Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vickers, Adrian
Leiden: KITLV Press, 2005
899.2238 VIC j (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Adian, Author
Abstrak :
Penyakit tuberkulosis yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru akibat kuman bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menginfeksi paru juga dapat menginfeksi bagian lain dari tubuh pasien, salah satunya adalah jaringan tulang belakang, yang disebut dengan penyakit TB tulang belakang. Salah satu obat anti tuberkulosis adalah Isoniazid (INH), yang mempunyai tantangan terbesar pada kepatuhan pasien meminum obat selama terus-menerus dalam suatu waktu tertentu. Pada penelitian ini, digunakan tiga variasi berbeda untuk menentukan formulasi hidrogel bermuatan INH, yaitu persentase asam malat, loading INH, dan jumlah siklus freeze-thaw, dan perhitungan dilakukan dengan optimasi Response-Surface Methodology (RSM). Didapatkan hasil bahwa rilis INH dirilis maksimal dengan formulasi asam malat 10%, loading OAT sebanyak 5%, dan siklus freeze-thaw sebanyak 4 kali siklus. Formulasi rilis terkecil didapatkan dengan asam malat sebanyak 6%, loading OAT sebanyak 15%, dan siklus freeze-thaw sebanyak 2 kali siklus. Formulasi rilis maksimal dapat dicapai hingga 67%, dan formulasi rilis minimal dapat dicapai sebesar 46%. Variabel yang paling signifikan diantara variabel lainnya adalah loading INH didalam matriks hidrogel. Matriks ini diharapkan dapat menjadi solusi rilis berkelanjutan bioimplant untuk penyakit TB tulang belakang.
Tuberculosis, also known as TB, is a lung disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis bacteria that infected the lungs can also infect other parts of the patient's body, one of which is spinal tissue, which is called spondilitis tuberculosis. One of the anti-tuberculosis drugs is Isoniazid (INH), which has the biggest challenge to the patient's compliance with taking medication continuously for a certain time. In this study, three different variations were used to determine the hydrogel formulation containing INH, namely the percentage of malic acid, INH loading, and the number of freeze-thaw cycles, where the calculation was done by Response-Surface Methodology (RSM). The results showed that the release of INH was released to the maximum with the formulation of malic acid 10%, OAT loading by 5%, and the freeze-thaw cycle by 4 times. The smallest release formulation was obtained with 6% malic acid, 15% OAT loading, and the freeze-thaw cycle by 2 times. The maximum release formulation can be achieved up to 67%, and the minimum release formulation can be achieved at 46%. The most significant variable among other variables is INH loading in the hydrogel matrix. This matrix is hoped to be a sustainable bioimplant release solution for spinal TB disease.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arina Setyaningtyas
Abstrak :
Hiponatremia merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada anak yang mendapat terapi cairan hipotonik. Hiponatremia sering ditemui pada diare dengan dehidrasi. Saat ini standar terapi diare dengan dehidrasi masih menggunakan cairan hipotonik. Tujuan: Mengetahui perubahan kadar natrium darah dan standard base (SB) pasca rehidrasi menggunakan cairan standar atau cairan ringer asetat malat (RAM) Metode: Penelitian uji klinis acak terkontrol membandingkan 2 macam terapi yaitu cairan standar dan cairan RAM, dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Hasil: Didapatkan 21 subyek di kelompok cairan standar dan 19 subyek di kelompok RAM. Rerata kadar natrium serum dan SB awal di kelompok cairan standar 140.95 mmol/L dan -10.57 mmol/L, pada kelompok terapi RAM adalah 141.40 mmol/L dan -9.37 mmol/L. Nilai tersebut tidak menunjukan perbedaan bermakna antara 2 kelompok. Pasca rehidrasi didapatkan kadar natrium 138.31 mmol/L dengan SB 6.32 mmol/L pada kelompok cairan standar dan pada kelompok RAM 141.74 mmol/L dan -7.37 mmol/L. Perubahan rerata kadar natrium menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik, sedangkan perubahan SB tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Rerata penurunan kadar natrium pada kelompok terapi standar adalah 2.48 mmol/L dan kenaikan 0.37 mmol/L pada kelompok RAM. Simpulan Didapatkan perubahan kadar natrium darah dan SB pasca rehidrasi menggunakan 2 cairan berbeda.
Hyponatremia is a common complication in children receiving hypotonic fluid therapy. Hyponatremia is common in diarrhea with dehydration . The current standard treatment of diarrhea with dehydration still using hypotonic solutions. Objective: To determine changes in blood sodium levels and standard base (SB) after rehydration using standard solutions or Ringer's acetate malate solutions (RAM) Methods: The study was a randomized, controlled clinical trial comparing two kinds of therapy that is standard solutions and RAM solutions performed at Dr. Soetomo hospitals. Results: There were 21 subjects in standard group and 19 subjects in groups of RAM group. The mean initial sodium level and SB in standard treatment were 140.95 mmol /L and -10.57 mmol/L, in the RAM treatment group was 141.40 mmol /L and -9.37 mmol/L. These values did not show significant differences between the 2 groups. Post rehydration sodium level was 138.31 mmol/L with SB was -6.32 mmol/L in the standard treatment group and in the group of RAM 141.74 mmol/L and -7.37 mmol/L. Changes in the mean sodium levels showed statistically significant differences, whereas SB changes showed no significant difference. The mean decrease in sodium levels in the standard therapy group was 2.48 mmol/L and the mean increase 0.37 mmol/L in the group of RAM. Conclusions : There were changes in blood sodium levels and SB after rehydration using two different solutions.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Annisa Wardhani
Abstrak :
Nikel merupakan logam berharga dengan nilai jual dan pemanfaatan yang tinggi dalam berbagai bidang industri. Kebutuhan nikel diperkirakan terus meningkat setiap tahunnya sehingga berdampak pada ketersediaannya. Limbah katalis steam reforming (NiO/Al2O3) mengandung logam nikel sebesar 6% berat dapat menjadi sumber alternatif nikel yang ekonomis melalui metode leaching menggunakan asam DL-malat sebagai leaching agent dan H2O2 sebagai oxidizing agent. Proses decoking pada suhu 600 °C selama 5 jam dengan laju pemanasan 10 °C/menit dilakukan sebagai pre-treatment limbah katalis untuk menghilangkan kokas dan kotoran lainnya yang mengganggu proses leaching serta oksidasi sulfida logam yang membantu meningkatkan kemudahan pelarutan logam nikel. Senyawa H2O2 ditambahkan untuk mengoksidasi logam nikel menjadi bentuk mudah terlarut sehingga dapat meningkatkan efisiensi leaching. Proses leaching menggunakan asam DL-malat 2,5 M, H2O2 2% v/v, ukuran partikel limbah 150 mesh, rasio S/L 20 g/L pada suhu operasi 90 ? selama 120 menit dengan kecepatan pengadukan 500 rpm memperoleh efisiensi leaching logam nikel sebesar 88,42%. Studi kinetika leaching menunjukkan proses leaching dikendalikan oleh mekanisme reaksi kimia pada permukaan dengan energi aktivasi sebesar 106,24 kJ/mol. Logam nikel yang terlarut dalam larutan leaching akan dipurifikasi melalui ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair menggunakan LIX 84-ICNS 40% v/v, pH fasa akuatik 7, rasio O/A 1/1 pada suhu operasi 28 ? selama 60 menit dengan kecepatan pengadukan 500 rpm mampu mengekstraksi nikel sebesar 88,74%. ......Nickel is a valuable metal with high selling value and utilization in various industrial fields. Nickel demand is expected to keep rising every year, which impacts its availability. Steam reforming spent catalyst (NiO/Al2O3) containing 6 wt.% nickel can be an economical alternative source of nickel through leaching method using DL-malic acid as a leaching agent and H2O2 as an oxidizing agent. Decoking process at 600°C for 5 hours with a heating rate of 10°C/min was carried out as a pre-treatment of spent catalyst to remove coke and other impurities that interfere with the leaching process and oxidize metal sulfides that help increase the ease of nickel dissolution. H2O2 is added to oxidize nickel into a soluble form that can increase the leaching efficiency. Leaching process using 2.5 M DL-malic acid, 2% v/v H2O2, 150 mesh waste particle size, solid/liquid ratio 20 g/L at an operating temperature of 90 ? for 120 minutes with a stirring speed of 500 rpm obtained 88.42% nickel leaching efficiency. The leaching kinetics study showed that the leaching process was controlled by a chemical reaction mechanism on the surface with an activation energy of 106.24 kJ/mol. The nickel dissolved in the leaching solution will be purified through liquid-liquid extraction. Liquid-liquid extraction using LIX 84-ICNS 40% v/v, aquatic phase pH 7, organic/aquatic ratio 1/1 at an operating temperature of 28 ? for 60 minutes with a stirring speed of 500 rpm was able to extract 88.74% nickel.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intaniar Wahyu Trivany
Abstrak :
Kalsium karbonat nanopartikel disitesis menggunakan metode presipitasi dengan mereaksikan larutan CaCl2 dan larutan Na2CO3 yang ditambahkan capping agent untuk mencegah aglomerasi. Tahapan sintesis CaCO3 nanopartike, yaitu preparasi larutan CaCl2 dan Na2CO3 (0,15 M), preparasi larutan capping agent, dan tahap sintesis CaCO3 dengan kecepatan pengadukan sebesar 700 rpm. Pada penelitian ini, variasi yang dilakukan adalah variasi laju pencampuran reaktan 1,683 mL/menit; 0,842 mL/menit; 0,561 mL/menit dan jenis capping agent (asam malat dan PEG 400) dengan variasi konsentrasi 0,5-1%. Partikel CaCO3 dikarakterisasi dengan bebrapa instrument, yaitu SEM, XRD, dan FTIR. Dengan atau tidak adanya capping agent gugus fungsi O-H, C-H, C-C, Ca-O, dan -CO3 teridentifikasi dari hasil FTIR. Pada sampel tanpa capping agent, pencampuran CaCl2 dan Na2CO3 dalam larutan air menyebabkan pembentukan kristal vaterit berbentuk spherical dengan ukuran partikel 0,2-7µm. Konsentrasi 0,5% dan 1% capping agent membentuk 2 fasa kristal, yaitu vaterit dan kalsit berbentuk spherical dan kubus dengan ukuran partikel 207 – 926 nm pada asam malat dan 276 nm – 3 µm pada PEG 400. Sehingga partikel yang dihasilkan masih tergolong partikel sub-mikro. CaCO3 yang diperoleh dengan menambahkan capping agent menghasilkan ukuran partikel berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tanpa agent. Ditemukan juga bahwaemakin besar laju penambahan reaktan maka ukuran anopartikel yang diasilkan semakin kecil, demikian semakin besar konsentrasi capping agent yang digunakan maka semakin besar pula ukuran nanopartikel yang terbentuk. Saat ini CaCO3 nanopartikel berpotensi untuk diaplikasikan di berbagai bidang seperti sebagai bahan aditif pelumas gemuk, material filler, biomedis, industri makanan, industri pertanian, dan lingkungan. Khususnya digunakan sebagai bahan aditif pembuatan pelumas gemuk, CaCO3 yang dihasilkan dapat menuutup asperities yang berukuran 4,5 µm. ......Calcium carbonate nanoparticles were synthesized using the precipitation method by reacting a CaCl2 solution and a Na2CO3 solution with a capping agent added to prevent agglomeration. The steps of the synthesis of CaCO3 nanoparticles were the preparation of CaCl2 and Na2CO3 solutions (0,15 M), the preparation of a capping agent solution, and the CaCO3 synthesis stage with a stirring speed of 700 rpm. In this research, the variations carried out were variations in the mixing rate of the reactants 1,683 mL/min; 0,842 mL/min; 0,561 mL/min and the type of capping agent (malic acid and PEG 400) with a concentration variation of 0,5-1%. CaCO3 particles were characterized by several instruments, namely SEM, XRD, and FTIR. With or without a capping agent the functional groups O-H, C-H, C-C, Ca-O, and -CO3 were identified from the FTIR results. In samples without a capping agent, mixing CaCl2 and Na2CO3 in aqueous solution causes the formation of spherical vaterite crystals with a particle size of 0,2-7µm. Concentrations of 0.5% and 1% of capping agents formed two crystalline phases, namely spherical and cubic vaterite and calcite with particle sizes of 207 – 926 nm in malic acid and 276 nm – 3 m in PEG 400. So that the resulting particles are still classified as sub-micron particles. CaCO3 obtained by adding a capping agent produces a smaller particle size than without the agent, this is because the capping agent can inhibit the formation reaction time in the agglomeration process. Also found that the greater the rate of addition of reactants, the smaller the size of the nanoparticles produced, thus the greater the concentration of the capping agent used, the greater the size of the nanoparticles formed. Currently, CaCO3 nanoparticles have the potential to be applied in various fields such as lubricants, grease additives, filler materials, biomedicine, the food industry, the agricultural industry, and the environment. Primarily used as an additive for the manufacture of grease lubricants, the CaCO3 produced can cover asperities measuring 4,5 µm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library