat koordinatif tanpa mengganggu kemandirian dan kebebasan Satpam dalam pelaksanaan pengamanan di Mall Pondok lndah. Karena sifat tugasnya sebagai pembina Satpam. Ketiga : Prinsip memperkenalkan hubungan baru antara aparat Kepolisian dengan masyarakat dalam Community Policing/pemolisian masyarakat, karena telah lahir I diperkenalkan kesepakatan baru antara aparat Kepolisian dengan masyarakat yang semula masyarakat apatis dan aparat Kepolisian selalu curiga menjadi saling percaya dalam wujud keberadaan Satpam, dimana masyarakat (dalam hal ini menejer Mall Pondok lndah) dengan Satpamnya dapat menangani sendiri atau mengatur sendiri dilingkungan kawasan kerjanya. Sekalipun dalam hal-hal terjadi kasus yang bersifat ringan langsung ditangani sendiri dan dalam hal-hal tejadinya kasus pidana yang biasa dan yang berat disalurkan ke aparat Kepolisian namun tidak mengurangi arti kepercayaan sama sekali kepada Satpam, bahkan turut membantu penyelesaiannya secara bertanggung jawab. Keempat: prinsip mencoba menyeimbangkan ketrampilan dan inovasi teknologi yang dimiliki, namun tetap percaya bahwa tidak ada yang lebih baik dari pada upaya manusia yang mengabdi dengan masyarakat dan bekerja sama dalam menanggulangi permasalahan masyarakat. Dalam hal ini nampak sewaktuwaktu kegiatan Satpam disertakan dalam tugas Kepolisian dan sebaliknya pihak aparat Kepolisian sering diminta bantuannya oleh Mall Pondok lndah dalam pelaksanaan pengamanan yang dilakukan oleh Satpam dalam rangka mendukung kepentingan yang diperlukan sewaktu-waktu. Adanya keempat prinsip dalam Community Policing/pemolisian masyarakat yang terwujud dalam kegiatan-kegiatan pelaksanaan pengamanan Mall Pondok lndah oleh Satpam maka tujuan penelitian telah dilaksanakan, dan bahwa ; benar kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Satpam dalam pelaksanaan pengamanan di Mall Pondok lndah adalah merupakan model operasional pemolisian masyarakat (Community Policing) yang paling cocok untuk pelaksanaan pengamanan di Mall Pondok lndah, seperti yang disajikan oleh Trojanowicz dan Buequeroux pada prinsip 1 ,3,5 dan 8 (1990 a: xiii, xiv, xv) dalam bukunya "Community Policing A Contemporary Perspective".
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Evasari
Abstrak :
Tujuan utama dari makalah ini adalah untuk mengetahui kesenjangan dalam literatur penelitian loyalitas toko dengan memeriksa hubungan antara loyalitas toko dan loyalitas mall Skripsi ini juga meneliti efek dari nilai yang dirasakan di toko dan hubungan komitmen toko terhadap loyalitas toko lalu dilihat pengaruhnya pada loyalitas toko Studi ini menunjukkan bahwa loyalitas terhadap toko mempengaruhi loyalitas mall Loyalitas ini dimoderasi oleh jarak oleh jarak geografis antara konsumen dan pusat perbelanjaan Selanjutnya penelitian ini menemukan bahwa adanya efek moderasi pada hubungan antara nilai yang dirasakan di toko dengan loyalitas toko dan pada hubungan komitmen dengan loyalitas toko Sedangkan pada jarak jauh hanya hubungan komitmen yang mempengaruhi loyalitas toko Untuk loyalitas toko pada loyalitas mall berpengaruh pada jarak dekat maupun jauh namun memang jarak jauh lebih memiliki kontribusi pada loyalitas toko Wawasan yang disediakan oleh penelitian ini menjelaskan tentang pemahaman dari hubungan antara nilai yang dirasakan konsumen pada toko hubungan komitmen loyalitas toko jarak pelanggan dari mall dan loyalitas mall. ......The key purpose of this paper is to find out in the research literature investigating the relationship between store loyalty and shopping mall loyalty The paper also examines the effects of perceived store value and store relationship commitment on store loyalty and see the impact on store loyalty The study shows that store loyalty to the mall Loyalty is moderated by the geographic distance between the consumer and the shopping mall Further the study that presence of moderating effects on relationship between perceived value of store with store loyalty and relationship commitment with store loyalty While in long distance only relationship commitment that affect store loyalty For the store loyalty to mall loyalty effect at short distance and long distance Therefore store loyalty contributes to mall loyalty in the context of long distance than short distance The insights provided by this study describes the understanding of the relationship between perceived value stores and relationship commitment with loyalty store distance and the mall loyalty
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45596
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Mitra Triyanti
Abstrak :
Dalam menghadapi lingkungan persaingan yang begitu ketal, para pengelola mal harus senantiasa fokus dalam upaya untuk mempertahankan loyalitas dari pengunjungnya. Untuk mempertahankan loyalitas pengunjung, manajemen mal harus benar-benar memahami bagaimana perilaku dari pengunjung malnya yang terkait dengan bagaimana persepsi mereka terhadap mal yang dikunjungi, Penelitian lni berusaha menjelaskan suatu konsep model dari proses psikologis mengenai persepsi pengunjung mal terhadap value dari suatu mal (shopper-based mall equity) dalam membentuk loyalitasnya terhadap mal tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mall image terhadap self-congruity, mengetahui pengaruh mall awareness terhadap commitment to the mall, mengetahui pengaruh seljf-congruity terhadap commitment to the mall dan mengetahui pengaruh antara commitment to the mall terhadap mall loyalty. Penelitian ini dilakukan terhadap 180 orang responden yang merupakan bagian dati populasi pengunjung Pondok lndah Mall (PIM) melalui teknik sampling non probability sampling melalui convenience sampling. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh antara dimensi-dimensi mall image meliputi mall environment, product quality, dan service quality terhadap shopper's self congruity. Sementara itu satu dimensi mall image, yaitu mall convenience tidak berpengaruh terhadap shopper's self congruity. Selain itu dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa mall awareness tidak berpengaruh terhadap commitment to the mall. Sementara itu variabel self-conguity memiliki pengaruh yang positif terhadap commitment to the mall. Dan terakhir diketahui pula bahwa commitment to the mall berpengaruh positifterhadap mall loyalty. Facing the very tight competition, mall's management should focus in pursuing and enhancing the shopper's loyalty through the mall in order to maintain the mall loyalty, mall's management should understand the behavior of their shopper which relate to their perceiptions about tbe mall. This research has trying to explain the conceptual model of the psychological process by which shopper based mall equity generates mall loyalty. The objective of this research are to find out the influence of man image to self-congruity. the influence of mall awareness to commitment to the mall, the influence of self-congruity to commitment to the mall, and the influence of commitment to the mall to mall loyalty. This research has been done to ISO respondents which are the part of the population of Pondok lndah Mall (PIM)'s shoppers that have been choosen by non probability sampling method through the convenience sampling. The result of this research are the dimension of mall image which include mall environment, product quality and service quality was influence the shopper's self congruity. Meanwhile, one dimension of mall image which is, mail convenience has no effect in generating shopper's self congruity. Another result is mall awareness has no effect to commitment to the mall. It also found that self-congruity has positive influence to commitment to the mall. And the last, its known that commitment to the mall has positive influence in generating mall loyalty.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T 27175
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Shabira Arrasya
Abstrak :
Kota Depok sebagai kota satelit dari Jakarta juga memiliki fenomena yang serupa dengan Jakarta. Salah satu kesamaan Kota Depok dan Jakarta adalah adanya pusat perbelanjaan berjenis mal (shopping mall). Mal yang berada di kota satelit memiliki masalah karena harus bersaing dengan mal di kota besarnya dalam menarik pembelanja agar menjadi pelanggan setia dari mal tersebut. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara memberikan aspek hiburan atau rekreasi. Bioskop merupakan sarana hiburan yang signifikan untuk ditempatkan dalam mal. Di Kota Depok sendiri 50% dari mal yang ada, memiliki bioskop sebagai sarana hiburan. Penelitian ini menggunakan analisis mixed method untuk mengukur kuatnya daya tarik dari mal berbioskop. Penelitian ini juga menggunakan analisis spasial komparatif untuk membandingkan karakteristik site dan situation dari mal berbioskop di Kota Depok. Hasil dari penelitian ini adalah, berdasarkan dari site dan situation dari mal berbioskop di Kota Depok, Depok Town Square merupakan mal berbioskop dengan daya tarik terkuat. Ketika mal berbioskop memiliki daya tarik yang kuat maka jangkauan pelayanannya juga akan semakin besar. Pengunjung terbanyak datang dari rumah tinggal dan memilih mal berbioskop terdekat dari rumah mereka. Pengunjung terjauh berasal dari kantor, namun jumlahnya tidak banyak. Kuatnya daya tarik dari mal berbioskop tidak memengaruhi baik preferensi pengunjung ataupun banyaknya pengeluaran dari pengunjung, tetapi keberadaan bioskop memengaruhi durasi kunjung dalam sekali kunjungan. ......Depok as the satellite city of Jakarta has the same phenomenon that Jakarta has. That phenomenon is the availability of shopping malls in Depok. Shopping mall that located in a satellite city has a problem. The problem is the satellite city shopping mall has to compete with the nearest big city shopping malls in order to attract shoppers become loyal customers of the mall. One way to overcome the problem is by providing entertainment or recreational aspect. Cinema theater is one of entertainment retail that common to be placed in shopping mall. In Depok, 50% of the existing shopping malls own cinema theater as an entertainment facilities. This study is using mixed method analysis in order to understand the strength of shopping mall’s attractiveness. This study is also using comparative spatial analysis to compare site and situation each of shopping malls with cinema theater. The result of this study is, based on site and situation characteristics, Depok Town Square is the most attractive shopping mall that has cinema theater in Depok. When shopping mall has strong attractiveness, the shopping mall will have greater area of service. Shopper who came to the shopping mall mostly came from their house and pick the nearest mall to visit. The farthest shopper came from their office but this phenomenon is a minority. The strength of mall with cinema theater attractiveness doesn’t affect either the preference of shopper or the expense of shopper, but the existence of cinema theater in a mall is affecting the visiting duration of shopper.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurist Surayya Ulfa
Abstrak :
Tesis ini adalah tentang fenomena budaya nge-mall yang belakangan telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Jakarta. Mal, bagi warga Jakarta menjadi suatu arena yang memungkinkan orang-orang memaknai dan memahami realitas kehidupan sosial. Sebagaimana yang dinyatakan Jean Baudrillard, mal menjadi tempat akulturasi, konfrontasi dan pengujian kode-kode sosial serta penilaian sosial. Penelitian ini menganalisa arti penting mal dalam kehidupan sosial masyarakat Jakarta dan bagaimana masyarakat konsumen jakarta mempelajari kode-kode sosial—personalisasi diri, diferensiasi sosial dan cara bersosialisasi—melalui konsumsi tanda di mal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, bersifat kualitatif. Desain penelitian adalah studi kasus, yaitu mengangkat fenomena nge-mal pada masyarakat Jakarta, yang mana dianalisa dengan teknik illuslrative case study dengan teori konsumsi serta teori hipermarket dan hiperkomoditas dari Jean Baudrillard. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian posmodemisme. Dari penelitian ini, diketahui bahwa pola pikir masyarakat konsumen Jakarta dibentuk dan dirasionalisasi oleh konsumsi, sehingga kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kode-kode konsumsi. Pemahaman tentang identifikasi dan personalisasi diri serta klasifikasi dan stratifikasi sosial, merujuk pada tanda- tanda yang melekat pada barang konsumsi. Mal sebagai situs yang menampilkan beraneka barang konsumsi bersifat signifikan dalam konstruksi sosial masyarakat konsumen Jakarta. Mal menjadi tempat orang melihat dan mengamati objek dan tanda pada objek konsumsi, yang mana juga sekaligus tempat orang memaknai dan memahami kode-kode sosial. Barang-barang yang dipajang di etalase di mal menjadi media belajar bagi orang-orang yang melihatnya. Implikasi dari penelitian ini adalah kesadaran, bahwa mal sangat berperan dalam membentuk pola pikir masyarakat. Mal menguatkan rasionalitas konsumsi sehingga membuat orang semakin mengorientasikan hidupnya, menghabiskan waktunya untuk mengejar kebahagiaan materialis, yang mana target dan standarnya bisa ditemukan di berbagai barang konsumsi di mal. Mal mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat, yang mana semuanya berorientasi pada kebutuhan bernilai status sosial lebih tinggi. ......This thesis is about phenomenon of hanging out in mall that recently becoming part of Jakarta society lifestyle. For most of Jakarta people ma is an area that enables them to learn and comprehend the social life reality. As Jean Baudrillard States, mal is a place of acculturation, confrontation and social codes testing and social judgement This thesis analizes the significance of mal in Jakarta people social life and how they learn social codes—self personalization, social differentiation dan way to socialize—through signs consumption in malls. This thesis is a qualitative descriptive research The research desgn is case study, where the writer is tiying to explore the hanging out in mall habbit phenomenon of Jakarta people. It is analyzed by employing illustrative case study technique with the consumption and hypermarket theories of Jean Baudrillard. This research is meant to be a post modernism one. By this research, it is found out that the Jakarta consumer society mindset is fonned and rationalized by consumption, thus their social life are mostly affected by codes of consumption. The understanding about identification, self personalization, classification and social stratification are reffered to the signs embedded to consumed goods. Malls as sites that display various consumption goods bave great significance in the social construction of Jakarta consumer society. Mall is place where people find and examine objects of consumption. Thus it is becoming a place where people leam and understand the social codes. Goods at displays in mall etalase are truning into leaming media of those who stare at them This research implication is an understanding that mall is highly influencing in the construction of the society mindset. Mall strenghtens the consumption rationality thus encourage people to further orienting their life, spending their time chasing material happiness, which its target and standards can be found in various consumption goods in malls. The mall identifies the needs of society, where everything is oriented to higher social status.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T25750
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Lorenza
Abstrak :
Mal adalah tempat untuk berbelanja yang terdiri dari unit-unit toko yang mengapit dan menghadap ke sebuah koridor sirkulasi, dan diujung koridor tersebut terdapat toko besar yang disebut anchor. Mal juga berfungsi sebagai ruang publik karena memberikan tempat bagi orang untuk bersosialisasi dan berkumpul bersama orang lain, dalam lingkungan yang terkendali. Seperti bangunan-bangunan pada umumnya, mal juga mengalami proses penuaan yang mewajibkan pemilik untuk melakukan renovasi dan refurbishment, untuk menjaga mereka selalu terlihat baru dan menarik untuk dikunjungi. Karena persaingan yang ketat yang terjadi antara mal di kota, mal diharuskan untuk tetap beroperasi selama proses renovasi. Jika ditutup, yang ditakutkan adalah pengunjung akan menuju ke mal kompetitor dan merasa nyaman disana. Situasi ini dapat dihindari apabila tindakan renovasi dan refurbishment diantisipasi dalam proses desain awal suatu mal. ...... Mall is a place to shop, where shops are facing a single circulation area and at the ends of the circulation area stand a great store called anchor. Mall also functions as a public space, since it provides places for people to socialize and be with other people, in a controlled environment. As all buildings in general, mall is also experiencing the process of aging that necessitates the owner to refurbish and renovate them, to keep them always new and exciting to visit. Due to fierce competition between malls in a city, in order to maintain its customers, the mall is required to remain open during the renovation process. If it closes, it may loses the customers because they will be moving to the competitors and feel comfortable there. This situation can be avoided if in the design process, renovations and refurbishment are anticipated in the design of the mall.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Livia Serevina
Abstrak :
Masalah transportasi yang sering terjadi di kota-kota besar antara lain kemacetan lalu lintas, polusi suara dan udara, kecelakaan dan keterlambatan. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa di Kota Depok terdapat tingkat kemacetan yang tinggi di pusatnya aktivitas perdagangan dimana 6 dari 7 adalah pusat perbelanjaan. Di kota Depok sampai sekarang sudah ada 10 mall. Kemacetan di jalan raya di Kota Depok Lokasi Mall menunjukkan bahwa keberadaan Mall semakin meningkat generasi perjalanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial waktu perjalanan ke Mall dan penghalang sisi luar angkasa di jalur perjalanannya. Data yang digunakan meliputi waktu tempuh, pusat keramaian, persimpangan jalan, lama perjalanan, dan moda transportasi dari 148 responden pengunjung. Koleksi Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pengunjung mall pada sore hari. Hambatan ruang pada jalur perjalanan dapat dikategorikan sebagai deviasi dan pusat kerumunan, yang diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tempuh tidak ada hubungannya dengan lama perjalanan perjalanan. Perjalanan jauh tidak selalu membutuhkan waktu tempuh yang lama. Dan sebaliknya. Namun, sebagian besar responden bersedia butuh waktu lama untuk mencapai Mall dengan kelengkapan tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa responden memilih jalur perjalanan dengan hambatan ruang paling sedikit. Ini terjadi baik dalam perjalanan ituj auh dan dekat, dan juga selama waktu perjalanan yang cepat dan lama. ......Transportation problems that often occur in big cities include traffic jams, noise and air pollution, accidents and delays. Previous research has shown that in Depok City there is a high level of congestion at the center of trading activity, where 6 out of 7 are shopping centers. In the city of Depok, until now there are 10 malls. Congestion on the highway in Depok City The location of the Mall shows that the Mall's existence is increasing in the generation of trips. This study aims to determine the spatial pattern of travel time to the Mall and outer space side obstructions in its travel path. The data used include travel time, the center of the crowd, road junctions, travel times, and modes of transportation from 148 visitor respondents. Collection Data collection was carried out by conducting interviews with mall visitors in the afternoon. The space resistance on the travel path can be categorized as the deviation and crowd center, which is classified into several classes. The results showed that the travel time had nothing to do with the length of the trip. Long trips do not always require a long travel time. And vice versa. However, most respondents are willing to take a long time to reach the mall with high facilities. The conclusion of this study shows that the respondents chose the route of travel with the least space constraints. This occurs both on long and near journeys, and also during long and fast travel times.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novry Adityan
Abstrak :
Desain bangunan yang sudah tercipta seringkali masih mempunyai kekurangan-kekurangan untuk bisa ?memandu? manusia di dalam bangunan dan membutuhkan elemen-elemen lain seperti tanda-tanda (sign). Signage memiliki peran yang sengat penting dalam sirkulasi dan navigasi manusia di dalam bangunan, terutama dalam membentuk dan menjaga kenyamanan dan keamanan ketika manusia berkegiatan di dalamnya. Namun adanya signage juga terkait dengan efek visual/kualitas estetika yang ditimbulkannya dan oleh karena itu desain signage harus disesuaikan dengan karakteristik visual dan konteks ruang di sekitarnya. Oleh karena itu, signage yang identik dengan ilmu desain grafis, ternyata juga sangat berhubungan dengan ilmu arsitektur.

Apa saja yang harus diperhatikan ketika merencanakan signage, khususnya di bangunan publik yang sarat akan kegiatan komersil seperti mall? Pada kesempatan ini, penulis akan mencoba memaparkan secara umum hubungan signage dengan arsitektur beserta aplikasi sign dalam suatu bangunan publik, yaitu pada bangunan mall serta keterkaitannya dengan konteks di sekitarnya, melalui studi literatur, dan pengamatan. Secara khusus dibahas bagaimana menerapkan sign-sign untuk kepentingan publik (public sign) di antara sign-sign lain yang ada di dalam mall, agar bisa tetap ?menonjol? sehingga tetap dapat berfungsi dengan baik. Ruang lingkup yang dibahas antara lain mengenai desain signage secara fisik dan bagaimana ia berdiri di sebuah ruangan tiga dimensi yang berkaitan dengan fungsinya sebagai alat wayfinding, serta efek visual/estetika yang ditimbulkannya dalam ruang arsitektural di sekelilingnya.

Dalam bangunan publik seperti mall, Signage yang ditujukan untuk kepentingan publik juga berkompetisi secara visual dengan signage yang bertujuan untuk tujuan pribadi seperti tujuan komersil. Pentingnya public sign untuk kenyamanan pengunjung dan keberhasilan toko-toko di dalam mall, menjadi pertimbangan pihak pengelola mall dalam perencanaan public sign, sehingga signage tersebut dapat tetap bersaing di dalam mall dalam hal menarik perhatian manusia.
Building design that have been made often still have some minus to guide humans in the building and need enother element such as signs. Signage has a very important role for human?s circulation and navigation in a building, especially in order to create and to keep the comfortability and safety when humans have activities in it. However, the existence of signage also has a relationship with visual effect or aesthetic quality that appeared and because of that signage design has to adjust the visual characteristic and spasial context of the surroundings. So, signage that is identical with graphic design knowledge, in fact also have a great connection with architecture.

What else that should be noticed when we design signage, especially in public buildings that is filled by commercial activites like a mall? This time, the author will try to explain generally the connection between signage and architecture along with signnage aplication in public building such as mall and the relation with the surrounding context, through literature study and observation. Specially wil be explained how to apply signs for public importance (public sign) in the middle of another sign in the mall, in order to keep it ?stick out? so it still can function properly. Scope of the writings is about physicaly signage design and how it stands in a three dimensional space that has connection with its function as wayfinding tool, along with visual or aesthetic effect that is appeared by it in the surrounding architectural space.

In public buildings like malls, Signage that is created for public importance compete visually with signage that is created for private purpose such as commercial purpose. The importance of public sign for the visitors comfortability and the succes of stores in the mall, become one of the considerations for the organizer of the mall in designing the public sign, with the result that the signs could compete in the mall in case to atrract human?s attentions.
2008
S48452
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>