Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Whani Dewajani
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian mengenai makna kata benda gramatikal mono berikut terjemahannya dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari buku ajar Bihongo I dan Nihongo II, Tokyo, Bonjinsha, 1979, yang sebelumnya juga ditinjau makna leksikalnya sebagai proses penelitian. Data analisis kata benda gramatikal mono seluruhnya berjumlah 19 buah dengan 8 bentuk soal. Sumber-sumber lain juga digunakan untuk melengkapi sumber data utama.

Pengumpulan data dilakukan melalui penyelesaian data-data yang menggunakan kata benda mono yang terdapat dalam buku Nihongo I dan II, dilanjutkan dengan metode penelitian kepustakaan.

Dari hasil penelitian skripsi ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kata benda mono memiliki kemungkinan makna leksikal dan gramatikal. 2. Kemungkinan makna leksikal dapat menyatakan benda hidup atau benda mati, bahkan orang, sehingga bisa diterjemahkan menjadi makhluk, barang, dan orang3. Kemungkinan makna gramatikalnya dapat menyatakan kealamiahnya, kebiasaan, dan lain-lain yang dapat diterjemahkan menjadisudah sewajarnya, selalu dan lain-lain. 4. Kemungkinan makna kata benda gramatikal ada yang tidak perlu diterjemahkan karena tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
1995
S14772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Muis
Jakarta: Pusat Bahasa Kementrian Pendidikan Nasional, 2010
499.221 MUH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Yulianti Rusdi
Abstrak :

ABSTRAK
Penelitian skripsi ini adalah mengenai eufemisme dalam bahasa politik. Sebagai data digunakan pidato Helmut Kohl pada tanggal 2 Oktober 1990. Pidato tersebut disampaikan dalam rangka menyambut penyatuan kembali Jerman. Landasan teori utama dalam skripsi ini adalah teori Leinfellner mengenai eufemisme dalam bahasa politik. Teori lainnya yang juga digunakan adalah teori dari Hannapel Melenk mengenai eufemisme. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui frase atau kata yang merupakan eufemisme dalam pidato berdasarkan analisis makna kontekstual eufemisme yang dikaitkan dengan konteks sejarah,dan menganalisis bentuk semantis serta tema eufemisme tersebut.

Setelah dilakukan analisis, didapatkan hasil bahwa ada tujuh buah frase yang merupakan eufemisme politis dalam pidato tersebut. Bentuk semantis eufemisme politis yang ditemukan ada tiga buah, yaitu pemakaian kata-kata yang kabur atau bermakna ambigu, metafer, dan penambahan kata-kata. Bentuk semantis yang tidak ditemukan adalah penggunaan kata-kata yang asing; penghilangan kata-kata yang penting, litotes; ungkapan yang terdiri dari gabungan kata yang saling bertentangan secara semantis dan deskriptif, dan pertentangan tersebut disembunyikan; serta pemakaian satu ungkapan dari banyak pilihan ungkapan. Konteks sejarah yang berperan dalam analisis penelitian ini adalah perbedaan sistem pemerintahan dan perekonomian di kedua negara Jerman. Oleh karena berada dalam satu konteks, seluruh eufemisme ini mempunyai tema yang sama, yaitu masalah politik dalam negeri Jerman yang berkaitan dengan politik, ekonomi, sosial, dan masyarakat.
1998
S14663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Windy Septiansyah
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini didasari oleh awal terjadinya sebuah perdebatan yang muncul akibat penggunaan kata loli dan lolita di media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan makna-makna yang terdapat pada kata loli dan lolita di Jepang dan di Indonesia dengan menganalisis ujaran-ujaran lisan dan non-lisan yang mengandung kata loli dan lolita dalam kiriman post pada situs Facebook dan Twitter, dan dalam anime, manga, dan novel dibatasi dengan kurun waktu dari awal tahun 2010 sampai dengan awal 2017. Konteks dalam ujaran-ujaran tersebut, seperti petunjuk visual dan latar belakang penutur, dianalisis untuk kemudian digunakan dalam menentukan makna kata loli dan lolita yang terdapat dalam ujaran secara denotatif dan konotatif. Melalui analisis tersebut, ditemukan bahwa di Jepang dan di Indonesia, kata loli cenderung memiliki makna denotatif lsquo;kawaii rsquo; atau lsquo;imut rsquo;, lsquo;anak-anak gadis rsquo;, dan lsquo;objek seksual rsquo;, sementara kata lolita cenderung bermakna lsquo;subkultur fesyen rsquo; dengan beberapa data menunjukkan kata tersebut memiliki makna yang lainya. Kedua kata tersebut disimpulkan memiliki makna yang berbeda secara denotatif. Memahami makna-makna tersebut serta konteks penggunaannya, masyarakat dapat lebih terbuka terhadap kata loli dan lolita, serta pada kata-kata asing lain yang diserap ke dalam suatu budaya dan bahasa lokal.
ABSTRACT
The onset of a debate that arose from the use of the word loli and lolita in social media became the trigger for the idea of this research. This study aims to describe the meanings in the word loli and lolita in Japan and in Indonesia by analyzing verbal and non verbal utterances containing loli and lolita in Facebook posts and Twitter tweets, and in anime, manga, and novels which are limited by the time period from early 2010 to early 2017. The contexts included these utterances, such as visual cues and the speaker 39 s background information, are analyzed for later use in determining the meaning of loli and lolita contained in the speech in a denotative and connotative manner. Through this analysis, it was found that in Japan and in Indonesia, the word loli tends to have the denotative meanings of 39 kawaii 39 or 39 cute 39 , 39 young girls 39 , and 39 sexual objects 39 , while the word lolita tends to mean 39 fashion subculture 39 with some the data shows other meanings. Both words are concluded to have different denotative meanings. Understanding these meanings and the context of their use, the society is expected to be more open to the word loli and lolita, as well as to other foreign words that are absorbed into a certain culture and language with different historical and cultural backgrounds.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Habibie Ibnu Halim
Abstrak :
ABSTRAK
Makalah ini menyajikan analisis pemaknaan prefiks ter- yang terdapat dalam naskah Undang-Undang Ternate no. 8/20a tahun 1884 yang menggunakan bahasa Melayu. Makalah ini bertujuan untuk membuktikan bahwa terdapat persamaan sekaligus perbedaan pemaknaan pada bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia dalam konteks kemunculan kata yang mengadung prefiks ter-. Dalam analisis pemaknaan afiks, penulis menggunakan teori dari Harimurti Kridalaksana tentang pembentukan kata berprefiks ter-, M. Ramlan tentang proses pembubuhan prefiks ter-, dan Abdul Chaer tentang prefiks ter- sebagai pembentuk verba, nomina, dan adjektiva. Hasil analisis memperlihatkan pada sebagian besar kasus kemunculan kata yang berprefiks ter- dalam naskah Undang-Undang Ternate dapat dijelaskan pemaknaannya dan memiliki kesamaan dengan bahasa Indonesia. Terdapat pula kemunculan kata yakni terbilang, terhormat, dan termeterai yang maknanya tidak dapat dijelaskan secara tepat sesuai konteks dengan menggunakan teori-teori tersebut.
ABSTRACT
This paper provides analysis of ter prefix meaning in Manuscript of Ternate Law No. 8 20A Year 1884 utilizing Malay language. The objective of this paper is to prove that there are similarities and differences of meaning between Malay language and Indonesian language in the context of the words emergence that contains ter prefix. In analysis of affix meaning, the author utilizes theory of ter prefixed word formation from Harimurti Kridalaksana, the process of ter prefixing from M. Ramlan, and ter prefix as verb, noun, adjective formers from Abdul Chaer. The result of this analysis indicates in most cases ter prefixed word emergence in the Manuscript of Ternate Law can be explained for its meaning and has similarities with Indonesian language. There are also word emergence such as terbilang, terhormat, and termeterai whose meaning cannot be explained correctly in accordance with the context utilizing said theories.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Silvia Royani
Abstrak :
Penulisan mengenai Makna Kata Benda Gramatikal wake berikut Padanan Katanya. Tujuan Penulisan ini adalah untuk menemukan batasan yang jelas antara kata wake sebagai kata benda biasa yang bermakna leksikal dan kata wake sebagai kata benda gramatikal, berserta dengan kemungkinan-kemungkinan makna yang dimilikinya. Pengujian dilakukan pada data-data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, yaitu dari buku Nihongo II sebagai buku acuan utama. Sebagai landasan teoritis digunakan pendapat dari Masuoka Takahashi untuk kata benda gramatikal secara umum dan Nagara Susumu untuk kata benda gramatikal wake secara khusus. Hasilnya menunjukkan bahwa kata wake sebagai kata benda biasa secara sintaksis dapat langsung menduduki fungsi gramatikalnya sebagai subjek, objek atau keterangan pelengkap, secara semantis memiliki makna leksikal, yaitu makna yang sesuai dengan kamus. Sebagai kata benda gramatikal secara sintaksis kata wake tidak dapat digunakan secara mandiri di dalam mengisi fungsi gramatikalnya, secara semantis maknanya sangat bergantung pada kata-kata lain yang menjadi lingkungan sintaksisnya di dalam sebuah kalimat.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmaritha Hana Khanza Ratmalia
Abstrak :
ABSTRAK
Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari tentang makna. Makna memiliki berbagai macam klasifikasi sesuai dengan tokoh yang mengklasifikasikannya. Salah satunya adalah klasifikasi Leech 1981 yang membagi makna menjadi tujuh jenis dalam tiga kategori yaitu makna konseptual, makna asosiatif, dan makna tematik. Jurnal ini membahas kategori makna asosiatif yang terkandung dalam lirik lagu-lagu boygroup Infinite. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui arti khusus dari setiap kata yang termasuk dalam jenis makna asosiatif dalam lirik lagu-lagu populer boygroup Infinite. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan sumber data dan mencari informasi terkait berdasarkan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah dari dua belas lagu populer boygroup Infinite yang dijadikan objek penelitian, ditemukan setidaknya satu jenis makna asosiatif pada setiap lagu dan terdapat pula beberapa lagu yang mengandung lebih dari satu jenis makna. Jenis makna asosiatif yang paling banyak ditemukan pada lirik lagu-lagu populer boygroup Infinite adalah makna konotatif dan afektif. Hal ini membuktikan bahwa boygroup Infinite memiliki lagu-lagu yang mengandung makna asosiatif didalamnya.
ABSTRACT
Semantics is one of linguistics subdivisions that studies meaning. Meanings have various classifications according to personage who classifies them. One of them is Leech rsquo;s classification 1981 which divides the meaning into seven types in three categories namely conceptual meaning, associative meaning, and thematic meanings. This journal discusses the associative meaning through boygroup Infinite rsquo;s song lyrics. The purpose of this research is to discover the particular meaning of each word that belongs to the type of associative meaning in Infinite rsquo;s popular songs. This journal uses descriptive method and qualitative approach by collecting data source and searching related information based on literature study. The result of this journal is based on twelve Infinite rsquo;s popular songs as source of data, it is found at least one type of associative meaning in each song and there were also songs containing more than one type of meaning. The most common type of associative meaning found in the lyrics of Infinite rsquo;s popular songs is connotative and affective meaning. This proves that Infinite has songs that contain associative meaning on it.
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. M. Mahendra
Abstrak :

ABSTRAK Masa pendudukan Jepang di Indonesia yang berlangsung antara tahun 1942 sampai dengan 1945 membawa perubahan besar pada tatanan sosial budaya dan ekonomi-politik masyarakat Indonesia. Pada bahasa, masa itu merupakan salah satu tonggak penting perkembangan bahasa Indonesia. Pada masa itulah bahasa Indonesia didorong penggunaannya secara lebih intensif dan ekstensif oleh pemerintah pendudukan Jepang. Bagi Jepang, tujuannya tak lain hanya untuk memperlancar proses pendudukan dan mengambil hati bangsa Indonesia. Selain upaya intensifikasi dan ekstensifikasi bahasa Indonesia, salah satu ciri yang menonjol dalam bahasa Indonesia adalah pemakaian kosa kata dan metafora yang khas masa itu. Kekhasan yang terjadi bisa dikaitkan dengan perubahan tatanan sosial-budaya dan ekonomi-politik dari masa kolonial Belanda ke masa pendudukan Jepang. Skripsi ini mendeskripsikam kemunculan kata-kata kunci dan penggunaan metafora yang khas pada teks Sumera Mitami yang dimuat pada koran Asia Raya yang terbit pada bulan Maret 1942. Kata-kata kunci yang muncul dan perluasan makna metaforisnya dapat diinterpretasikan sebagai pencerminan ideologi yang dibawa pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia melalui bahasa. Pada skripsi ini pembaca dapat melihat bagaimana kata-kata kunci dan metafora telah digunakan untuk menyampaikan ideologi masa itu.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S10981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Yuanita Setyohardjo
Abstrak :
Di masa kini, media sosial dimanfaatkan sebagai lapangan pekerjaan. Dengan adanya citra diri dan jumlah engagement (tolak ukur) yang tinggi, seseorang dapat menjadi pemengaruh. Selain mendapat dukungan dan pujian dari masyarakat, beberapa pemengaruh juga mendapat penolakan dan ujaran kebencian. Ujaran kebencian ini dirasakan oleh beberapa pemengaruh di Indonesia. Kasus ini dapat ditelaah lebih dalam dengan ilmu linguistik. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana ujaran kebencian terhadap pemengaruh Indonesia melalui pesan langsung (direct message) Instagram jika diteliti secara semantik dan pragmatik. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) penutur menggunakan konteks linguistik yang lebih sedikit daripada konteks nonlinguistik, (2) penutur menggunakan kata makian yang memiliki makna asosiatif, dan (3) jenis tindak tutur yang digunakan adalah lokusi dalam bentuk pernyataan, pertanyaan, dan perintah, ilokusi pada kategori asertif, direktif, komisif, dan ekspresif, dan perlokusi dalam bentuk meyakinkan, membujuk, menghasut, dan menyesatkan. ......Nowadays, social media is used as a job opportunity. With personal branding and a high number of engagements, someone can become an influencer. Apart from receiving support and praise from the public, several influencers also received rejection and hate speech. This hate speech was felt by several influencers in Indonesia. This case can be studied more deeply in linguistics. The formulation of the research problem is how hate speech towards Indonesian influencers via Instagram direct messages is examined semantically and pragmatically. The method used in this research is a qualitative method. The results of this research are (1) speakers use fewer linguistic contexts than non-linguistic contexts, (2) speakers use swear words that have associative meaning, and (3) the types of speech acts used are locutions in the form of statements, questions and commands, illocutionary in the categories of assertive, directive, commissive, and expressive, and perlocution in the form of convincing, persuading, inciting, and misleading.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library