Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ika Rahmah Manik
"ABSTRACT
Pemberian makanan prelakteal merupakan pemberian makanan atau minuman selain ASI kepada bayi yang baru lahir yang dapat menggagalkan ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perbedaan pemberian makanan prelakteal berdasarkan usia ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pemeriksa kehamilan, penolong persalinan, dan berat lahir. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu Data Gizi dan Kesehatan Balita di Kecamatan Babakan Madang Tahun 2018 dan juga data primer. Metode penelitian menggunakan desain studi cross-sectional. Uji chi square digunakan untuk membuktikan perbedaan pemberian makanan prelakteal berdasarkan variabel independen. Total sampel sebanyak 504 orang, 211 orang 41,9 memberikan makanan prelakteal, dengan jenis makanan terbanyak yang diberikan adalah susu formula 50,2 . Terdapat perbedaan pemberian makanan prelakteal berdasarkan penolong persalinan p-value 0,013.

ABSTRACT
Prelacteal feeding is the provision of food or drinks other than breast milk to newborns who can thwart exclusive breastfeeding. This study aims to prove the differences of prelacteal feeding based on maternal age, maternal education, mother 39 s knowledge, pregnancy examiner, birth attendant, and birth weight. The data used are Nutrition and Health Data of Children Under Five Years of Age in Babakan Madang Districts Year 2018 as secondary data and also primary data. Chi square test were used to prove differences of prelacteal feeding based on independent variables. A total sample of 504 people, 211 people 41.9 gave prelacteal food, with the most types of food given was infant formula 50.2. There are differences in prelacteal feeding based on birth attendant p value 0,013."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regita Septiani
"Praktik pemberian makanan prelakteal masih menjadi masalah yang harus diatasi Indonesia karena dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan bayi. Meskipun persentase praktik pemberian makanan prelakteal sudah cenderung menurun, ketidakmerataan masih terjadi berdasarkan beberapa dimensi ketidakmerataan, seperti jenis kelamin anak, usia ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, status ekonomi, wilayah tempat tinggal, provinsi, kunjungan ANC, IMD, dan penolong persalinan. Sebagai upaya mengatasi ketidakmerataan yang terjadi pada berbagai indikator kesehatan, WHO mengeluarkan sebuah aplikasi bernama Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) dan Health Equity Assessment Toolkit Plus (HEAT Plus). Aplikasi tersebut mampu mengidentifikasi ketidakmerataan melalui berbagai ukuran ketidakmerataan. Penelitian ini menggunakan sumber data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002, 2007, 2012, dan 2017. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketidakmerataan praktik pemberian makanan prelakteal terjadi pada pendidikan ibu, status ekonomi, wilayah tempat tinggal, provinsi, IMD, dan penolong persalinan, namun dengan tingkat ketidakmerataan yang berbeda-beda. Tren ketidakmerataan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2002 hingga tahun 2017 pada seluruh variabel, kecuali provinsi yang justru menunjukkan ketidakmerataan tertinggi terjadi pada tahun 2017. Praktik pemberian makanan prelakteal menurut provinsi juga menunjukkan ketidakmerataan tertinggi dibandingkan dimensi ketidakmerataan lainnya.

Prelacteal feeding practices still be a problem in Indonesia and need to be addressed because it may cause a negative impact on the health of the baby. Even though the percentage of prelacteal feeding practices has decrease time to time, inequality still occurs based on several dimensions of inequality, such as child sex, mother's age, mother's education, mother’s working status, economic status, area of residence, province, visits to ANC, early initiation of breastfeeding, and birth attendants. To overcome the inequalities that occur in various health indicators, WHO issued an application called the Health Equity Assessment Toolkit (HEAT) and Health Equity Assessment Toolkit Plus (HEAT Plus). The application can be used to identify inequality through various inequality measures. This study used the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in the year of 2002, 2007, 2012, and 2017 as the data sources. The results this study found that there were an inequality of prelacteal feeding practices by the mother's age, mother's education, economic status, area of residence, province, visit ANC, early initiation of breastfeeding, and birth attendants with various degrees of inequality. The trend of inequality tended to decrease from 2002 to 2017 in all variables, except for the province which actually showed the highest inequality in 2017. Prelacteal feeding practices by province also showed the highest inequality compared to other dimensions of inequality that used in this study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardelia
"Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) didefinisikan sebagai proses yang dimulai ketika ASI tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, dan oleh karena itu makanan dan cairan lain yang diperlukan, bersama dengan pemberian ASI. Pemberian MP-ASI yang lebih dini dari yang seharusnya berdampak buruk bagi anak, antara lain infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran cerna, diare serta alergi dan obesitas di kemudian hari. Selain itu, mempersembahkan MP-ASI dini juga dapat menyebabkan penurunan produksi ASI pada ibu serta meningkatkan risiko stunting pada bayi. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder SDKI tahun 2017 dengan total sampel 527 responden ibu dengan bayi berusia 4-5 bulan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan metode cross sectional. Penelitin ini bertujuan untuk melihat prevalensi pemberian MP-ASI dini pada bayi berusia 4-5 bulan di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi perilaku mempersembahkan MP-ASI dini pada bayi berusia 4-5 bulan di Indonesia mencapai 49,5%. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan perilaku pemberian MP-ASI dini pada bayi berusia 4-5 bulan di Indonesia adalah usia ibu (OR = 1.585; 95% CI 1.071 - 2.347), paritas ( OR = 1,568; 95% CI 1,074 - 2,288), dan makanan prelakteal (OR = 2,144; 95% CI 1,513 - 3,040). Hasil analisis multivariat dengan analisis regresi logistik menemukan bahwa makanan prelakteal merupakan satu-satunya faktor yang memiliki hubungan dengan perilaku pemberian MP-ASI dini pada bayi berusia 4-5 bulan di Indonesia setelah dikontrol oleh variabel usia ibu dan paritas (OR = 2,105; 95% CI 1.481 - 2.991). Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan yaitu menggencarkan penyebaran informasi tentang ASI eksklusif dan MP-ASI terutama pada ibu yang masih muda dan ibu yang baru hamil atau melahirkan anak pertama serta meningkatkan peran penolong persalinan untuk mengedukasi ibu yang baru melahirkan agar tidak memberikan makanan prelakteal pada bayi.
Complementary Feeding is defined as a process that begins when breast milk is no longer sufficient to meet the nutritional needs of infants, and therefore food and other fluids are needed, along with breastfeeding. Early introduction of complementary feeding have a bad impact on children, such as respiratory infections, gastrointestinal infections, diarrhea, allergies and obesity later in life. In addition, early introduction of complementary feeding can also cause a decrease in breast milk production in the mother and increase the risk of stunting in infants. This study is a secondary data analysis of the 2017 IDHS with a total sample of 527 mothers with infants aged 4-5 months in Indonesia. This research was conducted with a quantitative approach using cross sectional method. This research aims to determine the prevalence of early introduction of complementary feeding for infants aged 4-5 months in Indonesia and the factors that influence it. The results showed that the prevalence of behavior of early breastfeeding for infants aged 4-5 months in Indonesia reached 49.5%. The results of the bivariate analysis with the chi-square test found that the factors significantly related to the behavior of early breastfeeding for infants aged 4-5 months in Indonesia were maternal age (OR = 1,585; 95% CI 1,071-2,347), parity (OR = 1.568; 95% CI 1.074 - 2.288), and prelacteal food (OR = 2.144; 95% CI 1.513 - 3.040). The results of multivariate analysis with multiple logistic regression analysis found that practical food was the only factor that had a significant relationship with the behavior of early breastfeeding for infants aged 4-5 months in Indonesia after being controlled by variables of maternal age and parity (OR = 2.105; 95% CI 1.481 - 2.991). Based on the results of the study, the advice that can be given is to intensify the dissemination of information about exclusive breastfeeding and complementary feeding especially to young mothers and mothers who are pregnant or giving birth to their first child and increase the role of childbirth helpers to educate newborn mothers so as not to provide practical food."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library